Tak Tergoda dengan Politik
Bob Sadino memang sangat percaya diri mengelola bisnisnya. Ia yakin pada pilihannya dan tak ragu untuk berbeda dengan yang lain. Sebagaimana layaknya seorang seniman, yang berjuang untuk melahirkan karya yang berbeda, demikian pula halnya Bob. Di awal reformasi 1998, banyak pebisnis yang merapat ke partai politik, untuk menjadi bagian dari kekuasaan. Tapi, Bob tak tergoda.
Demikian pula halnya tatkala para pebisnis rame-rame memasuki sektor agribisnis di masa krisis moneter, Bob pun tak membentengi diri agar tak tersaingi. Ia malah dengan gencar berbagi pengalaman agribisnis, dengan menjadi pembicara utama di berbagai seminar agribisnis. Barangkali, karena bersikap demikianlah, Bob Sadino nyaris tak pernah terdengar menghadapi sengketa bisnis.
Ia pun praktis tak pernah mengadakan konferensi pers, baik untuk menggelar kisah sukses maupun saat meresmikan anak perusahaan terbaru. Tapi, hampir tak ada media massa di negeri ini yang tak pernah mempublikasikannya. Ada saja hal unik yang ia miliki, yang membuat publik terkesima. Bisnisnya melekat dengan kehidupan kesehariannya.
Karena itulah, di hampir setiap acara media, Bob selalu diundang dan selalu menjadi sosok yang unik, dirubung para undangan. Di acara media bisnis dan agribisnis, Bob sudah dapat dipastikan menjadi undangan utama. Di lingkungan media lifestyle, Bob juga menjadi sosok yang senantiasa didengar pendapatnya. Demikian pula halnya di kalangan media kuliner. Dan, yang tak kalah penting, Bob Sadino adalah sosok yang diteladani dalam mendidik anak-anaknya.
[caption id="attachment_347357" align="aligncenter" width="670" caption="Bob Sadino, lengkapnya Bambang Mustari Sadino, meninggalkan dua orang anak dan empat orang cucu. Ia lahir di Tanjung Karang, Lampung, 9 Maret 1933. Istrinya, Soelami Soejoed, wafat pada Juli 2014. Anak pertamanya Myra Andiani Sadino dan anak keduanya, Shanti Dwi Ratih. Foto sebelah kanan, Bob Sadino didampingi keluarga pada 28 Juli 2014. Foto: detik.com dan Facebook Myra Andiani Sadino"]
Dua Putri di Luar Perusahaan
Suatu hari, pada 6 Juni 2007, beberapa pengusaha dari kalangan usaha kecil-menengah, menimba ilmu bisnis di rumah Bob Sadino, di Jalan Cirendeu Raya, Nomor 2121, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Bob sangat piawai dalam membagi pengalaman. Pertanyaan serius kerap ditanggapi dengan jawaban nyeleneh, yang membuat pertemuan itu menyegarkan. Itulah salah satu kekhasan serta keistimewaan Bob Sadino.
Seorang pengusaha yang hadir saat itu bertanya, siapa generasi penerus bisnis Kem Chicks? Ia tahu, Bob memiliki dua putri: Myra dan Shanti. Dengan santai, Bob menjelaskan bahwa ia tidak memperkenankan kedua putrinya duduk dalam perusahaannya. Bahkan, tak ada saudara yang ia libatkan di Kem Chicks. Dalam hal ini, Bob berbeda dengan pebisnis lain, yang justru menghimpun anak-anak serta keluarga dalam bisnis keluarga.
Bob bukannya tak punya perhatian pada anak-anak dan keluarga. Tapi, dalam konteks bisnis, ia tak ingin anak-anak dan keluarga menjadi sumber konflik dalam perusahaan. Ia menyadari, banyak profesional di perusahaan keluarga yang mengalami gesekan dengan keluarga pemilik. Itu jelas tidak kondusif. Bob tak ingin hal itu terjadi. Selain itu, ia pun tak ingin memaksakan kehendak kepada anak.
Beberapa tahun sebelumnya, pada 24 Agustus 1983, dalam Seminar Bisnis Keluarga yang diselenggarakan Lembaga Manajemen FEUI, Lemjemen Hankam, LPPM, dan Institut Manajemen Prasetya Mulya di Jakarta, Soelami Soejoed, istri Bob Sadino, menjelaskan, "Prinsip kami, si penerus usaha, tidak harus dari keluarga sendiri. Yang penting, perlu dicari orang-orang yang memiliki kemampuan dan kepekaan bisnis yang tinggi." Bob Sadino percaya, bila sudah tiba saatnya, pucuk pimpinan Kem Chicks, ”Akan muncul dari seleksi yang alamiah."