Mohon tunggu...
Isro Ayyubi Rambe
Isro Ayyubi Rambe Mohon Tunggu... Editor - Kerja di Tambang

Seorang yang masih banyak belajar dan terus mencari ide-ide untuk menciptakan kegiatan yang positif dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sepenggal Catatan Perjalanan Solo Touring Sumatera Bag. II

27 September 2015   10:58 Diperbarui: 27 September 2015   13:20 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Next Rute IV Tulang Bawang – Kayu Agung – Kota Palembang

Setelah makan siang (waktunya dah sore hehehe), akhirnya kulanjutkan perjalanan menuju Mesuji, daerah yang terkenal dengan penghasil kelapa sawitnya dan banyak juga orang jawa yang tinggal disini. Rute antara Tulang Bawang dengan Mesuji kurang lebih berjarak 35 KM, bila secara jarak maka waktu tempuh hanya 30 menit, namun karena sebagian jalan disini berlubang dan rusak akhirnya laju sepeda motorku tidak bisa maksimal, dimana center box dan side bag yang ada di belakang motorku juga lumayan full sehingga aku tetap harus jaga keseimbangan.

Jam tangan G-Shock Mudman ku sudah menunjukkan pukul 18.20, ketika aku berhenti disalah satu stasiun pengisian bahan umum (SPBU), aku sudah melintasi perbatasan antara Propinsi Lampung dan Sumatera Selatan, sedikit melenceng dari perkiraan waktu tempuhku. Sambil istirahat dan minum sejenak. Hmmm perjalanan masih panjang untuk sampai kota Palembang. Kota pertama yang aku lewati di propinsi yang terkenal dengan pempek-pempek Palembangnya ini adalah Tugu Mulyo, ini adalah kecamatan yang berbatasan dengan Pematang Panggang. Bensin sudah ku isi full, sebagai gambaran, aku mengisi BBM terkahir di Kalianda dan baru mengisi lagi, mengingat di Sumatera khususnya jalur lintas timur ini suka terjadi kelangkaan BBM, terpaksa setiap bertemu SPBU aku usahakan mengisi full tangki motor.

Setelah beristirahat kurang lebih 10 menit, kulanjutkan perjalananku menuju Kota Palembang. Jalanan sudah mulai gelap, untung sepeda motorku sudah kusiapkan dengan berbagai lampu tambahan, sehingga gelapnya malam tidak menjadi hambatan. Dari Tugu Mulyo kulanjutkan perjalanan menuju kota Talang Pangeran jarak tempuh kali ini cukup jauh kurang lebih 61 KM, dengan kondisi yang sudah malam laju sepeda motorku terpaksa aku kurangi kecepatnnya, daerah yang belum pernah kulewati ditambah cuaca malam membuat faktor keselamatan adalah hal yang paling utama. Tepat pukul 20.00 aku baru memasuki Kota Kayu Agung, laju motor hanya kuperlambat, aku tidak singgah di kota yang penuh dengan kerlap kerlip lampu ini, setelah melewati batas kota, motor langsung kutancap gas kearah Indralaya, ini adalah kota terakhir sebelum aku masuk kota Palembang, jarak tempuh yang harus aku lewati adalah 63 KM sampai dengan kota Palembang. Jalanan yang sedikit berlubang membuat perjalanan menjadi terhambat, kondisi badan yang sudah lelah membuatku harus extra hati-hati, selain itu banyaknya mobil-mobil truk yang berpapasan membuat motorku selalu mengambil sisi jalan paling sebelah kiri. Mata yang sudah mulai mengantuk juga menambah laju motorku semakin melambat. Alhamdulillah pukul 21.15 aku memasuki kota Palembang, tanpa pikir panjang aku langsung mencari penginapan untuk malam itu. Perjalanan yang panjang dengan total jarak 750 KM.

10 Mei 2007

Next Rute Palembang – Jambi

Hari masih pagi, aku terbangun dan bergegas mandi dan menunaikan sholat subuh, yup ini adalah perjalanan hari keduaku tour de sumatera dengan rute : Jakarta, Banten, Lampung, Palembang, Jambi, Pekanbaru dan berakhir di Medan dengan total jarak tempuh 2.600 KM wuih dahsyat ya jaraknya.

Setelah mengeluarkan motor dari halaman hotel tempatku menginap semalam, kunyalakan motor untuk memanaskan mesin, sambil mengecek beberapa bagian motor untuk tetap waspada dan hati-hati, siapa tahu ada baut dan mur yang copot.

Tepat jam 06.00 pagi, aku telah melaju meninggalkan kota Palembang, suasana yang begitu asri dengan udara yang sejuk. Melintasi jembatan ampera yang menjadi kebanggaan masyarakat Palembang yang dibawahnya mengalir Sungai Musi salah satu sungai terpanjang di Sumatera. Jujur ini pertama kali aku menginjakkan kaki di kota Palembang, kota yang terkenal dengan makanan khas empek-empek nya. Rute perjalananku pagi ini adalah menuju propinsi Jambi yang disebut juga sebagai Kota Beradat. Jarak tempuh Palembang – Jambi adalah 287 KM. Hmm setidaknya lebih pendek dari jarak Jakarta Palembang hehehe. Jalan yang kulalui relatif bagus dan lebar-lebar, keluar dari kota Palembang aku sudah disambut hamparan kebun kelapa sawit disisi kanan dan kiri perjalananku. Kota kecil yang pertama kujumpai adalah Betung, perut sudah mulai keroncongan, tadi saat di hotel aku hanya makan kue dan minum segelas teh. Keluar dari Betung, laju sepeda motorku mulai pelan karena jalan yang mulai rusak, memaksaku untuk lebih waspada dan ekstra hati-hati. Jalanan yang tidak begitu ramai, sesekali aku berpapasan dengan bus-bus Sumatera-jawa yang melintas melalui jalan lintas timur.

Pukul 09.00 pagi aku mulai memasuki daerah sungai lilin, jalanan yang lurus memaksaku harus ektra waspada dan hati-hati, karena perut sudah tidak bisa diajak kompromi akhirnya kuputuskan sarapan pagi di salah satu rumah makan yang lumayan besar di daerah sungai lilin. Mmm semua pada memandang kearahku..hehehe mereka pikir pengembara dari mana nih.

Untuk tetap menjaga stamina aku sengaja memesan makanan yang tidak berlebihan, apalagi ini rumah makan padang. Kalau aku kalap bakalan bahaya ke kondisi fisikku. Beberapa sajian seperti soto padang, dendeng goreng dan teh telur khas padang telah kupesan. Mmm memang nikmat...

Setelah makan pagi dan beristirahat kurang lebih 30 menit, aku melanjutkan perjalananku, dari Sungai Lilin ini aku akan menempuh jarak 110 KM untuk sampai di perbatasan Sumatera Selatan dan Jambi. Beberapa kota kecamatan yang aku lalui sebagiannya bertepatan dengan hari pasar, banyak kendaraan dan pedagang yang mengambil badan jalan, sehingga ini memaksaku untuk sedikit lebih berhati-hati. Jalan antara Sungai Lilin dan Bayung lincir mulai berlobang, beban sidebag yang ada disisi kanan dan kiriku menambah beban yang sangan berat kepada dua shockbreker motorku, jarak yang seharusnya bisa kutempuh dalam waktu 2 jam, karena jalan yang rusak terpaksa menjadi lebih lambat dari perkiraan. Di rute ini aku sempat mengalami sedikit insiden, saat berhenti sejenak di daerah KM 10 dari arah Bayung Lincir memasuki perbatasan Jambi, saat menahan sepeda motorku aku terjatuh begitu juga dengan si black touring thundie ku, mungkin karena beban disisi kanan-kiri dan belakang motorku jadi keseimbangan agak kurang stabil. Setelah kuposisikan kembali motorku, ternyata ada baut pengunci sock sisi kiri yang terlepas. Mungkin ini disebabkan dari rusaknya jalan yang aku lalui pikirku. Akhirnya pelan-pelan kujalankan motorku untuk mencari bengkel terdekat.

