Bangunan megah yang memiliki luasan 540 m2 ini dibangun di atas lahan seluas 1.480 m2, berdasarkan informasi sejarah bangunan ini dahulunya dihiasi dengan lantai marmer dan lampu-lampu gantung kristal yang indah.
Pasca kemerdekaan Republik Indonesia, bangunan ini berubah nama menjadi Gedung Merdeka dan berubah fungsi menjadi tempat tinggal beberapa keluarga sampai akhirnya di tahun 1990-an direnovasi oleh Yayasan Warisan Budaya Banda (YWBB) dan difungsikan menjadi aula pertemuan dan tempat pelaksanaan kegiatan-kegiatan sosial masyarakat.
Gedung Societeit de' Harmonie sempat tidak terawat selama beberapa waktu dan dalam kondisi rusak berat terutama pada bagian atap dan beberapa bagian lainnya.
Di tahun 2021 manajemen Universitas Banda Neira (UBN) melakukan renovasi dengan mengganti keseluruhan atapnya, memperbaiki bagian-bagian lain yang rusak, serta melakukan pengecatan ulang.
Bangunan tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan perkuliahan mahasiswa, wisuda sarjana, kegiatan pameran, dan digunakan juga untuk kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.
Sociteit de Harmonie beruntung menjadi salah satu bangunan bersejarah yang sempat terselamatkan. Jika 100 tahun yang lalu Sociteit de Harmonie hanya bisa dimasuki dan digunakan oleh para Kaum Elite Kolonial, lain cerita dengan sekarang Sociteit de Harmonie adalah milik kita semua yang perlu dijaga dan dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang positif.Â
Masih banyak bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kota Neira yang kondisinya sangat memprihatinkan untuk direnovasi. Peran serta pemerintah melalui institusi-institusi terkait sangatlah dibutuhkan untuk revitalisasi Kota Tua Neira.
Kota Tua Neira dan Kepulauan Banda seluruhnya adalah Museum Besar dengan berbagai macam koleksi sejarah dan budaya, termasuk manusia yang ada di dalamnya juga adalah bagian dari koleksi tersebut, karena mereka terbentuk dari berbagai kisah kejayaan dan kisah kelam Banda Neira di masa lalu.