Belang atau Kora-Kora, Begitulah masyarakat Banda Naira menyebutnya. Ratusan tahun lalu selain digunakan untuk berperang, Belang juga merupakan sarana transportasi juga kendaraan Raja, Orang Kaya dan para Imam. Saat ini fungsi Belang sudah tidak lagi seperti dahulu, Belang hanya digunakan dalam upacara-upacara adat, untuk menerima tamu-tamu kehormatan dan untuk acara festival budaya seperti perlombaan Belang yang diadakan setiap tahun.
Dalam konstruksi dan tampilan sebuah Belang Adat sarat akan makna, cerita sejarah dan kekayaan budaya yang tercermin dari warna, simbol, dan aksesoris yang digunakan.  Tampilan Belang  dari setiap kampung adat berbeda hal ini sudah  terwarisi dari para leluhur secara turun temurun.
Jabatan serta Tugas dan Peran Orang Belang Adat
- Kapitan Laut, Sebagai pemimpin/panglima perang laut yang memiliki keahlian dan bertanggung jawab untuk menjaga wilayah/teritorial laut, posisi berdirinya  berada di samping Tiang Bendera Depan dan juga berfungsi sebagai Nahkoda dan Navigator yang mengatur arah dan haluan Belang.
- Imam, Merupakan simbol pemimpin agama dari kampung adat tersebut, posisi berdirinya berada di depan tiang bendera tengah. Â Berfungsi untuk memberi semangat serta mendoakan untuk perlindungan, kemenangan dan keselamatan untuk semua atas suatu pertempuran
- Tua Adat, Sebagai Perwakilan Pemerintahan Adat, posisi berdirinya berada di depan Tiang Bendera  Belakang, berfungsi untuk memberikan semangat, berhubungan dengan leluhur secara supranatural serta menangkal serangan dari lawan dengan kekuatan magis dengan tujuan untuk keselamatan dan memperoleh kemenangan.
- Orang Kamudi, Sebagai Juru Mudi untuk mengendalikan arah dan haluan Belang sesuai dengan petunjuk dan arahan dari Kapitan Laut/ Navigator, posisi duduknya berada di belakang/ buritan Belang
- Natu, biasanya berjumlah 2 orang dengan posisi duduk saling berhadapan di bagian depan Belang, fungsi Natu untuk memukul Tiwal/Tifa dan Gong sambil menyanyikan Kabata/Kapata untuk puji-pujian dan semangat kepahlawanan para leluhur bertujuan sebagai pembakar semangat bagi para pendayung/pasukan perang
- Orang Panggayong, Para Pendayung yang berjumlah 30 orang, yang termasuk dalam Orang Panggayong ini adalah mereka yang memiliki kekuatan dan daya tahan fisik di atas rata-rata, mereka ini juga berfungsi sebagai prajurit/pasukan perang. Â Posisi duduk mereka dua-dua satu di sisi kiri dan yang lainnya di sisi kanan Belang atau dengan kata lain berjumlah 15 pasang
- Akibalu/Timbaruang, Berjumlah 2 orang tugas mereka yaitu membuang air yang masuk di dalam Belang juga menyiram para pendayung Belang dengan air agar tetap semangat dan memiliki kekuatan dalam mendayung, posisi mereka berada di antara tiang bendera depan dan tiang bendera tengah, dan yang satunya berada di antara tiang bendera tengah dengan tiang bendera belakang.
Dari penjelasan di atas terlihat dengan jelas Komposisi Orang Belang berdasarkan jumlah, jabatan serta tugas dan fungsi mereka.  Jadi istilah Orang Belang secara tuturan sehari-hari bukan hanya bermakna sebagai pendayung Belang, tetapi merupakan suatu Kesatuan yang terstruktur yang mana ada Pembagian Kerja yang jelas dengan tujuan yang sama yaitu untuk memenangkan suatu peperangan (di masa lalu ) dan  memenangkan suatu perlombaan (di masa sekarang).
Di Kepulauan Banda ada 7 Kampung Adat yang memiliki Belang atau Kora-Kora, antara lain :
- Belang Namasawar (Kampung Adat Namasawar atau Lautaka atau Negre)
- Belang Sairun (Kampung Adat Sairun)
- Belang Raja (Kampung Adat Waer)
- Belang Joko (Kampung Adat Selamon)
- Belang Wailondor (Kampung Adat Lonthoir)
- Belang Kampung Baru (Kampung Adat Kiat)
- Belang Arunggese (Kampung Adat Rosengain)
- Belang Ratu (kampung Adat Ratu)
Oleh : Isra Amin Ali
Pemerhati Sejarah dan Pariwisata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H