Petani di Sumatera Barat dalam berkehidupan selalu berurusan dengan kebijakan, dengan pengusaha (pedagang) dan konsumen, disamping itu juga menghadapi ancaman Bencana (daerah rentan bencana) dan perubahan iklim.
Pertanyaan yang muncul dari kondisi tersebut adalah
1. apakah kebijakan pertanian sudah berpihak kepada petani
2. apakah telah terjadi perdagangan yang adil
3. apakah konsumen sudah empati terhadap petani
4. apakah petani siaga karena berkehidupan di daerah rentan bencana
5. apakah petani telah mampu melakukan adapatasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
Keadaan tersebut harus disikapi dengan bijak oleh petani di Sumatera Barat jika tidak ingin menjadi bagian dari "Korban-korban" akibat ketidaksiagaan.
Ada beberapa hal yang telah dilakukan oleh petani walaupun secara kuantitas masih terbatas. Akan tetapi hal ini bisa menjadi besar jika didorong menjadi gerakan bersama. Petani di Sumbar telah memulai hal ini dengan melaksanakan Galanggang Alam Petani Organik 2011, dan dilaksanakan setiap tahunya. Acara ini merupakan "ruang" bagi petani untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi serta menyusun strategi bersama dalam menghadapi hal tersebut.
Untuk aksi rintisan saat ini gerakan pertanian organik telah mengahasilkan lahan yang organik, penurunan pemakaian pestisida dan bahan kimia, energi alternatif melalui kotoran ternak, melestarikan kekayaan sumber pangan lokal, pembibitan, penanaman dan banyak lainya.
Gerakan ini semakin lama semakin besar dan terus membesar dalam rangka mendorong kepedulian pihak - pihak terhadap petani dan keluarga petani. Semoga contoh kemandirian petani yang telah ada dapat diadopsi oleh seluruh petani, sehingga mereka bisa berdaulat dilahanya, tidak tertindas di lahannya.