Sidah
Berapa
7
Etek
Ipak
Anak perempuan
Dalam penggunaannya, bahasa Gayo memiliki aturan yang cukup ketat. Banyak kosakata yang tidak boleh diucapkan kepada orang-orang tertentu yang memiliki hubungan kekerabatan maupun jenis kelamin yang berbeda.
Misalnya saat buang air, kita tidak boleh mengatakan moncos yang artinya kencing. Kata moncos bisa diganti dengan buang air.
Sebaliknya, ada kosa kata yang bermakna sangat halus seperti pada bahasa Jawa kromo. Contohnya kata benasa dianggap kasar maka diganti dengan ulak ku Tuhen yang artinya meninggal dunia.
Bahasa Gayo masih kental digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, terutama di daerah pedesaan. Sebaliknya, masyarakat di kota lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulan sehari-hari, terutama pada masyarakat yang melaksanakan kawin campur ataupun masyarakat asli dengan pendatang.
Penggunaan bahasa Gayo masih tetap lestari karena masyarakat masih menjunjung tinggi terutama dalam kegiatan seni dan budayanya. Berikut contoh penggunaan bahasa Gayo dalam Didong (syair yang berisi cerita dan nasehat):