Kalau hanya deret empat panel kebawah itu cepat membacanya. Namun kalau dengan model panel lainnya itu membuat pembaca komik harus berpikir kreatif agar bisa membaca urutan panel tersebut. Apakah zig zag, apakah menurun lalu naik keatas lagi, apakah dari atas kebawah.
Oleh karena itu, semakin sering banyak membaca genre komik, maka otak secara otomatis berpikir kreatif mencari cara membaca alur cerita komik tersebut agar bisa dipahami jalan kisahnya. Karena setiap pengarang komik memiliki khas panelnya masing-masing. Tidak bisa disamakan atau digeneralisir semua sama.
Selanjutnya ciri khas komik itu isinya tulisan dan gambar. Berbeda dengan novel yang isinya deret shof tulisan yang berjejer rapi. Kalau membaca komik maka akan mendapatkan dua hal, yakni tulisan yang berisi dialog para tokoh serta narasi alur cerita, dan gambar yang mengilustrasikan alur cerita, tokoh, dan situasi latar belakangnya.
Ciri khas tersebut membuat otak menjadi terbiasa berpikir dengan kombinasi yang berbeda. Semakin sering membaca komik maka akan memunculkan perasaan senang dan bahagia, sehingga kemampuan otak dalam berpikir akan menjadi lebih baik lagi.Â
Otak akan semakin terbiasa dalam memproses informasi, sehingga pada akhirnya meningkatkan kecerdasan seseorang. Otak yang mana yang dimaksud? Tentu otak kiri dan otak kanan.
Baik, lanjut ke isi ceritanya. Komik Jepang ini variasi genre/temanya banyak, bahkan sudah ada klasifikasi segmen pembacanya sendiri.Â
Beberapa sudah saya sebut sebelumnya, yang lainnya sebut saja bertema persahabatan, cinta, kehidupan sehari-hari (slice of life), komedi, horor, olahraga, masak, science fiction, robot (mecha), detektif, misteri, ilmu pengetahuan, teknologi, musik dan sejarah. Kisah dan tokohnya lintas generasi, bisa mulai dari bayi sampai kakek nenek.
Beragamnya genre tersebut menjadi alternatif dalam membaca. Tidak monoton. Sesuai selera mau membaca yang mana. Bahkan kalau membaca semua genre tersebut dapat meningkatkan kemampuan bercerita, dan menambah referensi. Lebih utama lagi bisa memperkaya, menajamkan dan berpikir dengan sudut pandang yang berbeda dari tiap tokoh maupun dari tiap genre.
Bahasa yang digunakan pun seringkali bahasa pergaulan sehari-hari. Namun beberapa ada pula yang menggunakan bahasa yang asing kita baca. Sebuah hasil riset dari Cunningham dan Stanovich mengatakan jika bahasa yang digunakan dalam komik setara dengan bahasa dalam pembicaraan para mahasiswa. Menambah perbendaharaan kosakata kan?
Hal berikutnya yang berbahaya jika terlalu sering membaca komik yakni meningkatnya daya ingat seseorang. Cara penyajian komik lewat percakapan yang dibuat ringkas dan didukung adanya ilustrasi gambar, membuat seseorang mudah mengingat apa isi komik tersebut. Ya, naluri alamiah manusia kan sukanya sama yang menarik mata.
Namun, seringkas-ringkasnya percakapan belum tentu semua isi ceritanya sederhana. Ada yang kompleks dan pelik. Seperti kisah komik bertemakan detektif atau misteri, pembacanya akan dibuat ikut berpikir siapa pelakunya, apa motfinya, bagaimana mengaitkan petunjuk dengan pelaku, dan lainnya.