Mohon tunggu...
Isnuansa Maharani
Isnuansa Maharani Mohon Tunggu... -

Menulis segala hal yang terlintas di kepala. Berbicara dalam takaran yang berlebih. Berjalan pagi dengan hak sepatu tinggi yang mulai menipis. Mengejar bis kota yang penuh sesak dan berbau khas. Minum kopi jenis tertentu setiap ada waktu. Pengen bisa naik vespa sendiri keliling kota. Berharap menemukan soulmate dalam waktu dekat. Blog pribadi saya di IsnuansaDotCom

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Padang dengan Cinta

29 April 2011   06:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:16 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benteng Van Der Capellen
Benteng Van Der Capellen
Ada namanya Benteng Van Der Capellen. Nggak sebagus Rotterdam yang ada Museum La Galigonya, benteng ini nggak banyak isi di dalamnya, meski memang dibangun dengan konsep museum seperti Rotterdam, namun mini museum. :p Saat masuk ke Benteng itupun, tak ada seorangpun yang ada di sana. Saya mblusuk saja ke dalam, foto-foto, dan akhirnya pergi lagi. Jika tak salah ingat, tahun 1804 pembuatannya.

Situs Cagar Budaya Ustano Rajo Alam
Situs Cagar Budaya Ustano Rajo Alam

Situs Cagar Budaya Ustano Rajo Alam
Situs Cagar Budaya Ustano Rajo Alam
Selain Benteng, ada lagi makam tua: Situs Cagar Budaya Ustano Rajo Alam. Bentuk batu nisannya sangat berbeda dengan Makam Raja Raja Tallo di Sulawesi Selatan yang pernah saya datangi. Bukan nisan sih sebenernya, karena hanya ada batu yang bentuknya mirip Kujang, senjata khas Jawa Barat. Di bagian depan makam, ada makam yang dibungkus dengan kain kuning. Pacar bilang sih, itu makam orang dengan jabatan tertinggi di situ, Rajanya mungkin, tapi saya belum sempat googling buat mengetahui detail objek wisata situs makam tersebut. Di sebelah makam, ada pohon beringin yang amat besar, dengan segerombolan monyet bermain di bawahnya. Waktu saya yang sangat terbatas, membuat saya tak sempat mencoba mendatangi gerombolan monyet tersebut, apakah jinak atau tidak.

Puncak Pato
Puncak Pato

Puncak Pato
Puncak Pato
Dan terakhir, objek wisata yang saya kunjungi adalah Puncak Pato. Saya nggak bisa lama-lama di situ karena hawa dinginnya sama dengan di puncak, nggak kuku deh dingin bener. Setelah dari Puncak Pato, saya dikenalin sama sahabat-sahabat semasa SMA si pacar yang kebetulan ada reuni kecil-kecilan secara mendadak. Seneng, bisa jalan-jalan ke Padang (lagi) dan berharap tahun-tahun mendatang kembali lagi dan berbagi cerita di blog ini tentang objek wisata yang berbeda. :) ~~~ Anda bisa membaca tulisan yang sama di blog Isnuansa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun