Kehidupan manusia sebagai bagian dari sistem pengkodean yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Dengan kata lain, segala sesuatu yang ada dalam kehidupan manusia dan diterima oleh indera manusia dapat dinyatakan sebagai tanda yang perlu diberi makna. Para pragmatis menganggap  tanda sebagai "perwakilan" (Hoed, 2007). Tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia membentuk suatu sistem yang disebut bahasa.
Saussure (1966) menyatakan bahwa sistem simbolik yang membentuk bahasa terdiri dari lima komponen. Dengan kata lain, bahasa adalah sistem simbolik yang terdiri dari dua bagian: a (simbol) penanda dan simbol (symbol). Label mengacu pada aspek penting dari bahasa, seperti diberitahu, mendengarkan, menulis, dan membaca. Signifikan adalah aspek spiritual bahasa, konsep pemikiran, citra spiritual, atau tanda.  Secara terminologi, semiotika dapat diidentikkan sebagai ilmu yang mempelajari berbagai objek, peristiwa, dan semua budaya sebagai tanda. Pada hakikatnya, analisis semiotika tentu merupakan upaya untuk merasakan sesuatu yang luar biasa dan memerlukan pertanyaan lebih lanjut ketika membaca teks atau cerita (wacana) tertentu. Analisis adalah suatu paradigma dalam arti mencari makna, meskipun tersembunyi di balik  teks.  Semiotika modern selalu mengacu pada dua  pendirinya,  Charles Sanders Peirce dan Ferdinand de Saussure.
Perth adalah seorang filsuf Amerika dan mendirikan Sekolah Filsafat Pargmatisme. Saussure adalah seorang ahli Bahasa Swiss dan kemudian  dikenal sebagai bapak linguistik. Keduanya tidak saling mengenal. Beberapa ide mereka jelas mencerminkan semiotika yang berbeda karena subjek studi mereka yang berbeda, yang keduanya memberikan kontribusi yang signifikan bagi semiotika modern. Esai ini tidak dimaksudkan untuk menjelaskan keduanya, tetapi berfokus pada bagaimana filsafat pragmatisme Perth berkontribusi pada konstruksi prinsip-prinsip semiotika.
Perth dikenal luas karena teori tanda tangannya. Bagi Perth, tanda  mewakili sesuatu untuk seseorang (lihat Lechte, 2001: 227). Gagasan ini jelas terkait dengan gagasannya tentang filsafat praktis bahwa pragmatisme adalah cara menggambarkan objek berdasarkan pengaruhnya terhadap pikiran dan pengalaman, tetapi gagasan ini kemudian berfokus pada objek daripada simbol.Revisi (lihat Adams, 1986: 637). Sebagaimana dijelaskan oleh Adams (1986:638), argumen Perth adalah bahwa mengetahui sesuatu selalu bergantung pada pengurangan kesan  kesatuan proposisi, dan kemampuan untuk menentukan identitas sesuatu selalu merupakan "kemampuan".
Itu tergantung pada pemilihan predikat yang terbatas. Dalam skema ini, "Being/Being" hanyalah kopula, "is" adalah prediksi, dan tidak ada konsep seperti "Being". Jadi, menurut Perth, ketika kita mengatakan "Kamado itu hitam", itu adalah zat yang tidak membedakan antara "kegelapan / warna" dan menjelaskan kebingungan saat menggunakan hitam sebagai predikat. Entitas Ya, seperti yang ditampilkan. Ilmu semiotika memang hebat, seperti Charles Sanders Peirce (1839-1914), seorang ahli semiotika awal yang mengidentifikasi bagian-bagian dasar tanda dan berbicara tentang rekombinasi semua komponen menjadi satu struktur. Dikembangkan berdasarkan kontribusi orangnya. Indeks (realitas dan keberadaan objek yang terkait dengan objek individu) dan simbol (istilah yang mencakup karakteristik alam).
The Semiotics of Charles Sanders Pierce :
Dalam kasus Perth, setiap gejala yang dipahami  seseorang dikaitkan dengan gejala lain dalam pikirannya melalui persepsi dan pengalamannya. Ini juga merupakan kontribusi penting dari pragmatisme. Oleh karena itu, semiotika Perth sering disebut sebagai semiotika pragmatisme karena berkaitan langsung dengan persepsi dan pengalaman sendiri. Selain itu, dalam konteks ini  dapat dipahami bahwa tanpa penafsiran tanda, tanda tidak ada artinya dan/atau  tidak berarti apa-apa.
Oleh karena itu, dalam proses semi-asis di atas, penafsir adalah hubungan terpenting untuk membuka kedok ekspresi. Ini, tentu saja, berhubungan langsung dengan objek. Hubungan semiotik tripartit di atas juga merepresentasikan fungsi persepsi dan pengalaman penafsir sebagai sumber pembuktian hubungan ketiganya. Misalnya, dalam teks sastra, lebih khusus puisi, setiap kata dapat terdiri dari ketiganya, tergantung pada bagian mana yang lebih dominan untuk menunjukkan interpretasi huruf. Menurut Pierce, tanda menegaskan sesuatu (objek) yang ditujukan kepada seseorang (penafsir) dalam konteks itu.
Semiotika menunjukkan bagaimana menciptakan makna dalam  konteks sosial. Artinya, makna dimaksudkan untuk diingat dan ditafsirkan, bukan dihasilkan oleh setiap individu atau individu. Semiotika mempelajari bagaimana  konteks sosial  mempengaruhi pendengar (receiver) komunikasi. Menurut Pierce, semiotika mencakup tindakan, pengaruh, dan kolaborasi pada tiga subjek: tanda, objek, dan penafsir. Subjek bukan berarti seseorang, melainkan struktur semiotik yang  tidak dipengaruhi oleh kebiasaan komunikasi yang abstrak dan konkrit. Di sisi lain, menurut Pierce, tanda adalah  sesuatu yang ada pada diri seseorang untuk mengungkapkan sesuatu yang lain melalui seorang penafsir (komunikasi, paragraf). 1)
Dari segi elemen visual, semiotika memiliki hubungan yang tidak terpisahkan dengan bahasa visual. Gambar adalah tulang punggung desain. Bahasa visual, seperti bahasa  lain, memiliki apa yang disebut aturan, prinsip, atau konsep. Desain sebagai bahasa visual umumnya memiliki empat kelompok elemen:
- Elemen konsep yang terdiri dari titik, garis, bidang, dan volume.
- Elemen visual yang terdiri dari bentuk, ukuran, warna dan tekstur.
- Elemen relasional yang terdiri dari arah, posisi, ruang, gaya, dan berat.
- Elemen peran yang terdiri dari gaya, makna, dan tugas.
Akuntansi merupakan alat komunikasi melalui tulisan sebagai pengganti komunikasi verbal antara manajer dengan pihakpihak yang berada di luar perusahaan. Sebagai bahasa tulis, akuntansi adalah teks. Unsur-unsur yang yang tidak dapat dipisahkan dalam akuntansi sebagai bahasa adalah rerangka koseptual, standar akuntansi, dan laporan keuangan. Semua unsur tersebut adalah teks, sehingga dari perspektif semiotika, akuntansi merupakan kumpulan tanda (signs). Tanda tersebut dapat berupa kalimat, kata, atau angka (Fiol, 1989).  Akuntansi dapat disebut sebagai bahasa karena karakteristik leksikal dan gramatikalnya (Belkaoui, 1980,363). Dengan dua karakteristik tersebut, akuntansi dapat diartikan sebagai kumpulan simbol-simbol linguistik baik tekstual maupun numerik yang mewakili suatu realitas tertentu. Semiotika dapat diterapkan sebagai semiotika dalam  bidang ilmu akuntansi.
