Untuk menciptakan konten di Facebook dan Instagram yang menggambarkan Prabowo Subianto Prabowo sebagai sosok patriotik dan nasionalis, tim digitalnya juga tak mau kalah menggunakan bahasa dan visual yang kuat untuk menarik simpati publik. Seperti video kampanye Prabowo di Instagram yang menunjukkan dirinya bertanggung jawab atas kegiatan militer, sehingga video tersebut menjadi viral dan mendapat banyak perhatian dari publik.
Dampak Komunikasi Politik terhadap Masyarakat dan Demokrasi
Opini publik, dinamika politik, dan keputusan pemilih di Indonesia sangat dipengaruhi oleh komunikasi politik. Media massa dan media sosial memengaruhi persepsi masyarakat tentang kandidat, partai politik, dan masalah politik lainnya. Kasus yang menonjol adalah Pilkada DKI Jakarta 2017, di mana media memiliki peran yang signifikan dalam membentuk persepsi publik. Media konvensional dan digital sedang memperdebatkan masalah seperti agama, ras, dan identitas politik. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi politik dapat memecah belah masyarakat dan memperkeruh masalah sensitif. Sebaliknya, media juga dapat digunakan untuk mendidik politik. Misalnya, program debat calon presiden yang disiarkan di televisi dan media sosial memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengevaluasi visi dan misi kandidat secara langsung. Ini adalah contoh bagaimana media dapat berkontribusi positif terhadap kualitas demokrasi. (Faridhian Anshari, 2013)
Dengan demikian, tantangan terbesar, bagaimanapun, adalah menjamin bahwa komunikasi politik dilakukan secara jelas, jujur, dan bebas dari kecurangan. Untuk meningkatkan komunikasi politik Indonesia, masalah seperti fenomena politik uang, penggunaan bot untuk menyebarkan propaganda, dan tekanan terhadap jurnalis independen harus diatasi. Komunikasi politik kontemporer sangat memengaruhi masyarakat dan demokrasi Indonesia. Tetapi sebaliknya, partisipasi publik yang lebih luas dimungkinkan oleh media sosial. Gerakan #ReformasiDikorupsi menunjukkan bahwa masyarakat dapat terlibat dalam diskusi politik tanpa batasan geografis. Namun demikian, komunikasi politik juga memiliki potensi untuk memperdalam polarisasi masyarakat. Berita palsu dan manipulasi opini publik dapat merusak kepercayaan terhadap sistem demokrasi. Teori framing (Entman, 1993), yang menjelaskan bagaimana berita dapat memengaruhi pandangan masyarakat, lagi-lagi mendukung fenomena ini dengan cara penyajian berita yang sudah dibingkai sedemikian rupa sehingga dapat memengaruhi persepsi publik. (Fatimah, 2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H