[caption id="attachment_352431" align="aligncenter" width="631" caption="Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel, mengatakan, upaya intervensi pasar yang dilakukan Bulog untuk meredam aksi spekulasi yang dilakukan para pedagang nakal di pasaran. Sebab, bila dilihat dari sisi pasokan, harusnya harga beras tidak semahal saat ini. Menurut Ketua Dewan Perwakilan Daerah Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) DKI Jakarta, Nelly Soekidi, naiknya harga beras saat ini karena kurangnya pasokan beras. Foto: kompas.com"][/caption]
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Sungguh hebat, penguasa saat ini yang didukung Koalisi Indonesia Hebat. Lakon KPK-Polri masih terasa gemanya eh sudah muncul lakon industri penerbangan, yang tampil bersamaan dengan lakon lonjakan harga beras hingga 30 persen. Seperti biasa, tradisi salah-menyalahkan, masih dipegang teguh oleh penguasa saat ini.
Benar-benar hebat penguasa dukungan Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Tolong, jangan ragukan kabinet kerja, kerja, dan kerja. Mereka yang kabarnya terdiri dari para profesional itu, sudah bekerja maksimal. Sangat maksimal. Di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, misalnya. Sebagai profesional, mereka tentu paham banget bahwa itulah pasar yang menjadi sentra beras Jakarta.
Di data para profesional, rata-rata kebutuhan beras di Jakarta sebesar 2.500-3.000 ton per hari. Sejak 9-19 Februari 2015, total beras yang masuk ke Pasar Cipinang hanya sekitar 500-1.000 ton per hari. Ada selisih eh kekurangan sekitar 1.500-2.000 ton beras per hari. Ini adalah penghematan luar biasa yang dilakukan profesional di kabinet kerja, yang sudah mendeteksi kekurangan tersebut dengan cermat.
Strategi Cerdik Profesional
Kekurangan pasokan sekitar 1.500-2.000 ton beras per hari, yang sudah berlangsung hingga 10 hari, itu bukan karena kabinet kerja tidak profesional. Ini strategi yang cerdik, lho. Tolong, jangan ragukan kabinet kerja, kerja, dan kerja. Mereka sudah mengantisipasi kondisi beras ini dengan cermat, jauh-jauh hari sebelumnya. Mereka sangat paham kebutuhan rakyat akan beras. Lagian, beras kan kebutuhan pokok rakyat, makanan pokok sebagian besar rakyat.
Dengan kekurangan sekitar 1.500-2.000 ton beras per hari itu, harga beras melonjak hingga 30 persen. Contohnya, untuk beras paling murah (IR2), harganya melonjak dari Rp 8.500 menjadi Rp 11.000 per kilogram. Itulah strategi cerdik profesional di kabinet kerja. Antisipasi mereka sangat ampuh dan akurat. Lagi pula, lonjakan harga beras sampai 30 persen itu kan hal yang wajar. Itu hanya gejolak pasar sesaat. Toh, tak akan membebani rakyat.
Apa pun keputusan penguasa toh rakyat sangat mendukung. Tak akan menimbulkan gejolak politik. Tak akan mengusik kedudukan para pemegang jabatan. Ini kan penguasa rakyat, pilihan rakyat. Tanpa ada beras pun, rakyat tetap bisa hidup kok. Masih ada singkong, masih ada ubi, dan masih ada talas. Masih sangat banyak alternatif sumber karbohidrat yang bisa dikonsumsi rakyat.
Pedagang beras di Pasar Induk Cipinang yang mengatakan bahwa mereka kekurangan pasokan beras 1.500-2.000 ton per hari, ah itu karena mereka kalah cerdik dibandingkan penguasa saat ini. Itulah bedanya pedagang dengan penguasa yang didukung penuh rakyat. Lonjakan harga hingga 30 persen itu sama sekali tidak akan mencekik rakyat kok. Daya beli rakyat sangat tinggi dan sangat kuat, karena profesional ekonomi di kabinet kerja kan sangat mumpuni dalam mengambil kebijakan.
[caption id="attachment_352427" align="aligncenter" width="609" caption="Kenaikan harga beras terjadi di sentra pangan Subang, Jawa Barat, dalam sepekan terakhir. Harga jenis beras medium dan premium, mengalami kenaikan rata-rata 10-30 persen. Enin, seorang pemilik kios beras di Pasar Panjang, mengatakan, terus terkereknya harga beras disebabkan stok di sejumlah penggilingan sentra produksi beras sudah terbatas. Sumber Foto: tempo.co dan kontan.co.id "]