Ternyata bengkel terdekat menurut informasi adalah di daerah perbatasan Jambi, astaga pikirku. Sedangkan jarak ke perbatasan dari posisiku masih sekitar 7 KM lagi. Mmm sebuah tantangan nih. Dengan kecepatan 40-60 KM/jam akhirnya aku memasuki perbatasan Jambi dan benar di depan sana ada terlihat sebuah bengkel. Kumasukkan motorku ke dalam bengkel, si tukang bengkel terheran-heran, wah untung bapak selamat ya, sampai terlepas gini bautnya, ujarnya.

Aku terpaksa geleng-geleng kepala sambil tersenyum,,”..mmmm Makasih Ya Allah, Kau lindungi hamba dari marabahaya”..ucapku dalam hati.

Saat aku asik memperhatikan bapak memperbaiki baut motorku, tiba-tiba nokia 9300 communicatorku berbunyi....”Hallo, dengan bro Isro ya? Terdengar suara diseberang sana. ”Iya benar, ini dari mana ya? Tanyaku, ”Kami dari Tajam’C bro, (Thunder Jambi Community)..posisi sudah dimana bro? Tanya mereka. ”Wah, makasih bro, saya masih didaerah perbatasan Jambi nih..terangku. ”Oh, oke bro, kami akan jemput bro di pom bensin perbatasan ya..! tegas mereka.

Aku sedikit bingung, kok tiba-tiba nomor hapeku bisa di mereka, ternyata selidik punya selidik rekanku di Jakarta yang memberikan nomor hapeku ke mereka. (terima kasih buat bro Sinyo Anton dari TRC). Akhirnya menjelang tengah hari, aku telah memasuki perbatasan Propinsi Jambi dan Palembang tepatnya di KM 10 arah kota Jambi, sesuai dengan informasi dari rekan-rekan Tajam”C, ternyata di POM Bensin sudah banyak berkumpul hampir 20 motor dari komunitas motor Jambi, wah penyambutan yang luar biasa pikirku.

Setelah memberikan salam dan berbincang sebentar dengan seluruh komunitas, aku langsung di ajak konvoi menuju kota Jambi, dalam kunjungan ini aku benar-benar merasakan ”brotherhood” dari kebersamaan ini. Padahal aku tidak mengenal mereka dan mereka tidak mengenal aku, namun rasa kebersamaan dan keakraban sangat tinggi kurasakan.

Penyambutan yang luar biasa pikirku, ini merupakan pengalaman yang luar biasa saat aku pertama melakukan touring seorang diri. Akhirnya kuputuskan untuk bermalam di Jambi bersama para ”brother” baruku sambil menikmati indahnya sungai batanghari dan hangatnya jagung bakar :-).

11 Mei 2007

Jambi - Pekanbaru

Hari masih pagi, kembali kusiapkan motor dan perlengkapanku, ini merupakan hari ketiga perjalanan solo touringku. Layaknya kota-kota besar lain di Indonesia, Kota Jambi di pagi hari juga sudah ramai dengan berbagai rutinitas masyarakat dan lalu lintasnya. Tepat pukul 9 pagi, aku sudah siap melanjutkan perjalananku, yaitu Jambi – Pekanbaru (Propinsi Riau) dengan jarak tempuh ± 500 km dengan asumsi waktu tempuh 9 jam perjalanan.

Dilepas oleh rekan-rekan dari Tajam’C di perbatasan kota Jambi, aku pun langsung melanjutkan perjalananku dengan kecepatan rata-rata 80 km/jam. Kota kecil pertama yang aku temui adalah Kuala Tungkal, dimana daerah ini kondisi jalan sedikit rusak dan ada perbaikan gorong-gorong sehingga sedikit menghambat laju motorku. Semakin jauh meninggalkan kota Jambi, tepat pukul 12 siang aku sudah mulai memasuki wilayah propinsi riau, jalan disini mengalami rusak parah, lubang banyak disana sini, untungnya saat itu tidak musim hujan, tidak bisa dibayangkan lubang-lubang tersebut berisi genangan air :-).

Jalanan yang rusak banyak menguras tenagaku, akhirnya kuputuskan untuk istirahat disalah satu SPBU yang cukup besar di daerah Pematang Reba. Mmm Cukup nikmat, istirahat disini (sebagai gambaran selama touring aku bisa istirahat dimanapun, bahkan untuk tidur hehehe, yang penting tempatnya bersih dan aman), sambil menikmati minuman dingin kurebahkan badanku di pelataran Musholla SPBU yang cukup bersih, setelah istrirahat dan sholat dzuhur selama 30 menit, kulanjutkan perjalananku dengan tenaga yang kembali penuh 100% kecepatan motorkupun kunaikkan menjadi 90 km/jam, mengingat posisiku masih di Pematang Reba dan jaraknya masih 400an kilomter lagi.

Alhmadulillah dari Pematang Reba masuk pinggiran kota Rengat dan terus melaju ke arah Japura jalanan relatif bagus waktu saat itu sudah hampir pukul 3 sore. Di rute ini aku tidak terlalu banyak istirahat dan terus melanjutkan perjalanan memasuki kabupaten Pelalawan, kabupaten ini dibelah oleh aliran sungai kampar serta pada kawasan ini menjadi pertemuan dari Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Menjelang mangrib aku sudah memasuki kota Pangkalan Kerinci yang merupakan sebuah kecamatan yang sekaligus merupakan ibu kota dari kabupaten Pelalawan. Kotanyanya cukup ramai, rumah-rumah disini berbentuk ruko, karena rumah sekaligus dijadikan tempat usaha bagi mereka.

Di Pangkalan Kerinci ini aku sempat istirahat sejenak, saat sedang istirahat tiba-tiba hapeku kembali berbunyi, halo dengan bro isro, terdengar suara dari seberang sana, iya benar, maaf ini dengan siapa jawabku. Ini bro dari PSTC (Pekan Baru Suzuki Thunder Club), sudah dimana posisi bro? Saya masih di Pangkalan Kerinci nih bro.., oke bro kami tunggu ya diperbatasan”’..tutupnya.

Hmmm satu lagi amazingnya brotherhood dalam hatiku. Semakin semangat rasanya menikmati perjalan solo touring ini. Selepas magrib langsung kulanjutkan perjalananku menuju Pekanbaru dengan jarak tempuh sekitar 80 km, jam sudah pukul 19.00 malam. Perjalanan malam ini kulalui bersama truk-truk besar yang melintas dijalanan, hamparan kebun sawit di kanan kiri jalan menemani dengan setia,kulirik jam tangan G-Shock Mudmanku, menunjukkan pukul 20.00, mmm sudah hampir satu jam aku lalui Pangkalan Kerinci, namun karena hari sudah malam aku tidak bisa memastikan berapa jauh lagi aku harus tiba di perbatasan kota Pekanbaru. Motor terus kupacu dengan kecepatan standar, mengingat hari sudah malam dan jalan yang kulalui masih baru bagiku, untuk meningkatkan penglihatan terpaksa kunyalakan lampu kabut yang sengaja kupasangkan pada dua sisi kanan dan kiri motor ku. Selang 30 menit akhirnya kulihat tapal batas ’Selamat Datang di Kota Pekanbaru”, alhmadulillah akhirnya aku tiba juga di perbatasan dan kulihat di depan sana banyak lampu lampu dari kendaraan bermotor. Kupelankan laju motor dan kumatikan lampu kabutku. Saat kustandarkan motorku, tiba-tiba seorang langsung menghapiriku,, bro Isro ya..? sapanya ramah, iya bro..kujabat erat tangannya..yup, aku disambut oleh bro Romi dari PSTC yang bertugas melakukan penjemputan setiap tamu yang datang ke Pekanbaru.

Malam itu akupun dikawal menuju tempat kopdarnya PSTC yaitu di daerah lokasi MTQ yang berdekatan dengan kantor DPRD Riau, wuih ternyata disana lagi ramai, karena banyak yang sedang kopdar juga, di lokasi aku bertemu dengan Pak Ephi dedengkotnya PSTC, ada sis Uq, cewek cantik yang doyan turing hehehe, disana juga ketemu teman dari komunitas thuder dari Purworejo yang baru pulang dari Sabang. Ada juga teman-teman dari Yamaha Vixion Bangkinang de el el deh hehehe banyak banget. Akhirnya setelah cukup ngobrol bersama rekan-rekan yang lain, pukul 23.00 aku diajak istirahat dikediaman Pak Ephi dan malam itupun berlalu di Pekanbaru bersama rekan-rekan PSTC yang penuh kekeluargaan.

12 Mei 2007

Next Trip Pekanbaru - Sosa

Hari ke 4 solo touringku, pagi itu sambil bercerita panjang lebar bersama Pak Ephi tentang pengalaman touringnya yang telah melintasi beberapa pulau kami menikmati lontong sayur khas Pekanbaru, suasana yang cair dan penuh keakraban, tidak terasa sudah pukul 7 pagi dan akupun berpamitan dengan pak Ephi dan pengurus PSTC. Pagi itu aku diantar oleh anak Pak Ephi yang tergabung dalam komunitas Tiger Pekanbaru ke perbatasan kota pekanbaru atau biasa disebut Panam, di daerah ini semua kendaraan yang berasal dari kota Pekanbaru akan berhenti dan berakhir disini.

Pinggiran kota Pekanbaru layaknya kota-kota besar di Indonesia, banyak ruko-ruko yang berjejer di sepanajang jalan yang bersih dan tertata rapi. Karena tujuan berikutnya adalah salah satu kota kecil di kabupaten Padang Lawas Propinsi Sumatera Utara, maka rute yang kupilih adalah lintas tengah yang akan melewati kota bangkinang. Dari panam perjalananku menuju kota bangkinang tidak mengalami hambatan, jalanan yang lebar dan lurus membuat jarak tempuh hanya sekitar 2 jam. Di kota bangkinang aku telah ditunggu oleh rekan-rekan dari komunitas Thunder Bangkinang dan Vixion Club Bangkinang, Bro Uchok selaku ketua thunder bangkinang sudah menungguku di Suzuki Bangkinang. Senang disetiap daerah aku banyak menemukan sudara yang baru pertama kali ku kenal dan kutemui, mereka begitu akrab dan bersahabat. Benar-benar indah kebersamaan dan persaudaraan ini.

Setelah ngobrol panjang lebar ± 45 menit aku berpamitan dengan bro uchok dan rekan-rekan. Tanpa dikomando, aku langsung diantar oleh mereka menunju perbatasan kota bangkinang, tepatnya jembatan rantau barangin. Sempat mengabadikan foto di jembatan rantau barangin yang menurutku cukup indah, setelah jembatan ini ada dua persimpangan, kalau kita ke kiri makan akan menuju Paya Kumbuh Sumatera Barat dan kalau ke kanan akan menuju Sumatera Utara. Nah jalur yang kupilih adalah jalur yang menuju ke kanan, jalanan relatif bagus namun sedikit berkelok-kelok dan menanjak. Ada beberapa kota kecamatan yang aku lewati, banyak perkebunan sawit dan beberapa lokasi pemukiman penduduk yang sudah ramai. Layaknya di pulau jawa, ada beberapa pasar tumpah atau pasar kaget, jadi harus lebih ekstra dan berhatihati karena banyak kendaraan yang parkir di sepanjang jalan.

Tepat pukul 1 siang aku sudah mulai masuk Kabupaten Rokan Hulu ibu kotanya Pasir Pangarayaan, di daerah ini aku disambut oleh teman-teman suzuki thunder Pasir Pangarayan dan diajak makan siang, sambutan yang luar biasa menurutku. INilah indahnya persaudaraan. Sesuai target, aku harus bisa sampai dirumah orangtuaku disalah satu desa kecil sebelum malam. Setelah berpamitan aku langsung kembali melanjutkan perjalananku menuju SOSA  dengan jarak tempuh sekitar 3 jam perjalanan ditambah kondisi jalanan yang rusak parah.

Akhirnya tepat pukul 5 sore, setelah menempuh jarak +/- 1630 KM aku tiba dengan selamat di rumah orangtuaku. Karena waktu yang tidak memungkinkan aku akhirnya membatalkan diri lanjut ke titik 0 Sabang, dan hingga hari ini keinginan itu masih terus terlintas dan mudah2an lain waktu bisa tercapai.

Untuk perjalanan pulang kembali ke Jakarta nanti akan kutuliskan lain waktu. Terima kasih dan "Always Keep Safety Riding bro.."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun