Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pulang

10 Juni 2017   19:39 Diperbarui: 10 Juni 2017   19:40 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulanglah, setelah bertahun tak kau cium tangan ibumu

Azan baru saja berkumandang. Ada gegas langkah susuri jalanan. Nafasnya tersengal. Sejurus salak anjing meningkahi. Bibirnya gurimimkan fatihah. Kokok ayam bersahutan. Angin subuh mengibaskan sarungnya. Daun-daun jendela berderit, terkuak. Ketipak sandalnya menggerus bumi. Air di selokan menderas, dari paralon rumah-rumah.

Ada air mata sepanjang sujud dari perempuan yang melahirkanmu

Ia melompat ke bus kota. Tengkuknya berpeluh. Tukang sayur beriringan di tepi trotoar. Lampu jalanan menyilaukan matanya. Orang-orang bergegas menyeberang. Ia tertunduk sandarkan punggung. Klakson mobil bagai anjing diburu. Lengan bajunya berkibar oleh tiupan angin jendela. Peluit polisi memekik. Ia tersentak. Supir menginjak rem mendadak.

Doa dari kampung tak pernah putus, mengepul bersama aronan

Kakinya sudah berdebu. Sapu lidi panjang diayunkan. Ada nasib yang tak kuasa terkatakan. Plastik-plastik beterbangan. Pasir mengebul. Tikus got berpencaran. Ada perih yang tersimpan, sungguh tak mungkin diungkapkan. Langit temaram. Bising knalpot mulai menyergap. Perut sudah bergolak. Mata nanar diterjang lampu jalanan. Bibirnya gurimimkan fatihah.

Zikir bergumpal air mata

isson khairul –dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 10 Juni 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun