Mohon tunggu...
Isnandar
Isnandar Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Masih belajar dan tetap belajar dalam melihat, mendengar kemudian merefleksikan rasa lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Progresif

25 Juli 2019   20:45 Diperbarui: 25 Juli 2019   20:47 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga larut malam kita lewati. Kau tanpa sepatah kata. Sementara aku diseberang meja. Asyik memetik gitar. Nada-nada berlompatan tak beraturan. Improvisasi jawab ku.

 Wajahmu dilanda gelombang marah. Aku tetap sengaja. Semakin liar memetik gitar. Beberapa jam kemudian. Diantara kita tak mampu lagi menahan tingginya tensi. Amarah pun akhirnya tak terbendung. Kita saling melempar isi keapala. 

Ide-ide saling bertabrakan. Berputar menabrak dinding ruang hayal. Kita tak mau terpenjara oleh rasa diam yang beku. Mengurung kita tanpa hasilkan apa-apa.

Aku terkejut. Tiba-tiba kau rampas gitar dalam pelukanku. Kau mainkan progresi chord yang aneh. Sambil kau nyanyikan ide-ide yang terlempar dari kepala kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun