Beo pertama; suka berkata lacur, kotor. Yang sering di ucapkan hanya. "Ayo berangkat...!"
Beo ke dua; suka berkata jujur, rada tempramen. Yang sering di ucapkan hanya. "Ayo berangkat...!"
Suatu hari entah kenapa. Dua beo terlihat gagap. Dua beo murung di tepi pasar. Suara lantang  hilang. Tak hasilkan uang. Dirumah istri membakar meja makannya. Anak-anak pun bergantian bertanya baju lebaran.
Dua beo di meranti tua. Di terminal dalam kota, keringat dan debu jadi satu, jadi jejak dikerah baju. Pagi mereka turun. Coba berteriak lagi. Tapi tambah gagap. Sama saja, tak  hasilkan apa-apa.
Dua beo gagap tekhnologi. Menangis takut, menipu tak mampu. Koin logam dimana engkau, apa Tuhan telah menyembunyikannya.
Suara mereka tak menarik  lagi. Gagap makin berisik. Bagai kumpulan kaleng rombeng. Tiba-tiba suara mereka perlahan menyepi. Dan hilang sama sekali, senyap. Terganti bunyi notifikasi. Tekhnologi aplikasi tlah mengusir paksa mereka. Mencabut akar hingga umbi.Â
Dua beo gagap. Bahkan jutaan beo gagap. Ke pasar lagi. Ke jalan raya lagi. Ke terminal lagi. Di malam hari menjadi gerombolan gagak
Bekasi 18 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H