Alien merupakan makhluk yang dikenal oleh manusia sebagai makhluk luar angkasa atau makhluk asing. Alien ini seringkali dianggap aneh oleh manusia pada umumnya karena dilihat secara fisik bentuknya memang aneh walaupun gestur tubuhnya mirip manusia tapi bentuknya berbeda dengan manusia. Makhluk ini masih menjadi misteri, sekaligus menjadi makhluk konspirasi dalam ilmu pengetahuan. Banyak ilmuwan yang pro kontra dengan alien ini.
Tapi dalam hal ini saya tidak akan membahas wujud dan karakter alien itu sendiri. Melainkan saya menyamakan manusia layaknya alien. Manusia mengalami proses alienisasi, mengapa bisa begitu? Ya, karena manusia mengalami proses penjauhan diri terhadap lingkungannya atau realitasnya. Manusia benar-benar jauh dari realitas, manusia tidak mampu mengenali makna dari lingkungannya sendiri.
Lantas, manusia yang seperti apa yang tak mampu mengenali lingkungannya?
Manusia ini tak terkategori oleh apapun, artinya seluruh manusia menjadi alien, menjadi asing di lingkungannya sendiri.Â
Lantas apa yang menyebabkan manusia menjadi alien?
Proses kita menjadi alien memang tak terasa sama sekali, sangat halus prosesnya. Mampu menghipnotis semua umat manusia. Baik yang muda maupun yang sudah tua.Â
Beginilah rasanya hidup di lingkungan dogmatis. Manusia menjalankan aturan yang sudah ada secara turun temurun tanpa memahami kembali aturan itu secara baik. Misalnya seperti ini, ada sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anaknya.Â
Keluarga tersebut terbilang cukup ketat dalam menjalani kehidupan, Maka tak heran dalam keluarga tersebut banyak peraturan yang dibuat oleh sang ayah dan sang ibu. Dalam menjalankan aturan tersebut sang ayah hanya ingin anak-anaknya menuruti dia tanpa menjelaskan makna dari peraturan tersebut sehingga si anak menjadi anak penurut tanpa bertanya soal peraturan yang dibuat oleh sang ayah tadi. Motto ayah selalu bilang "kalau nurut pasti beres, jangan kebanyakan tanya".
Kemudian apa yang dilakukan sang ayah ini direkam oleh anaknya hingga anaknya tumbuh dewasa, lalu anak tersebut melakukan pengulangan atas apa yang ayahnya perlakukan dulu kepadanya yakni memberi peraturan kepada anak-anaknya nanti. Dalam kasus seperti ini akan terjadi pengulangan atau siklus terus menerus.Â
Mengapa bisa demikian? Ya karena kondisinya diarahkan pada lingkungan dogmatis bukan lingkungan kritis. Apabila lingkungannya adalah lingkungan kritis, maka setiap generasi pasti mengalami perubahan pola asuh dan mengikuti perkembangan jaman yang ada.
Begitulah kiranya saya menggambarkan sebuah kondisi yang sama persis dengan kondisi saat ini. Semua manusia terperangkap dalam lingkungan dogmatis, aturan turun temurun tanpa mengkaji lagi aturan tersebut.
Aturan atau dogma ini saya layangkan pada salah satu benda yang bernama uang kertas. Dimana hampir mayoritas manusia memiliki persepsi bahwa uang kertas itu berharga. Uang kertas dipercaya memiliki nilai.Â
Kondisi seperti ini berlangsung secara turun temurun dan jarang sekali ada manusia yang menanyakan ulang tentang uang kertas ini. Masyarakat hanya menerima begitu saja. Karena persepsi manusia diarahkan pada sesuatu yang apabila dipegang (dianut) oleh orang banyak pasti benar padahal belum tentu. Walaupun uang kertas dianut oleh banyak orang banyak, uang kertas bukanlah suatu kebenaran.
Saya rasa masyarakat harus menanyakan kembali benda yang dipake selama ini yakni uang kertas. Mislanya saja seperti pertanyaan yang pernah saya lontarkan dikala sendirian "Mengapa uang kertas bisa berharga padahal hanya kertas yang diprint?". Pada waktu itu satu pertanyaan ini membuat saya sedikit pusing untuk mencarii jawabannya dan akhirnya saya belajar sejarah tentang perkembangan uang melalui berbagai sumber, baik dari buku, website, youtube dan media yang lain.
Jawaban dari pertanyaan mengapa uang kertas bisa berharga adalah karena pada waktu itu nilai uang kertas adalah representasi dari emas. Uang kertas dijadikan sebagai alat perwakilan emas. Contohnya seperti ini, pada saat kita ingin menyimpan emas di salah satu tempat penitipan emas, maka kita akan diberi nota oleh tempat penitipan tersebut. Nah, nota penitipan tersebut memilki nilai sebesar emas yang disimpan dalam tempat penitipan tadi. Nota inilah yang kemudian menjadi cikal bakal dari lahirnya uang kertas.
Intinya seperti itu. Kalau belum paham, mari saya tunjukan contoh yang lain. Misal kita memiliki tanah seluas 1 hektar. Dari 1 hektar tanah tadi kita buatkan sebuah sertifikat tanah. Kertas yang digunakan untuk membuat sertifikat tadi kira0kira berubah nilainya tidak? Tentu berubah, yang tadinya hanya sebuah kertas biasa berubah menjadi kertas yang mewakili tanah 1 hektar dan masih banyak contoh yang lainnya.
Kita balik lagi ke uang kertas. Dalam perkembangannya nampaknya uang kertas mengalami perubahan demi perubahan salah satunya adalah nilainya. Pada jaman dahulu, masyarakat mempercayai bahwa uang kertas itu nilainya sama seperti emas, nampaknya mengalami perubahan. Pada tahun 1970an uang kertas mengalami pergeseran fungsi sekaligus makna. Yang tadinya uang kertas itu representasi dari nilai emas berubah menjadi secarik kertas biasa. Uang kertas tersebut kembali lagi ke nilai asalnya yang secara fitrah tidak bernilai sama sekai.
Mengapa kertas tidak memiliki nilai? Ya karena mudah rusak, tidak tahan lama, mencarinya sangat mudah dan sebagainya. Nah, mengapa manusia pada era modern saat ini tidak banyak yang mengetahui uang kertas yang mereka gunakan saat ini? Padahal sudah jelas bahwa uang kertas sudah tidak lagi memiliki nilai karena peristiwa 1970 tersebut yang biasa dikenal pembatalan sistem Bretton Woods oleh Presiden Nixon.
Jika kita semua sudah memahami akan hal ini, sangat pantas sekali apabila kita menjuluki manusia seperti alien yang asing dengan lingkungannya sendiri. Jika kita paham pastilah kita akan senyum-senyum sendiri.Â
Ilustrasi percakapan dibawah ini akan memberi kesan bagi kalian para pembaca artkel ini sekaligus menutup artikel ini. Saya mengilustrasikan ada dua orang pemuda bernama Adi dan Riko. Kedua pemuda tersebut ingin berbelanja di salah satu toko yang terdapat di desanya.
Singkat cerita mereka berdua sudah sampai ke toko tersebut dan ingin membeli snack atau jajanan ringan.
Adi: "Mbokdhe tumbass..!!" (Budhe beli)
Riko: "Dhe tumbass..!" (Budhe beli)
Penjual toko: "Yo le sek dilit, piye meh tuku opo?" (Iya nak sebentar, gimana mau beli apa?)
Adi: "Ajeng tumbas snack dhe" (Mau beli snack/cemilan budhe). Adi sambil menyerahka uangnya kepada si penjual
Melihat hal ini Riko tertawa dalam hati karena sejatinya Riko paham mengenai uang kertas yang tidak ada nilainya ini. Kemudian dalam hati Riko berkata "Ketika alien bertemu alien ya seperti ini nih"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H