Di masa lalu Flamboyan adalah tanaman peneduh di sisi kiri dan kanan jalan juga sangat berkontribusi dalam menambah Keindahan, Eksotisme dan Romantisme Kota Tua Neira. Sayangnya, periode penuh keindahan itu semakin hilang dan mungkin akan hilang seiring dengan hilangnnya Flamboyan diantara reruntuhan tembok dan bangunan-banguna bersejarah yang tidak terurus.
Kota tua Neira yang terdapat di gugusan kepulauan Banda Maluku pernah menjadi Kota Metropolis di Abad XVII sekaligus pusat pemerintahan Provintie van Banda (salah satu provinsi di era VOC), hasil Pala dan Fuli yang begitu melimpah di kepulauan ini membuat VOC membangun sarana dan prasarana (istana gubernur, Â sociteit de harmonie, gereja, rumah sakit, gedung teater, alun-alun kota, hotel, benteng, galangan kapal, dan rumah-rumah mewah) Â yang lengkap dengan tata kota dan bergaya Eropa.
Di masa itu Flamboyan sangat favorit dan digemari oleh pejabat VOC dan tuan-tuan perkenier Pala menjadi tanaman peneduh sekaligus tanaman hias yang mendapat perawatan baik, mungkin suasana ketika musim bunga flamboyan bermekaran, mengingatkan mereka akan kampung halamannya di Belanda.
Flamboyan yang bermekaran bunganya di musim pancaroba, merupkan pohon legendaris yang oleh kalangan pencinta tanaman dikenal sebagai "Tanaman Terindah di Dunia", karena tampilannya yang luar biasa menawan, orang selalu menanti dan merindukan kehadiran bunganya.
Apalagi, setiap kali bunga bermekaran, akan tercipta suasana romantis, saat yang tepat untuk Rendezvous
Banyak julukan yang diberikan orang sebagai bentuk kecintaan dan kekaguman terhadap bunga yang bernama Latin Delonix regia itu.
Orang Indonesia menyebutnya Flamboyan, yang diadaptasi dari kata Flamboyant (bahasa Prancis) yang bermakna "Cemerlang". Kalangan ilmiah menyebutnya Royal Poinciana. Orang India menyebutnya dengan Gulmohar. Julukan lainnya adalah "flame of the forest", "flame tree", atau bersama-sama dengan mawar dijuluki juga sebagai"Queen of the Flame".
Zaman berganti, pemerintahan berganti, status kota berganti, manusianya juga berganti, begitu pula dengan Flamboyan yang beregenerasi di Kota Tua Neira tanpa ada perawatan. Flamboyan sudah tidak diminati dan dipuja seperti dulu, tetapi sisa-sisa pesonanya masih tetap terasa di Kota Tua Neira.