Bila saat tiba. Suara parau membahana. Berterbangan di angkasa. Lewat pengeras suara berumur tua. Dari ruang suci dekat rumah. Lalu singgah di kalbu terdalam.
Anak itu berlari riang. Menyambut sore tahun ke tiganya bertemu hari raya. Wajah gembira telah usai dia belajar. Kini menagih hadiah.Â
Melihat girangmu seketika bayangku melompat mundur jauh. Ke masa lampau. Melihat pejuang tua. Gigih membangun jalan di pagi buta. Bertahan pada gelombang jaman. Tercapailah jalan cahaya.
Di dekat aku, bersandar ia. Seolah dia ingin mendengar. Cerita perjalanan hidup pejuang tua. Cerita yang hadir dimimpinya. Perjuangan mencapai cahaya.
Aku gemetar. Tak sepatah kata keluar. Anak itu terus mendesak. Setengah berteriak ia meminta. Tak sadar air mata haru deras mengalir.
Maafkan aku tak mampu. Bercerita banyak. Tentang pejuang tua itu. Dialah kakek. Pemilik suara parau. Berpusat terpancar dari dalam surau. Dia  telah usai. Membukakan kita jalan mencapai cahaya.
Bekasi 16.06.2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H