Mohon tunggu...
Isra Amin Ali
Isra Amin Ali Mohon Tunggu... Wiraswasta - KTP

"Dari BANDA NEIRA Menjadi INDONESIA"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Benteng Vlissingen, Peninggalan VOC di Nusa Telu-Maluku Tengah

14 Agustus 2024   15:35 Diperbarui: 15 Agustus 2024   10:17 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Nusa Ela dan Benteng Vlissingen oleh Issac de Graaf 1668-1743 | Sumber: wikimedia.org

Kepulauan Tiga atau yang dalam Bahasa lokal di sebut Nusa Telu merupakan gugusan tiga pulau kecil di arah barat laut Pulau Ambon (Jazirah Leihitu) masing-masing:

  • Nusa Lain (Pulau Satu),
  • Nusa Hatala (Pulau Dua), dan
  • Nusa Ela (Pulau Tiga). 

Saat ini Nusa Lain dan Nusa Hatala masuk dalam wilayah administratif Negeri Asilulu, sedangkan Nusa Ela berada dalam wilayah administratif Negeri Ureng, Kecamatan Leihitu - Kabupaten Maluku Tengah - Provinsi Maluku.

VOC menyebut kepulauan ini dengan nama 'De Drie Gebroeders', Tiga Bersaudara. Meskipun ukurannya kecil, Nusa Telu/Kepulauan Tiga ini memasok cengkeh dalam jumlah besar kepada Kompeni. Hanya ada satu pejabat VOC yang diberi kewenangan untuk mengatur perdagangan di Nusa Telu.

Nusa Ela dan Gugus Nusa Telu (Kepulauan Tiga) | Sumber: Google Earth
Nusa Ela dan Gugus Nusa Telu (Kepulauan Tiga) | Sumber: Google Earth

Pada tahun 1638 atas perintah Johan Ottens Gubernur VOC di Ambon (yang menjabat tahun 1637-1641) memerintahkan pembangunan sebuah benteng di pulau yang paling utara dari gugusan Kepulauan Tiga yaitu tepatnya di Nusa Ela (Pulau Tiga), dengan tujuan untuk menguasai selat antara Pulau Ambon dan Pulau Seram.

Selang beberapa waktu terbangunlah sebuah Benteng kecil yang diberi nama Fort Vlissingen atau Benteng Storm atau Fort Noessatello di atas sebuah bukit kecil di ujung timur Nusa Ela. 

Denah dasar benteng ini berbentuk segitiga dengan panjang tiap sisi 8 meter dengan ketinggian dinding 2 meter, serta ketebalan dinding sekitar 1 meter. Benteng ini ditempati oleh 8 orang serdadu yang dipimpin oleh seorang Kopral serta dilengkapi dengan 4 meriam kecil.

Pulau Seram (Huamual) tampak dari Benteng Vlissingen tahun 1930 | Sumber: wikimedia.org
Pulau Seram (Huamual) tampak dari Benteng Vlissingen tahun 1930 | Sumber: wikimedia.org

Posisi benteng sangat ideal untuk pengamatan ke daerah sekitarnya seperti ke arah Jazirah Huamual termasuk Huamual Belakang di Bagian Barat Pulau Seram, yang mana pada masanya kawasan tersebut merupakan pusat Kerajaan Huamual. Selain itu dapat memantau lintasan kapal dari Pulau Buru dan Pulau Manipa. 

Pada masa Perang Huamual (perang antara Kerajaan Huamual dan VOC) benteng ini berperan penting sebagai Pos Pengamatan dan mengirim sinyal/informasi ke induk pasukan VOC yang ada di Benteng Amsterdam - Negeri Hilla - Pulau Ambon. Pada tahun 1651 Benteng Vlissingen ini sempat direbut, dijarah dan dibakar oleh Pasukan Kimelaha Madjira dari Kerajaan Huamual.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama benteng ini direbut kembali oleh VOC yang dipimpin oleh Gubernur di Ambon saat itu  Arnold de Vlaming van Outshoorn. 

Setelah keluar Keputusan VOC untuk mengurangi biaya pemeliharaan benteng-benteng di Ambon, maka pada tahun 1697 benteng ini tidak lagi ditempati secara permanen. Benteng ini hanya difungsikan sebagai pos pengintaian hingga tahun 1762.

Penulis berada di lokasi reruntuhan Benteng Vlissingen saat ini | Sumber: Dokumentasi Pribadi
Penulis berada di lokasi reruntuhan Benteng Vlissingen saat ini | Sumber: Dokumentasi Pribadi

Saat ini Benteng Vlissingen hanya menyisakan tembok berbentuk segitiga dan ditumbuhi oleh vegetasi liar. Di areal bukit sekitar benteng sudah dijadikan kebun yang ditanami tanaman umur pendek oleh warga setempat.    

Mungkin banyak dari kita yang belum tahu akan keberadaan dan sejarah dari  Benteng Vlissingen ini. Diharapkan  perhatian dari pemerintah melalui instansi terkait untuk merenovasi benteng kecil ini dan dijadikan objek wisata sejarah untuk mendukung potensi wisata alam yang ada di Gugusan Kepulauan Tiga (Nusa Telu).

Penulis berada di lokasi reruntuhan Benteng Vlissingen saat ini | Sumber: Dokumentasi Pribadi
Penulis berada di lokasi reruntuhan Benteng Vlissingen saat ini | Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kota Ambon dan Kota Vlissingen di Belanda sudah menjalin Kerjasama sebagai "Sister City" sejak tahun 1996 atau sudah 28 tahun. Sepanjang kerja sama itu banyak bidang yang sudah dan yang potensial untuk dikerjasamakan ke depannya seperti: pendidikan, kesehatan, pariwisata, air bersih, persampahan, dan lain-lain. Kegiatan yang memberikan manfaat buat masyarakat.  

Bukan sesuatu yang mustahil jika restorasi atau publikasi untuk promosi pariwisata akan Benteng Vlissingen ini bisa terealisasi.  

Walaupun hanya sebuah nama Benteng tapi jejak Vlissingen sudah ada di Maluku sejak 368 tahun silam, ini sebuah kebanggan bagi mereka akan petualangan leluhurnya dan kebanggan juga bagi kita atas jiwa Kepahlawanan para leluhur kita dalam mempertahankan tanah tumpah darahnya.

Ambon, Medio Agustus 2024

Oleh: Isra Amin Ali

(Pemerhati Sejarah dan Budaya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun