Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan padanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.Â
Alat bermain tidak harus mahal unsur pendidikanlah yang harus diutamakan. Penyampaian materi pembelajaran dengan pendekatan belajar sambil bermain sesuai dengan prinsip-prinsip di Taman Kanak-Kanak akan membantu memperlancar serta mempermudah anak dalam memahami serta mengerti tentang materi yang disampaikan oleh pendidik. Kecerdasan merupakan kemampuan tertinggi yang dimiliki oleh manusia. Pengembangan kecerdasan akan lebih baik jika dilakukan sedini mungkin sejak anak dilahirkan melalui pemberian stimulasi pada kelima panca indranya.
Salah satu kecerdasan yang dimiliki anak yaitu kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan visual-spasial berhubungan erat dengan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar di dalam pikiran seseorang, atau kemampuan membedakan dan menemukan berbagai kombinasi atau perpaduan warna seperti kegiatan kolase.
Pamdhi & Sukardi, (2008: 5.4) mengemukakan kolase yaitu merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan yang bermacam-macam selama bahan dasar tersebut dapat dipadukan dengan bahan dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi karya yang utuh dan dapat mewakili ungkapan perasaan estetis orang yang membuatnya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa bahan apapun yang dapat dikolaborasikan sehingga menjadi karya seni rupa dua dimensi, dapat digolongkan atau dijadikan bahan kolase. Yuhana (2013: 23), kegiatan kolase memiliki tujuan agar anak mampu menggerakan fungsi motorik halus untuk menyusun potongan-potongan bahan (kain, kertas, kayu, biji-bijian maupun bahan lainnya) dan merekatkannya pada pola atau gambar serta anak dapat mempraktikan langsung. Selain itu kegiatan kolase memiliki manfaat, antara lain:
(a) menstimulus kemampuan motorik halus anak;
(b) dapat melatih konsentrasi anak;
(c) dapat meninngkatkan kreatifitas anak;
(d) anak dapat mengenal warna dan menambah kosa kata bagi anak;
(e) anak dapat mengenal bentuk geometri dan yang bukan geometri;
(f) melatih anak untuk menyelesaikan masalah lewat permainan kolase;
(g) mengasah kecerdasan visual-spasial anak;
(h) melatih ketekunan pada anak.
Pamdhi & Sukardi (2010: 5.39) menambahkan bahan pembuatan kolase yaitu kertas, kain, gabus, lem, daun kering, sedotan, gelas bekas aqua, pasir, potongan kayu dadu, benang, biji-bijian, sendok plastik, karet, benang, manik-manik atau masih banyak media lain. Baiklah bapak ibu guru dalam meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak di Taman Kanak-Kanak Islam Al-Qosim, saya berikan stimulus melalui kegiatan kolase dengan bahan alam yang ada di lingkungan sekitar yaitu daun daun dan pasir.
Cara dan teknik untuk membuat kolase daun sebagai berikut:
- Kumpulkan bahan yang dibutuhkan. Untuk membuat kolase dengan bahan daun guru hanya membutuhkan daun, baik daun hijau atau daun kering, lem dan selembar kertas
- Anak membuat tulisan sesuai dengan tema pada hari itu. Misalnya buah, hewan, dan lain-lain. Â
- Daun ditempel diaitas kertas dengan menggunakan lem kayu. Biarkan anak mengerjakan sesuai dengan imajinasinya. Ada anak yang daunnya disobek dan ada juga yang digunting agar terlihat rapi.
Cara dan Teknik untuk membuat kolase dari bahan pasir sebagai berikut:
- Guru hanya menyediakan kertas dan lem.
- Langkah pertama anak membuat coretan menggunakan lem dengan jarinya diatas kertas sesuai tema pada hari itu.
- Setelah itu taburkan pasir diatas lem. Gunakan pasir yang lembut dengan cara disaring/diayak.
- Setelah selesai tuangkan pasir berlebih yang ada. Pasir yang telah menempel akan membentuk kolase.
Pada dasarnya proses kegiatan pembelajaran pada anak usia dini akan berhasil apabila dilaksanakan dengan sesuai tahapan usia perkembangan anak dan kegiatan juga menyenangkan bagi anak. Bahan pembelajaran tidak harus membeli, bahan yang ada disekitar kita anak juga bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran. Yang terpentin dapat menarik perhatian anak dan bervariasi, sehingga anak ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Demikian sekilas dari sedikit hal yang bisa saya bagikan kepada bapak ibu guru semuanya khususnya pelaksana Pendidik Anak Usia Dini. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin YRA..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H