Mempelajari fenomena simbolik dalam bahasa dengan menggunakan semiotika dan metode juga dapat digunakan untuk mempelajari fenomena simbolik dalam  bidang akuntansi (Belkaoui, 1989).  Akuntansi keuangan yang kita kenal sekarang dirancang atau dibangun dengan asumsi bahwa investor dan kreditur adalah pihak yang dituju informasi tersebut. Efek komunikasi yang ingin diraih adalah agar suatu kelompok yang dituju tersebut bersedia menanamkan dana ke kegiatan ekonomik yang dibutuhkan oleh sejumlah masyarakat melalui perusahaan. Pesan ini dikumandangkan melalui media di dalam statemen keuangan (Suwardjono, 2005).  Sebagai suatu bentuk alat komunikasi, maka sebuah informasi keuangan yang telah disediakan oleh perusahaan harus menjadi relevan, berkualitas dan pastinya dapat dipercaya (Robu, dkk. 2016 dan Wolk, dkk. 2004). Informasi keuangan yang dijamin berkualitas, pasti akan dicari dan dibutuhkan oleh stakeholder (investor dan kreditor) karena berdasarkan nominal maupun angka-angka yang ada pada laporan keuangan digunakanakan menjadi acuan dan sebagai salah satu dasar dalam proses pengambilan keputusan (Robu, dkk. 2016).
Melalui PSAK, pedoman diberikan untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dan kapabilitas adanya arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (PSAK 1, Per 1 Juni 2012). Pemahaman tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan merupakan persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang akuntan. Kemampuan seorang akuntan untuk memahami kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan akan mempengaruhi kualitas hasil (Muranto dan Kemala, 2013). Â
Mengingat pedoman untuk mempersiapkan dan menyajikan laporan keuangan, akuntansi tampaknya terikat oleh berbagai aturan, peraturan, interpretasi dan pendapat. Ini semua berdasarkan kebutuhan nyata. Secara historis, standar akuntansi juga  dianggap profesional, dan banyak perusahaan besar memiliki fungsi internal mereka sendiri yang berfokus terutama pada interpretasi standar ini (Buys, 2008). Dengan menampilkan angka-angka dalam laporan keuangan, akuntansi menjadi bidang analisis yang kering dan sejuk yang memberikan interpretasi jawaban benar dan salah. Hal ini  menimbulkan pertanyaan tentang seberapa penting indikator ini untuk menilai realitas ekonomi dan bagaimana hal itu dapat diukur. Penulis standar akuntansi telah berusaha untuk mempertahankan standar akuntansi dalam menghadapi kritik nilai wajar (Wolk, et al.). 2004).Â
Secara linguistik, bentuk dan efek sistem komunikasi diperiksa dalam tiga bidang: semiotika, linguistik, dan logika. Semiotika adalah bidang yang membahas  tentang tanda dan teori umum tanda dalam  linguistik. Linguistik adalah bidang  fonetik, tata bahasa, morfologi, dan linguistik yang berhubungan dengan makna kata dan frasa. Logika terus membahas isu-isu dan isu-isu yang berkaitan dengan keberadaan wahana nalar dan validitas nalar. Ketiga bidang tersebut telah mempelopori gerakan-gerakan teoritis yang mendasari terciptanya komunikasi yang efektif. Semiotika memiliki tiga tingkatan: sintaksis, semantik, dan pragmatik.
Hendriksen dan Van Breda (1992) menjelaskan bahwa akuntansi adalah sebuah bahasa. Banyak yang menganggap akuntansi sebagai bahasa bisnis dengan simbol berupa teks dan angka yang mengacu pada berbagai kemungkinan interpretasi bagi pembaca laporan keuangan. Ketika orang melihat akuntansi dan melihatnya sebagai  gerakan dalam bahasa bisnis,  akuntansi dapat dikaitkan  dengan semiotika.Â
Seperti yang dikemukakan  Santaella (Fontana, 2013: 8), semiotika adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa dan  sangat berguna untuk studi akuntansi yang melibatkan hubungan antara pengguna dan sistem normatif.  Beberapa studi akuntansi telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan semiotik. Fiol (1989) meneliti surat dari direksi kepada pemegang saham menggunakan metode analisis teks semiotik. Ini mencerminkan keberadaan dan kekuatan batasan yang memisahkan unit organisasi internal dan perusahaan dari lingkungan eksternal. The Macintosh (2000), di sisi lain, menggunakan semiotika Baudrillard untuk memeriksa keadaan ontologis informasi dalam laporan akuntansi. Peneliti menggunakan istilah Simulacrum, Hyperreality, dan Explosion untuk melacak perubahan  dalam sejarah catatan akuntansi.
Breton (2009) mempertimbangkan penggunaan analisis semiotik buat lebih tahu laporan tahunan. Ini dimulai menggunakan gagasan bahwa laporan tahunan menceritakan kisah itu pada pembaca. Dalam teori ini, yg pertama nyata atau "sesuatu" merupakan "aktualisasi diri" yg dianggap aktualisasi diri (atau alasan), & "sesuatu" kognitif dianggap objek. Proses terkait antara aktualisasi diri & objek dianggap semi-osis (semeion, Yun, character). Soal perindikasi, proses semi-donasi ini belum selesai. Oleh lantaran itu, terdapat proses lain yg dianggap Continuation Interpreter (Process Interpreter).
Berkaitan menggunakan pelaporan keuangan, simbol, gambar, angka, atau fakta yg masih ada pada laporan tahunan mempunyai makna, bukan sekedar simbol, & keterangan buat mengungkapkan pesan eksklusif pada Sasaran (pihak yg berkepentingan). Memahami angka, simbol, & teks sangat bergantung dalam kemampuan mereka buat mengukurnya. Ricoeur (2009) menyatakan bahwa teks merupakan cara lain  menurut ucapan & adalah standarisasi menurut seluruh artikulasi ekspresi pada teks garis lurus. Analisis semiotika menaruh konsep media yg komprehensif & menerapkan anggaran menggunakan ketentuan yg bisa diterapkan sejauh mungkin dalam perindikasi-perindikasi praktis. Analisis semiotika Charles Sanders Peirce akan lebih penekanan dalam konsep yang memberikan contoh yg telah terdapat menggunakan apa yg dianggap triadik & konsep trikonominya yg terbagi sebagai 3 contoh.
Dalam tahu penerangan makna, setidaknya terdapat 3 unsur tersebut, ayo kita uraikan terlebih dahulu: (1) perindikasi, (2) acuan perindikasi, & (3) penggunaan perindikasi. Tanda merupakan sesuatu yg terdapat, jelas, & bisa dirasakan sang alat kita. Begitu jua menggunakan logo, logo merupakan suatu bentuk yg dianggap jua menggunakan penerangan rinci melalui sketsa gambar yg divisualisasikan menurut visi & misi yg masih ada pada suatu perusahaan atau organisasi atau bisa berupa suatu jenis produk.
Dalam semiotika, segala sesuatu yg dicermati atau dibentuk bisa didefinisikan, mengacu dalam hal yg mengacu padanya & bisa diartikan menjadi perindikasi, memakai nalar sehat, seorang umumnya menempelkan perindikasi dalam acuan (referensi) buat tahu maknanya. Laporan keuangan adalah keliru satu indera yg bermanfaat bagi manajemen buat aplikasi operasi manajemen sehari-hari. Belkaoui (2006) menyebutkan bahwa penyusunan laporan keuangan akan sebagai daya tarik yg adalah wahana buat melengkapi apa yg dilakukan & apa yg dirasakan manajer mengenai asal daya pemilik. Laporan keuangan adalah output menurut suatu aktivitas yg bersifat teknis supaya tujuan penyediaan fakta yg berguna bisa tercapai. Dalam hal ini perlu adanya komunikasi.
Dalam teori komunikasi, semiotika merupakan salah satu kajian tradisional. Tradisi semiotik terdiri dari seperangkat teori tentang bagaimana  tanda merepresentasikan suatu objek, ide, situasi, situasi, emosi, dan situasi di luar tanda itu sendiri (Littlejohn, 2009: 53). Semiotika mempelajari sistem, aturan, dan praktik yang membuat simbol-simbol tersebut bermakna (Kriyantono, 2007: 261). Suwardjono (2005) mendefinisikan semiotika sebagai bidang studi yang membahas teori-teori umum tentang tanda dan  linguistik. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa semiotika adalah studi tentang tanda. Konsep tanda ini adalah untuk memastikan bahwa makna muncul ketika ada hubungan antara tanda-tanda.Â
Penggunaan semiotika sebagai alat analisis dalam penelitian akuntansi adalah Oktaviani et al. , 2017 dan beberapa jenis laporan lainnya. Pada tingkat semiotika,  informasi akuntansi praktis memiliki beberapa keunggulan. (1) Alat untuk memahami realitas ekonomi, (2) infrastruktur pengambilan keputusan, dan (3) indikator likuiditas (Riduwan et al., 2010). Laporan adalah dokumen yang berisi hasil analisis yang mengarah pada petunjuk evaluasi, tujuan, dasar pemikiran, dan pendapat (Lestari et al., 2019). Sebagai informasi akuntansi, laporan penilaian dibuat sesuai dengan struktur yang  ditentukan. Oleh karena itu, Anda dapat melihat apakah laporan tersebut membantu keputusan Anda. Laporan Kekayaan sengaja dirancang oleh penyedia layanan pemeringkat untuk menyampaikan pesan tertentu kepada pengguna. Laporan layanan pemeringkatan adalah seperangkat simbol dan bahasa yang menunjukkan arti atau kenyataan tertentu. Oleh karena itu, laporan sangat sulit untuk dianalisis dalam semiotika semantik untuk menemukan cara melaporkan laporan berdasarkan pesan yang ingin disampaikan oleh evaluator melalui berbagai simbol, indeks, simbol, dan  makna yang diterima oleh pengguna.Â
Penyusunan dan penyajian laporan keuangan  memiliki potensi di antara para pemangku kepentingan sejak awal. Pemicunya antara lain adanya informasi yang tidak proporsional (asimetri informasi) antara pemangku kepentingan (AlNajjar dan Abed. 2014),  pemilik (principals) dan pengelola (agents), dalam hal ini administrator (Jensen dan Meckling), termasuk perbedaan kepentingan. , 1976). ), Adanya bentuk kepatuhan (stewardship), yaitu pengelolaan  pemilik sebagai bentuk tanggung jawab (Gjesdal, 1981), adanya persaingan (Wolk, et al. 2004), akuntansi tahunan merupakan tanda ( sinyal) investor Sebab, ada tekanan (Arifin, 2014) baik dari peraturan pemerintah (querciable), penerapan sistem dalam suatu organisasi (pemalsuan), atau praktik. Sebagai bagian dari laporan keuangan, ia memainkan peran yang sama dengan laporan keuangan. Ini berfungsi sebagai sarana komunikasi  bagi semua pihak yang terlibat. Pelaporan keuangan merupakan alat yang penting bagi para pebisnis. Laporan keuangan mencakup catatan kegiatan bisnis yang dilakukan oleh  perusahaan selama periode waktu tertentu. Pelaporan keuangan juga berperan penting sebagai alat komunikasi antar pelaku usaha (Toding, M., Wirakusuma M.G. 2013).
Laba adalah hasil akhir yang diharapkan  setelah pelaksanaan pertama dari suatu kegiatan investasi. FASB dari SFAC No. 1 (prg 44) menyatakan bahwa pendapatan adalah sebagai berikut: Laba diharapkan dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain (Suwardjono: 2011): a) indikator efisiensi sumber daya, b) pengukuran kinerja, c) berbasis pajak, d) alat pengelolaan sumber daya, e) Penetapan kriteria dan penilaian kelayakan Tarif pajak BUMN, f) Alat manajemen debitur, g) Basis kompensasi dan bonus, h) Alat motivasi manajemen, dan i) Basis pembagian dividen. Pakar lain mendapat untung sebagai imbalan atas upaya perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. (Godfrey, Hodgson, Holmes: 1997). Hal ini sesuai dengan pemahaman bahwa keuntungan dinilai sebagai keuntungan modal selama suatu periode  kegiatan produksi yang dapat dibagi atau dibagikan kepada kreditur, negara bagian, dan pemegang saham tanpa mempengaruhi integritas modal asli. (Paton & Littleton: 1987)
Â
Contoh berikut menunjukkan analisis semiotika teks naratif Laporan Tahunan 2015 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk.Â
Selain pelaporan keuangan, semiotika meliputi teori perilaku konsumen, dan ada konsep  bahwa peran semiotika sangat penting bagi pemasar. Misalnya, Oswald (2012) melihat  konsumen membeli makna, bukan  barang. Selain itu, semiotika diterapkan untuk mengembangkan brand positioning  melalui representasi visual yang dapat dipadukan dengan teks naratif. Simbol yang terkait dengan suatu merek dapat mempengaruhi pikiran konsumen ketika melakukan suatu proses pemaknaan. Maknanya diterjemahkan oleh konsumen sesuai dengan kerangka pemikiran yang dibentuk oleh budaya  sekitarnya. Oleh karena itu, proses pemaknaan merek konsumen  menjadi pertimbangan produsen ketika memutuskan strategi pemasaran.
Sutisna (2003) menjelaskan bahwa  pemasar telah mulai  menggunakan semiotika, sebuah studi tentang hubungan antara tanda dan peran independennya dalam menentukan pemahaman. Ilmu ini digunakan untuk  memahami bagaimana konsumen menafsirkan makna simbol (kata, simbol, gambar, logo,  produk). Semiotika perlu memahami perilaku konsumen, karena konsumen menggunakan produk untuk mengekspresikan identitas sosialnya, dan konsumen berdiri di luar fungsi utama produk. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994), fokus semiotika adalah pada makna kognitif, fungsi simbolik, dan sejarah budaya barang, karena budayalah yang memberi makna pada barang dan jasa. Pentingnya budaya itu relatif, tergantung kapan dan siapa yang memaknainya. Ada beberapa makna budaya karena perubahan konteks dan sistem kehidupan.
Contoh penerapan semiotika dalam manajemen pemasaran Dalam semiotika Perth, pembuat minuman ringan Pepsi mendirikan asosiasi produk  ikonik. Misalnya, Perusahaan Pepsi menginginkan  objek menjadi Pepsi transparan bernama CrystalPepsi. Simbolnya adalah cairan bening, tetapi tentu saja maknanya jelas. Sementara itu, konsumen memiliki interpretasi yang berbeda terhadap produk. Menurut mereka, Crystal Pepsi bersifat lemah dan berair (Assael, 1998). Perbedaan signifikan yang negatif tentu merugikan produsen. Perbedaan ini akan diminimalisir jika sebelumnya telah dilakukan analisis semiotika makna warna dalam konteks minuman ringan konsumen. Contoh lainnya adalah pada artikel "Nilai Tanda Objek dalam Masyarakat Konsumen (Analisis Semiotik BlackBerry Baltik)" oleh Fardiyan (2012). Dalam penelitian ini, kami menggunakan metode semiotika Roland Baltic yang dipadukan dengan konsep Jean Baudrillard. Fokus penelitian Baltik adalah pada sistem tanda (makna) tingkat kedua. Temuan makalah ini, pertama-tama, bahwa blackberry adalah salah satu kerajinan modern  di mana kita dapat mengamati berbagai wacana penting yang muncul dalam peradaban kita saat ini. Kedua, benda memiliki makna tersendiri dan dibuat dari tenaga/pengetahuan manusia, bukan  iklan. Ini jelas fungsional bagi kami. Ketiga, penggunaan objek mempengaruhi semantik objek. Objek digunakan sesuai dengan artinya. Nilai utilitas objek bersifat relatif. Nilai pakai ini sangat bergantung pada bentuk pengetahuan manusia.
Daftar Pustaka :
Godfrey, Jayne., Allan Hodgson., Ann Tarca., Jane Hamilton., Scott Holmes. 2010.
Accounting Theory. 7th edition. John Wiley & Sons Australia, Ltd.
Hoed, B. H. (2014). Semiotik dan dinamika sosial budaya. Depok: Komunitas Bambu. Kasali, R. (1998).
Hazard. 1986. Teori kritis sejak tahun 1965. Florida: Pers Universitas Florida. (H.639)
Peirce, Charles Sanders. c.1903. From Logical tracts, No. 2, in CP 4.418-502 re-titled as On existential graphs, Euler's diagrams, and logical algebra (Burks p. 296).
Peirce, Charles Sanders. 1904. On signs and the categories, from a letter to Lady Welby dated 12 October, in CP 8.327-341 (Burks p. 321); full letter in Hardwick 1977: 22-36.
Peirce, Charles Sanders, c.1905. Pragmaticism, Prag. (4). First page of ms. is missing: printed in
Zoest, Aart Van. 1993. Semiotika; Tentang tanda, Cara Kerjanya dan Apa YaKita Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H