Mohon tunggu...
Puan Kelana
Puan Kelana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pejalan Anarki

Alam, Manusia dan Buku https://pejalan151100.blogspot.com/2024/12/eksploitasi-alam.html https://www.facebook.com/Puan.Kelana1511?mibextid=ZbWKwL

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengetahuan Teoritis

5 Desember 2024   08:50 Diperbarui: 5 Desember 2024   09:38 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

*Cara pikiran mengenali wujud*
Catatan Refleksi

Pada pembahasan cara mengenali wujud, di ketahui bahwa hanya filosof muslim yang memaparkan bagaimana jiwa mengenali wujud. Seperti Mullah Sadra dan Allamah Thabathaba'i dan sebagai mana penekanan atau Lokus keberangkatan manusia untuk mengenali wujud adalah pengetahuan teoritis. Pengetahuan teoritis sebagai Metode atau abstraksi pikiran. Dengan gerak subtansi (Kausalitas) jiwa menangkap secara Hudhuri, namun pada aspek pertama (Hudhuri) memerlukan kontruksi Hushulli atau fenomena yang bisa di buktikan secara esensial maupun secara eksistensi. Tapi di sisi representasi wujud Subtantif dari kontruksi Kopulatif Hanya sampai kepada Abstraksi mental.

Representasi makna akan tereduksi, sebab pemaknaan secara esensial dengan konsep universal akan melibatkan konsep Logika. Predikat dan penghubung suatu realisasional tanpa adanya aspek rasional dan spiritual maka pemaknaan Maujud, bahwa Ali adalah bijaksana hal tersebut hanya berupa pemaknaan subjek.
Hanya aspek pemaknaan secara esensial, maka hubungan (Kopulatif) jiwa akan stagnan dalam pembuktian. Pembuktian itulah mestinya di hubungkan sebagaimana mulla Sandra berusaha menghubungkan dua aspek Antara rasional (Teoritis) dan spiritual (Penyaksian) bahwa dua aspek tersebut harus di buktikan secara intelektual.

Pembuktian bahwa Ali adalah bijaksana mestinya harus di buktikan secara akal, atau suatu pemikiran dalam bentuk Penyaksian harus bisa di buktikan secara pengetahuan teoritis. Maka di sinilah peran konsep logika untuk mendudukkan predikat pemaknaan wujud. Olehnya, kebenaran yang didapat melalui cara intelektual tidaklah bertentangan dengan wujud.

Mahiya sebagai intepretasi makna dan wujud sebagai predikat untuk membuktikan secara pengetahuan teoritis, jika pikiran hanya sampai pada interpretasi maka intepretasi tersebut berupa mental (Pemaknaan esensi). Sedangkan jiwa  menginginkan sesuatu yang bisa di buktikan secara intelektual, sehingga di sebut sebagai makna mandiri. Dan Penegasan Kopulatif sebagai aspek teoritis, titik tekan bahwa pengetahuan teoritis sebagai metode dan tentu pra-syarat untuk bagaimana memahami relasi antara jiwa dan akal. 

*Teori Universal Alami dan Individuasi Mahiya* 

Kaitan wujud dan Mahiya suatu ciri khas tersendiri dalam pembahasan Wujud. Mahiya dengan keberagaman nya di sebut sebagai Universal Alami, di mana individuasinya mempredikatkan kesatuan konsep korespondensi dengan objek. 

Dalam hal ini Misbah Yazdi mengatakan bahwa sifat universal Hanya dapat di terapkan pada apa-apa yang ada di konsep atau di dalam benak dan kita sepakat bahwa pada alam luaran Mahiya-mahiya itu selalu bercampur hal-hal Aksiden. Kaitan dengan Mahiya esensial dan Mahiya universal sebagai abstraksi pikiran sehingga di katakan sebagai Universal Alami, universal alami sesuatu yang di lekatkan pada sesuatu. 

Putih sebagai konsep alami yang terikat pada objek dan putih sebagai konsep universal alami maka putih bisa di lekatkan pada Realitas yang berciri, ia di sifati sebagai pra-syarat untuk menentukan batasan universal alami (Aksiden Spesifik).

Wujud mewujud di luar eksternal karena ada ciri pengsifatan pada objek individu (Hubungan) Subtansi sering kali di hubungkan dengan Aksiden, jika di abstraksi wujud-maujud maka misdaq keswabuktian nya di lekatkan pada individu dan Maujud melalui Kontruksi sehingga misdaq peletakan nya di katakan mewujud melalui Individuasi. 

Teori Universal Alami sebagai perantara bagaimana melihat Mahiya dan wujud bahwa apakah mewujud melalui Individuasi atau pada hakikatnya mewujud pada dirinya tanpa melalui abstraksi, abstraksi Hanya mengantarkan pada pembuktian wujud dengan objek individu, individu sebagai pra-syarat untuk membuktikan bahwa putih itu mewujud pada kain. 

Apakah abstraksi jiwa dengan keberagaman Maujud dan persepsi eksistensi dapat membagi atau mengenali wujud Subtansi yang prinsipil dalam benak. Mengapa demikian mengasumsikan dalam konsep Mahiya bahwa wujud hanya mengejewantahkan dalam benak sehingga di katakan bebas. 

Mahiya terikat di sebut sebagai Universal Alami lantas ide universal apa perlu Aksiden Spesifik ? Apakah Ketika ide universal (Wujud) di kontruksi sehingga keterbatasan hanya stagnan pada alam ide. Lalu bagaimana jika ide universal alami tidak terikat atau tanpa di diperantarai oleh objek bukankah wujud tetap mengejewantahkan dirinya tanpa di abstraksi ataupun tanpa terikat oleh objek yang di sifati. Hal yang perlu di garis bawahi adalah Mahiya bebas, karena demikian Mahiya bebas tidak di misdaq  pada Realitas maka ia tidak Maujud hanya berupa konsep (Imajinasi). Problem yang kita hadapi ketika konsep (Mahiya bebas) tidak memiliki penyadaran pada objek individu.

*KAITAN SOAL-SOAL WUJUD DAN MAHIYA* 

Pembicaraan seputar wujud dan Mahiya, wujud (Kehadiran) hal demikian di tangkap oleh jiwa. Wujud di abstraksi oleh jiwa sehingga memunculkan konsep-konsep Maujud dan Mahiya. 

Kemunculan konsep Mahiya dan berbagai sudut pandang memberikan penjelasan bahwasanya Mahiya hanya perihal persoalan mental (Kopulatif) atau fitrawi, eksistensi wujud Subtantif dalam gerak subtansi sebagai perwujudan wujud. Keberagaman Mahiya, sebagai titik penekanan dalam menguraikan dan bagaimana pikiran mengenali Mahiya. Pada pembahasan wujud dan Mahiya di tekankan bahwa "Keberagaman Aksiden adalah penyebab keberbilangan dan multiplisitas Maujud luaran".

Keberagaman Maujud suatu kontruksi pikiran, di mana subjek menganalisis batasan persepsi, batasan ia sebagai afirmasi-negasi. Afirmasi negasi pada suatu Esensi sehingga jiwa berada pada segi tetap (Hakiki), maujud-Tak Maujud tiada lain Kontruksi pikiran. Dan bagaimana pikiran mengenali wujud ? Abstraksi pikiran untuk mengenali wujud, ketika pikiran mengenali wujud maka batasan persepsi tidak akan di pengaruhi secara esensial tapi hal-hal esensial yang membatasi wujud. Hingga jiwa tidak mengenali wujud, pengetahuan niscaya suatu hal yang tidak bisa di batasi sebab, ia terus menerus mengaktualkan dirinya (Alam ide). 

Sehingga, batasan persepsi tidak lagi di pengaruhi oleh realitas esensial ketika Maujud dan wujud terhubung tanpa Kontruksi. Maka ia akan menampakkan dirinya sendiri (Hudhuri), namun demikian kondisi esensial memerlukan metodologi kontruksi untuk sampai kepada yang tetap. Dan hanya akal yang mampu memperoleh Esensi penjelmaan wujud eksternal, keberagaman esensial suatu hal perlu diperhatikan atau di kondisikan (Jiwa). Oleh sebab itu, pencerapan mengabstraksi segi Mahiya umum pada Aksiden, ketika abstraksi mengenali Mahiya tentu memungkinkan untuk rekontruksi. 

Di katakan bahwa hal-hal esensial menjadi masalah Yang sedemikian berpengaruh, ia suatu titik persoalan bercampur aduk dengan keberagaman. Keberagaman Mahiya suatu Maujud, maka penekanan untuk bagaimana memahami Mahiya tiada lain adalah metode Subtansi (Wujud). Ia sebagai metode sekaligus sesuatu yang wujud dalam keberagaman. Dan Persepsi abstraksi dengan pengetahuan teoritis berupaya untuk mengantarkan jiwa pada pengetahuan niscaya. 


Terima kasih
Kamis, 05 Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun