Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Denpasar Heritage: Merawat Kota, Mencintai Kota

22 Februari 2015   03:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:45 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_352316" align="aligncenter" width="780" caption="Komunitas yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Sepeda (Samas) Kota Denpasar, Bali, menggelar aksi cabut paku dan bersih-bersih, yang menyasar kawasan kurve Z, sebagai kawasan heritage Kota Denpasar, pada Kamis (19/2/2015). Aktivitas yang pro lingkungan dan pro heritage ini sekaligus untuk menyambut HUT Kota Denpasar Ke-227 yang jatuh pada 27 Februari mendatang. Foto: kompas.com"][/caption]

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

Kota yang kita diami adalah milik kita. Ada banyak spanduk, poster, baliho, dan papan iklan yang menggelantung di mana-mana. Ada juga yang diikatkan di tiang dan tonggak-tonggak kota. Sebagian malah dipakukan di batang pohon, juga di dinding-dinding kota. Semua meninggalkan jejak, yang merusak wajah sebuah kota.

Para penempel, pengikat, dan pemaku berbagai elemen promosi itu, seringkali tak peduli, setelah mereka bertugas. Mereka hanya terima pasang tapi tak terima bongkar. Pemilik elemen promosi itu juga tak bertanggung jawab untuk membersihkan jejak promo mereka. Untunglah, ada sejumlah pesepeda di Denpasar, Bali, yang peduli pada ketidakpedulian tersebut.

Aksi Cabut Paku

Pada hari Kamis (19/2/2015) lalu, yang bertepatan dengan Hari Raya Imlek, para pesepeda itu menggerayangi sudut-sudut kota Denpasar. Khususnya, di seputar kawasan Jalan Gajah Mada yang merupakan kawasan kota tua, yang jauh sebelum kemerdekaan Indonesia merupakan pusat perdagangan. Kawasan ini sebenarnya secara perlahan mulai berkurang aktivitas perdagangannya, seiring bergesernya pusat kegiatan kota.

Namun demikian, meski pengembangan Kota Denpasar sudah bergeser ke arah tepi pantai Kuta-Legian-Seminyak, misalnya, tapi kalangan dunia usaha tetap menjadikan kawasan tersebut sebagai ajang untuk promosi. Maka, berbekal alat pengungkit dan kantong plastik, puluhan pesepeda ini melakukan aksinya dengan mencabut paku yang ditancapkan di pohon, mencabut reklame kadaluwarsa yang menempel di pohon, serta memungut sampah plastik di jalanan.

Aksi cabut paku ini terbilang unik. Karena, tanpa disadari, saking seringnya reklame dipakukan di pohon-pohon sepanjang jalan, para pesepeda ini bisa mencabut puluhan paku hanya dari sebatang pohon. Sebagian paku itu tentu saja sudah berkarat, yang sedikit-banyaknya telah mengganggu kehidupan sang pohon. Bekas paku itu telah menimbulkan lubang-lubang, hingga kulit pohon itu nampak tumbuh tidak normal.

Selain itu, para pesepeda ini juga membersihkan stiker di rambu-rambu lalulintas. Maklum, ada saja tangan-tangan iseng yang menempelkan stiker sembarangan di sana, padahal rambu lalulintas adalah papan petunjuk resmi untuk membantu pengendara. ”Kita sebagai komunitas para pecinta sepeda, ingin melakukan aksi nyata, mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan Denpasar,” ujar Hendradatta, Ketua Sekretariat Bersama Sepeda (Samas) Denpasar, Bali, Kamis (19/2/2015).

[caption id="attachment_352317" align="aligncenter" width="609" caption="Gerakan untuk menjadikan kawasan Jalan Gajah Mada sebagai area heritage, barangkali sudah pilihan yang tepat. Setidaknya, untuk menggerakkan roda ekonomi di sana yang sempat meredup karena pergeseran perkembangan Kota Denpasar. Partisipasi warga setempat tentu sangat dibutuhkan, supaya eksistensi heritage yang hendak dikedepankan, benar-benar terasa oleh para wisatawan yang berkunjung ke sana. Foto: 2.bp.blogspot.com"]

1424523801468018904
1424523801468018904
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun