Kalimat demi kalimat meluncur dari sang khatib. Ketika beliau menyampaikan permohonan maaf, banyak warga yang ikut terharu mendengarnya, ada pula yang ikut meneteskan air matanya, dan ada pula yang diam menunduk.
Isak tangisnya pun berhenti. Beliau mengambil nafas, lalu mulai mengajak para jamaah untuk bersalam-salaman.
"Melalui momentum ini, mari kita bersalam-salaman tanpa berjabat tangan dan mengambil jarak masing-masing satu meter. Kita saling bermaaf-maafan."
Semua yang hadir secara serentak berdiri. Laki-laki dalam barisannya sendiri pun dengan yang wanita. Dimulai dari mereka yang berusia lanjut berdiri, menempatkan diri, dan mengambil jarak.
Kami semua lantas mulai saling bermaaf-maafan. Tak ayal, dalam suasana yang berbeda, meski dengan penuh kegetiran, kami semua tetap memaknainya dengan baik dan tulus.
Ada yang menangis haru, ada yang menangis sedih, ada yang tersenyum bahagia.
Setelah usai, kami lantas membubarkan diri. Kembali kerumah masing-masing. Dan sunyipun kembali menyapa.
Aku lantas memulai #SilaturahmiVirtual sambil menikmati sarapan pagi.
Menyapa dalam jarak, berucap dalam jarak, memafkan dalam jarak. Berbeda namun tetap istimewa.
Ahh, angpao saya tahun ini zong, hahahaha.
Selamat Idulfitri 1441 H. Mohon maaf lahir dan batin.