Mohon tunggu...
isnan syah
isnan syah Mohon Tunggu... -

Seorang anak manusia biasa yang sedang mengembara jauh di belahan dunia untuk mencari bekal hidup agar berguna bagi agama dan bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Soekarno dan Susilo Bambang Yudhoyono

31 Agustus 2010   19:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:33 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_245647" align="alignnone" width="418" caption="Surat Komando aksi sukarelawan (Foto : google)"][/caption] Ibarat sebuah rumah yang didalamnya terdapat satu struktur alami dari sebuah tatanan kemanusiaan, yang terdiri dari kepala keluarga, ibu rumah tangga dan anak-anaknya. Tentu keluarga tersebut menginginkan kedamaian, kebahagiaan dan ketentraman yang tanpa dapat dibantah akan sangat membutuhkan peran penting dari seorang kepala rumah tangga yang dalam hal itu adalah seorang suami yang bijak, mengayomi dan melindungi keluarganya, sudah seharusnya seorang kepala rumah tangga akan sangat bertanggungjawab terhadap keluarganya. Kalau seandainya ternyata ada "tamu" tak diundang yang tiba-tiba masuk dan mengancam ketentraman martabat dan harga diri keluarga yang akan menggangu haknya, seharusnya tanpa menunggu peringatan dari istri dan anak-anaknya seorang suami akan menjadi penanggungjawab sekaligus tameng untuk menghadapi ancaman itu. Tidak ubahnya sebuah negara yang berdaulat dan merdeka yang mempunyai martabat dan kehormatan ketika ternyata sebuah kedaulatan negara telah diusik negara lain sudah seharusnya tanpa harus menunggu rakyatnya marah dan merasa terusik hingga harus turun jalan dan mengadakan aksi demo menunggu langkah dan kebijakan dari seorang kepala negara yang tidak kunjung tiba. Sebagai seorang warga negara yang baik, secara otomatis mereka akan membela kedaulatan bangsanya, darah merah putih masih mengalir deras dalam aliran darah-darah mereka, yang ternyata sebagian besar diantara mereka hanya terdiri dari orang-orang biasa, tukang becak, para petani, dan pejuang-pejuang sejati tanpa gaji dari bangsanya demi melihat ibu pertiwinya dipermalukan bangsa lain. Tidak banyak lagi kutemukan anak-anak bangsa seperti mereka, dimana kini para pengusung jargon-jargon yang hanya merusak tatanan masyarakat bangsanya sendiri, dan mengatas namakan "agama". Dimana suara mereka ketika ternayata kedaulatan yang memberikan mereka kebebasan berekspresi dan mendirikan organisasi mereka secara resmi malah tidak pernah muncul sedikitpun suaranya. Dimana mahasiswa-mahasiwa pelopor yang ditahun 1961-an menjadi pembela rakyat seutuhnya, sudah padamkah semangat mereka karna tergerus masa, dan bila ternyata semangat patriotismepun sudah mulai luntur dibaju para tentara-tentara ibu pertiwi itu. Dengan keadaan ini ternyata kita sebagai anak bangsa semakin tahu jelas mana diantara mereka yang benar-benar membela bangsanya dan menjunjung tinggi kehormatan ibu pertiwinya. Keadaan ini sangat berbalik seratus derajat bila kita mengingat pidato seorang president pertama kita yang begitu sangat mencintai bangsa dan ibu pertiwinya (soekarno). Bacalah pidatonya semoga semangat kalian akan bangkit dan darah kalian akan mendidih. Semoga tulisan ini akan mewakili gemuruh jiwa dari para arwah pejuang sejati kita dalam menegakkan martabat bangsa. Bagi para jiwa-jiwa pejuang yang telah menumpahkan darahnya dan mempertaruhkan nyawa untuk suatu kemerdekaan sejati semoga kalian akan menitis pada anak-anak bangsa saat ini yang masih terlelap dalam tidurnya. [caption id="attachment_245649" align="alignleft" width="143" caption="Presiden Soekarno (Foto : Google)"][/caption] Kalau kita lapar itu biasa Kalaukitamaluitujugabiasa Namunkalaukitalaparatau malu itu karena malaysia, kurang ajar! Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu! Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya. Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun