Marrakesh - Belanda pada Rabu, 11 Mei 2020, menganggap rencana otonomi yang diajukan pada tahun 2007 oleh Maroko, sebagai "kontribusi serius dan kredibel bagi proses politik yang dipimpin PBB" untuk menemukan solusi atas masalah Sahara.
Dengan posisi baru ini, yang diungkapkan dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan setelah pembicaraan antara Menteri Luar Negeri, Kerjasama Afrika dan Maroko di Luar Negeri, Nasser Bourita, dan mitranya dari Belanda, Wopke Hoekstra, Belanda jelas telah bergabung dengan momentum dukungan internasional untuk Maroko. Rencana otonomi untuk secara definitif menutup sengketa buatan atas Sahara Maroko.
Posisi baru Den Haag muncul setelah dukungan yang diungkapkan oleh Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan Filipina dalam mendukung inisiatif otonomi yang diajukan oleh Maroko pada tahun 2007 sebagai satu-satunya dasar untuk mengakhiri perselisihan ini.
Dalam pernyataan bersama, yang dikeluarkan pada akhir pembicaraan Bourita-Hoekstra, Belanda dan Maroko menegaskan kembali dukungan mereka untuk Utusan Pribadi Sekretaris Jenderal PBB untuk Sahara, Staffan de Mistura, dan upayanya untuk melanjutkan "proses politik yang bertujuan untuk mencapai solusi politik yang adil, langgeng dan dapat diterima bersama", sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan dan tujuan serta prinsip yang ditetapkan dalam Piagam PBB.
Pertemuan Bourita dengan FM Belanda berlangsung Rabu di Marrakech di sela-sela pertemuan tingkat menteri Koalisi Global untuk Mengalahkan ISIS, dikutip Mapnews.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H