Mohon tunggu...
Risa Amrikasari
Risa Amrikasari Mohon Tunggu... -

I speak, only if I care.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

The Book of Eli - Holy Book is Still the Source of Power

8 November 2010   05:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:47 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film-film bertema 'kiamat' ataupun masa-masa setelah terjadinya bencana besar yang menimpa umat manusia di seluruh dunia memang sedang marak. Saat melihat poster film ini, rasanya tak terbayang, apa hubungannya kekacauan yang tergambar dalam poster itu dengan sebuah buku? Apakah film ini menceritakan tentang seorang penulis? Ataukah buku itu yang menjadi penyebab 'muram'nya kondisi yang tergambar pada poster itu?

Tak ada tanda-tanda soal buku sama sekali di awal-awal film ini. Tahun 2042, kekerasan kehidupan yang terjadi di masa setelah bencana badai matahari adalah situasi yang tergambar dengan jelas. Tampaknya untuk makan pun banyak manusia yang masih hidup bisa membunuh manusia lain untuk bisa bertahan hidup.

Sebuah lagu indah yang terputar dari Ipod butut ELI (Denzel Washington), laki-laki yang menjadi pemeran utama di film ini, menjadikan paduan gambar yang indah dari sebuah kemuraman dunia.

I can think of younger days

When living for my life was everything

A man could want to do

I could never see tomorrow

I was never told about the sorrow

And how can you mend a broken heart?

How can you stop the rain falling down?

Tell me how can you stop the sun from shining?

What makes the world go 'round?

Layaknya sudah menjadi prediksi dan kekhawatiran umum, pada masa sesudah bencana dunia, kehidupan seolah-olah kembali ke nol, dan manusia hidup tanpa hukum. Siapa kuat, dia berkuasa. Perempuan kembali menjadi sasaran empuk keganasan nafsu para laki-laki bejat.

Relasi antara judul dengan suasana muram yang terlukis sejak awal, baru terasa saat kemunculan tokoh Carnegie (Gary Oldman) yang kebetulan berkuasa di satu area karena menguasai sumber air bersih, yang memang di masa itu menjadi sesuatu yang sangat mahal harganya. Dengan kekuasaannya ia menyewa para bandit jalanan untuk mencarikannya sebuah buku, tapi tak pernah memberitahu buku apa yang sebenarnya ia cari. Para bandit ini bahkan tak bisa membaca, dan mereka hanya menyetorkan saja buku-buku yang berhasil mereka temukan, dan belum berhasil menemukannya meski sudah banyak buku yang disetorkan. Carnegie bercita-cita ingin melakukan ekspansi dengan membangun beberapa kota lagi dan menjadi penguasa atas manusia-manusia yang masih bertahan saat itu. Dengan kecerdasannya dan juga kesukaannya menggali ilmu pengetahuan dari buku-buku, ia berharap buku yang dicarinya akan dapat mengantarkannya pada kejayaan yang dicita-citakannya.

"I grew up with that book, I know its power." - CARNEGIE

Sementara itu, ELI dalam perjalanannya tiba juga di kota kecil ini. Situasi perdagangan yang kembali ke jaman barter membuat ELI harus menukarkan barang-barang miliknya untuk mendapatkan satu botol air bersih. ELI harus membelinya di salah satu bar yang kebetulan adalah milik Carnegie. Saat sedang menunggu kantong minumannya diisi inilah orang-orang bayaran Carnegie yang memang kejam dan merasa jagoan, menyerangnya hanya karena kucing salah seorang dari mereka diusir oleh ELI dari dekatnya.

ELI digambarkan sebagai orang yang ahli berperang hingga semua orang di bar itu yang menyerangnya tewas dan berantakan. Pada dasarnya ia tak suka turut campur urusan orang lain, tetapi saat dirinya diganggu, ia melakukan perlawanan dengan sangat piawai.Semua itu tentu saja tak luput dari perhatian Carnegie. Ia pun membujuk ELI untuk menjadi salah satu anak buahnya dan menjanjikan hidup yang lebih baik. Tetapi ELI yang memiliki tujuan pasti dari perjalanannya, menolak semua itu. Carnegie tak kehabisan akal, ia mengirimkan anak angkatnya, Solara (Mila Kunis), untuk merayu ELI. Tak peduli isterinya, Claudia (Jennifer Beals), menangis karena anaknya yang diumpankan, Carnegie berambisi untuk menahan ELI setelah ia tahu bahwa ELI pun ternyata seseorang yang senang membaca. Tentu saja kehadiran Solara ditolak oleh ELI. Tetapi Solara yang ketakutan ibunya akan mendapat siksaan jika dirinya gagal, memohon agar dibiarkan bermalam di kamar ELI sampai keesokan harinya. Saat itulah Solara belajar sesuatu yang belum pernah didengarnya sama sekali. ELI mengajarkan padanya cara berdoa menurut Bible, dan keesokan harinya saat Solara mengajak ibunya mengikuti cara ELI berdoa. Carnegie yang tak sengaja mendengar doa itu, mengenalinya sebagai sesuatu yang terkandung dalam buku yang selama ini dicarinya.

Carnegie pun memaksa Solara untuk mengatakan apakah ia melihat ELI membawa sebuah buku. Dalam keadaan tertekan karena menyaksikan ibunya kesakitan karena disiksa, Solara pun mengatakan bahwa ia melihat ELI membawa sebuah buku yang ia tak tahu buku apa itu, tetapi menunjukkan tanda dengan menyilangkan dua jarinya melambangkan salib. Tahulah Carnegie bahwa buku yang dicarinya ada pada ELI.

Plot-plot berikutnya dalam film ini menggambarkan bagaimana Carnegie yang begitu berambisi merebut buku itu, dengan segala upaya, memburu ELI dan mengorbankan banyak hal termasuk kehabisan orang-orang bayarannya hingga ia akhirnya tak mampu lagi mengatasi kerusuhan yang terjadi di kota yang tadinya dikuasainya.

Secara umum, film ini bertutur tentang upaya gigih seseorang bernama ELI yang merasa dirinya mendapat panggilan untuk membawa buku itu ke arah West Coast Amerika Serikat. Pada suatu titik, ELI mendengar suara dari dalam dirinya yang kemudian mengarahkannya pada lokasi di mana buku itu berada, dan seolah-olah mendengar suara itu mengatakannya bahwa ia harus membawa buku itu ke arah barat, dan bahwa Tuhan akan memberi kekuatan dan perlindungan kepadanya selama misi itu dijalankannya. ELI begitu yakin akan panggilan itu, dan terbukti saat ia diserang oleh berondongan peluru anak buah Carnegie, tak satupun peluru itu mengenainya. Seolah-olah ada tabir yang melindunginya dari rentetan tembakan itu. Tigapuluh tahun sudah ELI berjalan untuk mengantar kitab itu ke arah barat, tanpa takut tersesat, dan meyakini semua petunjuk yang datang adalah dari Tuhan. Apakah ELI seperti Nabi baru di masa mendatang? We never know.

Betapa kuatnya pengaruh sebuah kitab bagi seseorang yang pernah merasakan kekuatannya, dan hal itu tak akan dipahami oleh orang yang tak pernah membaca apalagi mempercayainya.

Carnegie:

Put a crew together, we're going after 'em.

Redridge:

For a fuckin' book? Carnegie:

IT'S NOT A FUCKIN' BOOK! IT'S A WEAPON. A weapon aimed right at the hearts and minds of the weak and the desperate. It will give us control of them. If we want to rule more than one small, fuckin' town, we have to have it. People will come from all over, they'll do exactly what I tell 'em if the words are from the book. It's happened before and it'll happen again.All we need is that book.

Gambar-gambar yang biasanya meresahkan hati mengingat betapa kacaunya situasi yang terjadi di saat bencana melanda negeri, ditampilkan menjadi gambar-gambar yang artistik. Jika anda banyak melihat sesuatu menjadi terlihat 'jorok' dan 'menjijikkan' dalam film-film lain, maka dalam film ini, sisi elegan dari sosok pahlawan dalam diri ELI tampaknya demikian menyatu dengan penampilan gambar-gambar muram yang artistik dan latar belakang lagu yang demikian menyejukkan dan menenangkan hati. Meskipun demikian, alur ketegangan cerita dalam film ini juga tak hilang. Kombinasi yang menawan dari semua unsur dalam film ini membuat saya pribadi, rasanya ingin mengulang menontonnya kembali.

Sebuah pesan moral yang lugas disampaikan oleh film ini adalah, bahwa sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan dan agama, adalah sesuatu yang dapat menjinakkan keganasan manusia. Tanpa adanya itu, manusia hidup liar dan tak ada bedanya dengan hewan atau mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Di sisi lain, bahwa seseorang bisa menguasai orang lain termasuk menguasai dunia, juga dengan cara memanfaatkan agama dan syiar-nya, juga tergambar dengan jelas dan diwakili oleh tokoh Carnegie. Ia yang berambisi menguasai dunia, ingin mempergunakan apa yang tertulis dalam Bible untuk menguasai pemikiran manusia liar di sekitarnya. Mungkin sebuah usaha yang baik jika dilihat dari kacamata pengembangan manusia ke arah yang beradab, tetapi memiliki kelemahan karena dimanfaatkan untuk kepentingan pribadinya berkuasa atas mahluk lain.

Niat buruk sepertinya memang akan mendapat ganjaran buruk pula. Meski sudah berhasil merebut Bible itu dari tangan ELI, Carnegie yang pada saat baku tembak terluka karena tembakan ELI, dan telah membalaskan dendamnya dengan menembak ELI hingga terluka parah, akhirnya tak pernah berhasil membaca isi dari Bible tersebut, karena setelah dibuka, ternyata Bible itu ditulis dalam huruf Braille. Claudia yang kebetulan buta pun tak lagi berhasil ditekan untuk menuruti keinginannya untuk membacakan isi dari Bible tersebut. Carnegie berjuang mati-matian untuk mendapatkan kitab yang ingin dipakainya untuk menguasai umat manusia, tetapi berakhir dengan kehancurannya sendiri.

Sementara itu, ELI yang terluka parah berhasil melanjutkan perjalanannya dan dibantu oleh Solara yang berhasil melepaskan diri dari sekapan Carnegie, akhirnya berhasil mencapai sebuah tempat percetakan di Alcatraz yang dikelola oleh King James. Di situlah King James menjalankan percetakannya untuk mempersiapkan kembali dokumen-dokumen penting dunia. Setelah berhasil menumpahkan semua yang dibacanya dari Bible dan dicatat oleh Lombardi, akhirnya sebuah Bible baru pun dicetak dan diberi nama King James New Bible. Sebuah Bible yang akan mengantarkan manusia pada keimanannya di masa mendatang. ELI meninggal tak berapa lama setelah semua yang di ingatannya tertuang dalam bentuk tulisan oleh Lombardi. Bible baru itupun kemudian disimpan dalam rak buku, di antara dua buku penting lainnya yang telah berhasil dicetak ulang, Taurat dan Alquran.

"Write everything exactly as I say it. The first book of Moses, called Genesis. Chapter 1, verse 1. In the beginning God created the heaven and the earth." - ELI

Hal penting lainnya yang ingin disampaikan oleh film ini adalah, bahwa manusia, di saat masih berkecukupan senang sekali menghambur-hamburkan sesuatu dan kurang menghargai apa yang dimilikinya. Saat kehancuran datang, semua menjadi begitu berarti.

"People had more than they needed. We had no idea what was precious and what wasn't. We threw away things people kill each other for now." - ELI

Dan pada satu titik di saat ia tak mampu lagi mempertahankan buku itu untuk tetap digenggamnya, ia tersadar sesuatu bahwa selama ini ia terlalu banyak mendalami buku itu dan terfokus pada tujuan untuk mengantar buku itu sesuai pesan yang didengarnya, tetapi ia lupa untuk mempraktekan apa yang sudah dipelajarinya sekian lama. Tak ada gunanya kita membaca sesuatu hingga hafal jika kita tak paham maksud dan intisari yang terkandung dari suatu pesan penting yang tertulis dalam buku mana pun.

"I was carrying and reading it everyday, got so caught up in protecting it, I forgot to live by what I'd learnt from it -- To do more for others than you do for yourself!"

My note : Five STARS for this movie! I'm glad I have the chance to watch it!

The Book of ELI - 2010

Directors: Albert Hughes, Allen Hughes

Writer: Gary Whitta

Stars: Denzel Washington, Mila Kunis, Gary Oldman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun