Mohon tunggu...
ISNA SARIFAH
ISNA SARIFAH Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo 2022

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Observasi Tambak Udang di Desa Pasir Malang

28 November 2022   09:35 Diperbarui: 28 November 2022   09:39 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tambak Udang milik Pak Aji di desa Pasir Malang (dokpri)

Dalam berbagai aspek kehidupan diperlukan keseimbangan, dalam budidaya udang keseimbangan lingkungan sangat penting karena akan mempengaruhi kenyamanan pada udang untuk tumbuh dan berkembang.

Udang termasuk ke dalam filum Artropoda (hewan tanpa tulang belakang dan beruas-ruas), hewan ini banyak ditemukan hampir di seluruh perairan di dunia bahkan di Indonesia. Di Indonesia sendiri udang termasuk hewan laut yang sangat digemari masyarakat lokal, untuk dikonsumsi karena pengolahannya yang mudah dan dapat diolah menjadi makanan yang enak seperti udang saus tiram, udang tumis, udang goreng, udang asam manis dan lain-lain, sehingga ada banyak masyarakat Indonesia yang mau membuka usaha budidaya udang, selain enak udang juga mengandung manfaat bagi tubuh seperti mampu meningkatkan fungsi otak, menghindari Anemia, membantu pembentukan sel tubuh, mencegah penuaan dini, menghindari osteoporosis, menghindari gondok, menghindari kemandulan, mencegah kanker, mengatasi masalah kulit dan lain-lain.

 Modal adalah yang terpenting dalam setiap usaha apapun dan bisnis budidaya udang ini termasuk kedalam usaha yang memerlukan modal keungan cukup besar namun budidaya udang ini juga termasuk salah satu budidaya yang menguntungkan karena penghasilan yang menjanjikan bisa sampai jutaan rupiah bahkan ratusan juta. Terutama masyarakat yang tinggal  di daerah pesisir pantai banyak yang membuka usaha membudidayakan udang. Salah satunya adalah budidaya udang milik Pak Aji di Desa Pasir  Malang, Ngombol, Purworejo, Jawa Tengah. Budidaya udang di tambak udang milik Pak Aji ini ada yang menggunakan alat modern seperti kincir air (untuk meningkatkan kualitas air sebagai sumber oksigen terlarut), beberapa mesin  modern yang lain dan alat lainnya yang masih menggunakan alat tradisional seperti anco adalah alat untuk memantau tingkat efisien dan mengukur banyaknya pakan atau tingkat pakan yang diberikan pada udang, sehingga pakan yang diberikan tidak kurang maupun lebih. Pakan yang efisien tentu sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan udang.

Kami mahasiswadari Universitas Muhammadiyah Purworejo melakukan observasi dan wawancara di ekosistem tambak udang milik Pak Aji tersebut. Tambak udang ini terletak di Desa Pasir Malang, Kecamatan  Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Luas kolam tambak udang ini yaitu sekitar 1400 m2dan 1700 m2. Usaha yang dikelola Pak Aji sudah berjalan kurang lebih selama tiga tahun dan pengelolaan tambak udang dibantu oleh 2 karyawannya, yaitu Bapak Arman dan Bapak Yanto yang akan menjadi narasumber kami pada wawancara ekosistem tambak udang ini. Pak Arman mengatakan untuk persiapan awal dalam budidaya udang di tambak udang milik Pak Aji yang dikelola beliau ini dilakukan  tidak ada persiapan khusus "Persiapan awal nggak pakai apa-apa, Cuma pakai air payau atau campuran dari air laut dan air tawar terus dicuci kolamnya, kalau yang lain ada yang pakai kaporit supaya membunuh bakteri dulu kan, tapi kalau disini tidak." Selanjutnya Pak Arman menambahkan, air yang digunakan untuk budidaya berasal dari laut kemudian dibuatkan sumur berjarak tidak terlalu jauh dari pantai, kemudian juga dibuatkan saluran yang akan mengalirkan air tersebut menuju ke tambak udang. Untuk waktu pemanenan udang berbeda-beda karena tergantung oleh kesehatan udang, karena kini banyak penyakit bukan Cuma diare. "Jika udangnya masih merasa nyaman didalam air maka ditahan jangan dipanen terlebih dahulu, paling tidak ditahan sampai umur 90 hari, kalau udangnya tidak bias ditahan ya paling umur 50 sampai 60 hari sudah siap panen." Kata Pak Arman.

Perawatan dalam budidaya udang pun perlu diperhatikan agar tidak terkena penyakit serta untuk pengelolaan airnya agar air bagus dan udang merasa nyaman. Jika airnya tidak dikelola kemudian airnya jernih udang justru tidak mau makan dan bisa membuat udang merasa stress. Airnya harus pekat tetapi juga kepekatannya juga memiliki batas atas standard tertentu tidak boleh juga terlalu pekat, jika warna air terlalu pekat kehijauan udangnya juga tidak akan mau makan, dan kalau warnanya coklat masih standar. Pemberian obat untuk udang milik Pak Aji ini menggunakan  obat buatan yakni plankton yang dibeli sudah dalam  bentuk jadi atau siap pakai. Jenis Plankton yang digunakan bermacam-macam contohnya seperti planktop, monodon,dan filtrem, tergantung pengelolanya ingin member apa.

Tambak udang ini memiliki limbah atau kotoran yang mungkin  dapat menganggu ekosistem dan lingkungan sekitar. Cara untuk mengambil limbah agar tidak mengotori air kolam dan ekosistem sekitar dengan menggunakan siphon dan spiral panjang dimasukanke dalam air kolam dan di sedot menggunakan mesin lalu dicari kotorannya, kotoran udangnya berada di sirkulasi kemudian limbah kotoran udang langsung dialirkan ke sungai terdekat. Faktor penting lainnya dalam budidaya udang yang harus terpenuhi adalah pakan. Pakan harus diberikan dengan benar dan pemilihan pakan haruslah tepat karena pakan yang baik akan menghasilkan nutrisi pada udang yang dibudidayakan sehingga udang bias tumbuh dengan baik dan dapat dipanen lebih cepat. Manajemen pakan khususnya di tambak udang milik Pak Aji hanya mengikuti taburan ujar pak Arman, "Kita Cuma mengikuti taburan, kita menaburkan pakannya berapa ribu atau ratus kita sesuaikan, terus kita nanti mulai ngecek pakan istilahnya tau banyak sedikitnya pakan kalau usia minimal 30 hari kalau udah 30 hari kita baru bias menggunakan anco, anco itu buat ngecek pakan, misalnya mau dikasih berapa gram didalam anco, misalnya mau dikasih 2 gram, sekiranya 20 sendok kalau dalam waktu 1 jam makannya sisa nanti taburannya dikurangi tapi kalau cepat habis berarti udangnya kurang makan jadi perlu ditambah lagi".

Penulis : Dhita Ayu Puspita (222180040), Pramono Aji Laksono (222180056), Isna Sarifah (222180004)

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun