Gedung bercat putih yang merupakan ex- Istana Gubernur VOC di Banda Neira, masih terlihat megah dan klasik. Mulai dari sepasang patung singa yang terpajang di pintu gerbang, kolam air mancur di halaman depan yang sudah tidak berfungsi, pilar-pilar yang menopang gedung, serta pintu dan jendela yang simetris. Di dalam gedung, lantai keramik dan langit-langit gedung yang tinggi itu menceritakan sebuah kemegahan yang telah berlalu.
Namun, di salah satu jendela depan gedung yang kini dikenal dengan nama Istana Mini Banda itu, menyimpan sebuah kisah tragis.
Tergores di kaca jendela kata-kata terakhir dari Charles Rumpley. Ia diyakini merupakan Pegawai rendahan Kolonial Belanda berkebangsaan Perancis. Kata-kata yang ditulis pada 1 September tahun 1831 itu, diukir diatas kaca jendela menggunakan cincin berlian.
Kata-kata yang tertulis di atas kertas mungkin akan dilupakan dalam 100 tahun kemudian. Namun kata-kata yang digoreskan oleh itu masih bergema hingga hari ini. Â Kata-kata putus asa untuk bertemu kembali dengan keluarganya.
(Versi Asli - Bahasa Perancis)
Quand viendra t’il le temps que formera mon bonheur?
Quand frappera la cloche qui va sonner l’heure,
Le moment que je reverai les bords de ma Patrie,
Le soin de ma famille que j’aime et que je benis?
(Dalam Versi Bahasa Indonesia nya)
Kapankah datang waktu kebahagiaanku?
Ketika lonceng menghantam waktu,
Saatnya aku melihat lagi tanah airku,
Jiwa keluargaku yang aku cintai dan berkati?
(Dalam versi Bahasa Inggris)
When will come the time that will form my happiness?
When will the bell strike the hour,
The moment I will see again the shores of my country,
The bosom of my family that I love and bless?
Apa kira yang membuat Charles Rumpley menulis kata-kata itu? Perasaan putus asa karena merasa terisolasi hidup dikepung Laut Banda yang luas? ataukah kerinduan akan keluarganya yang tak kunjung tercapai? Apa yang terlihat bagai sebuah surga tropis bagi seseorang, bisa jadi neraka bagi orang lain.
Disarikan dari blog :
http://www.bandanaira.net/.../sebuah-kematian-di-tanah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H