Mohon tunggu...
isnaini nur rohmah
isnaini nur rohmah Mohon Tunggu... -

On Process

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Reposisi Zaman, Bagaimana Kualitas Lulusan Sekolah?

10 April 2018   05:02 Diperbarui: 10 April 2018   05:05 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Industri zaman sekarang berbeda dengan tempo dahulu. Laju perkembangan teknologi mengubah perilaku pasar atau konsumen sehingga memaksa perusahaan harus bisa menyesuaikannya. Imbasnya kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan pun ikut berubah. Pada era modern ini membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai skill atau kemampuan 5Cs, yakni communication (komunikasi), collaboration (kerja sama),  critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreativitas), dan computational learning (penggunaan teknologi). 

Namun sayangnya, sistem dan metode belajar yang digunakan saat ini kerap membuat siswa sulit untuk mengembangkan 5Cs. Hal ini dikarenakan masih banyak sekolah di Indonesia yang menggunakan metode belajar konvensional atau teacher learning center. Metode yang tidak memberikan keleluasaan kepada anak didik untuk mengembangkan kemampuan sesuai bakat dan minatnya.

Dengan cara belajar seperti itu, maka lulusan yang dihasilkan pun tidak sesuai dengan tuntutan industry masa kini sehingga berakhir menjadi pengangguran. Lalu bagaimana metode pembelajaran saat ini?

Memanfaatkan teknologi

Padahal pada era modern seperti ini sekolah bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi digital untuk mengembangkan kemampuananak didik. Terlebih pelajar masa kini merupakan generasi Z. generasi yang akrab dengan gadget dan internet karena lahir pada saat kedua teknologi ini sedang merajalela. Mereka menggunakan perangkat tersebut tidak hanya sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai sumber informasi, mempelajari hobi, memecahkan masalah, hingga sumber informasi. Oleh karena itu sekolah sebaiknya bisa menerima gadget  dan internet ke dalam kegiatan belajar mengajar. 

Sebagai contoh, guru bisa mengajak anak didik bermain game asah otak di gadget  untuk mengembangkan kemampuan critical thinking dan problem solving. Lalu menonton tayangan-tayangan inovatif di Youtube seperti "5-Minutes Crafts" dalam upaya melatih anak berfikir kreatif dan out of the box.

Adapun untuk mengembangkan kepiawaian berkomunikasi anak, guru bisa memanfaatkan beragam platform digital seperti Youtube, Wordpress atau Blogger. Caranya adalah dengan memberikan tugas-tugas, seperti menulis artikel di blog,membuat vlog atau bahkan film pendek dengan dialog bahasa Inggris. Setelah itu, siswa bisa mengunggahnya di platform tersebut.

Metode-metode itu bisa digunakan apabila proses belajar mengajar di kelas telah di dukung perangkat teknologi digital, seperto tablet yang suda terkoneksi denga internet sebagai media belajar, dilengkapi dengan e-learning beberapa mata pelajaran, aplikasi perpustakaan digital, dan aplikasi bimbinganbelajar online sebagai media belajar.

Nah dengan cara didik seperti itu tentu akan membuat proses belajar dan mengajar di kelas menjadi lebih interaktif dan menyenangkan. Peserta didik pun jadi lebih semangat belajar dan mudah menyerap materi. Alhasil, sekolah bisa menghasilkan lulusan berkualitas yang sesuai dengan tuntutan industri masa kini. Bahkan, bukan tidak mungkin mereka bisa membuka lapangan kerja baru di masa mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun