Mohon tunggu...
Isnandar
Isnandar Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Masih belajar dan tetap belajar dalam melihat, mendengar kemudian merefleksikan rasa lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sekolah Olah

15 Juli 2019   09:00 Diperbarui: 15 Juli 2019   09:10 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diulangnya lagi. Ibu jari menekan tepi kertas kopi. Si ibu telaten sekali. Buku sekolah di sampul rapih Begitu ia tampil. Nuansa warna coklat. Pertanda patuhi aturan sekolah.

Bangga juga gembira. Anak sulungnya. Masuk sekolah. Sepenuh hati melepas digerbang sekolah. Kembali semua rasa. Berkecamuk didalam dada.

Ibu di gerbang sekolah. Hayalnya terbang ke masa dulu ia sekolah. Bagai didepan cermin. Melihat anaknya masuk kelas. Hayalan selalu begitu. Melompat-lompat tak karuan.

Sekolah hanya menuntut sempurna. Sekolah tak bisa berkompromi atas  mau kita. Sistem kadang cepat berganti. Dan kita dipaksa mengikuti. Sekolah hanya mengakomodir cita-cita mainstream semata.

Sekolah, olah fikir. Terus saja bermunculan. Memberikan pelajaran tambahan. Dipojok ruang prasangka. Semenjak ibu meninggalkan sekolah.

Bekasi 14.07.2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun