Strategis Menata Pertanian
Ada 38 kabupaten-kota di Jawa Timur. Kondisi pertanian di tiap wilayah tersebut berbeda-beda, baik karena faktor geografis maupun karena tradisi masyarakat setempat. Pemprov Jawa Timur menyikapi serta mengelola segenap potensi wilayah tersebut, dengan tetap mengedepankan kearifan lokal. Ini bagian dari strategi Soekarwo dalam menggalang partisipasi aktif masyarakat.
Rabu, 21 Januari 2015, lalu, ada sukacita di Desa Gedongarum Kecamatan Kanor, Bojonegoro, Jawa Timur. Para petani di sana sedang panen raya, mensyukuri hasil bumi yang melimpah, berkat kerja sama positif antara pemerintah setempat dengan para petani. Sebagaimana dituturkan Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro, Ahmad Djupari, di sela-sela acara panen raya, Bojonegoro adalah salah satu kabupaten yang masuk dalam kategori daerah lumbung padi di Jawa Timur.
Sebagai kabupaten lumbung padi, berbagai kebijakan diciptakan serta dieksekusi dengan sungguh-sungguh, mengacu kepada produksi padi. Artinya, wilayah tersebut dikembangkan selaras dengan potensi dan kearifan lokal masyarakat setempat. Pemda Bojonegoro, antara lain, merencanakan membangun 1.000 embung (bendungan kecil) untuk memenuhi kebutuhan pengairan sawah. Saat ini, sudah terealisasi sekitar 200 embung.
Kemudian, Pemda Bojonegoro juga berencana membangun tiga bendungan besar. Yang sudah terealisasi, yaitu Bendungan Gerak di aliran Bengawan Solo, dan yang sedang dibangun yaitu Bendungan Gongseng di Kecamatan Temayang. Terakhir, tengah dirancang pembangunan Bendungan Karang Nongko di aliran Bengawan Solo. Tahap demi tahap pembangunan infrastruktur pertanian tersebut, bisa dieksekusi sebagaimana mestinya, karena manajemen pertanian sudah ditata sejak awal, sejak dari tingkat provinsi.
[caption id="attachment_347669" align="aligncenter" width="600" caption="Ketekunan serta kesungguhan petani adalah salah satu kunci utama dalam menyukseskan swasembada pangan. Keberpihakan pada petani tercermin dalam berbagai kebijakan Jawa Timur dari waktu ke waktu. Di areal persawahan Mojoroto, Kediri, petani tekun mencabut bibit padi untuk dipindahkan ke areal tanam. Bibit yang unggul, penanganan yang baik, tentu akan menghasilkan panen yang maksimal. Foto: antaranews.com"]
Peta Detail Lahan Pertanian
Bidang pertanian adalah sektor yang konkret, nyata. Karena, menyangkut hajat hidup orang banyak. Target pertanian yang bombastis, yang ditetapkan dengan landasan wacana, memang terkesan hebat. Apalagi bila kemudian disanjung-sanjung oleh para pendukung politis, hingga target wacana tersebut terkesan sebagai sesuatu yang sudah nyata. Padahal, hanya sebatas omong doang.
Itu tidak terjadi di Jawa Timur. Provinsi ini berencana membangun bendungan untuk mendukung sektor pertanian. Rencana itu dikonkretkan, dieksekusi sesuai rencana. Bukan menebar target yang bombastis demi pencitraan seperti yang dilakukan penguasa saat ini, padahal bendungan tidak jadi dibangun. Alasan pun dicari-cari, misalnya, pembebasan lahan susah atau harga tanah mahal. Itu menunjukkan rencana yang omong doang, tidak didasari pemetaan lapangan yang memadai.
Untuk mencapai swasembada pangan hingga bertahun-tahun seperti ini, Provinsi Jawa Timur melakukan pemetaan pertanian dengan sungguh-sungguh. Pada Kabupaten Bojonegoro ini, misalnya. Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro, Ahmad Djupari, menyebutkan, luas lahan pertanian saat ini sebanyak 87 ribu hektar. Rinciannya, 40 persen masuk kategori tanah produktif tinggi, hingga pertanian bisa panen dua kali per tahun. Kemudian, 45 persen lainnya masuk kategori tanah produktif sedang yang hanya bisa untuk pertanian satu kali panen. Sisanya, 15 persen sawah tadah hujan, yang penanamannya bergantung pada musim hujan.