Dulu awalnya hanya mengaji semak biasa, karena semakin banyak peminat dan memiliki dana yang cukup untuk pembangunan maka para takmir masjid pendahulu menyarankan agar dibangunkannya sebuah TPQ, dengan begitu kita tidak hanya mengaji saja, namun juga ada pembelajaran tajwid secara mendalamnya. Salah satu guru legend di TPQ Al-Karomah adalah Ustadz Purwanto.Â
Beliau guru yang sangat ditakuti karena ketegasan wajah beliau dengan alis sedikit tebal khasnya dan sekali bicara seolah-olah bisa menguji adrenalin kita karena ketegasan beliau saat bertutur kata pula. Padahal menurut beliau sendiri saat itu dia tidak marah atau geram sedikitpun, ya memang seperti itulah keunikan dan kharismatik yang beliau miliki. Beliau mengajar kelas ngaji untuk yang lebih mahir dan berada di tingat atas.Â
Menurut ustadz Purwanto sekitar tahun 2000-an saat itu takmir masjidnya Bapak. H. Mas'ud S.Ag yang alhamdulillah masih diberikan Kesehatan sampai saat ini, dan untuk anggota yang lain ada yang sudah almarhum, salah satunya almarhum bapak H. Khairul Anam dan ustadz Purwanto sendiri sedikit lupa karena pada saat itu beliau masih menjadi anggota Remaja Masjid dan belum menikah.Â
Menurut informasi dari beliau, tanah yang digunakan untuk pembangunan TPQ Al-Karomah adalah tanah waqaf dan untuk dananya sendiri di ambil dari iuran warga setiap selesai sholat Jum'at dan beberapa donasi dari warga setempat.Â
Program pembelajaran di TPQ Al-Karomah dulunya ada kelas-kelas tersendiri saat semak an ngaji untuk membedakan tingkatan yang sudah mengaji Al-Qur'an dan yang masih berada di tingkatan dasar.Â
Namun agaknya berbeda dengan program pengajaran sekarang. Bedanya, dulu saat awal-awal dibangunnya TPQ setiap murid akan mengaji IQRA' terlebih dahulu dari jilid 1-6, kemudian, juz 'amma, dan tingkat akhirnya membaca Al-Qur'an. Namun jika seorang murid sudah mahir membaca Al-Qur'an dan mengetahui hukum-hukum tajwidnya maka bisa langsung loncat membaca Al-Qur'an seperti halnya pengalaman saya dulu.Â
Untuk setiap tingkatan juga berbeda guru ngajinya, meskipun dulu pembagiannya sangat sederhana ada 3 ustadz/ustadzah yang mengajar di tingkat dasar mulai jilid satu tampai enam, kemudian ada 2 ustadz/ustadzah semak ngaji Juz 'Amma, dan ada 2 ustadz semak ngaji Al-Qur'an yang pada saat itu sekitar tahun 2009 ustadz Purwanto dan ustadz Sugeng guru semak kelas ngaji Al-Qur'an.Â
Berbeda lagi dengan program pembelajaran saat ini yang menggunakan metode Tartil, dan pada saat metode tartil diajarkan sekitar tahun 2013 saat saya masih kelas lima MI (Madrasah Ibtidaiyah) saya sudah dua kali khatam Al-Qur'an dan memutuskan untuk mengikuti wisuda di TPQ Jombang tersebut. Untuk jadwal TPQ nya sendiri dimulai dari hari Senin sampai hari Sabtu dan hari Minggunya libur.Â
Pembelajaran mengaji akan di mulai ba'da Ashar sekitar pukul tiga hingga menjelang maghrib pukul lima sore. Di dalam TPQ Al-Karomah kita tidak hanya di ajarkan bagaimana cara mengaji dengan benar sesuai kaidah dalam Al-Qur'an, namun juga di adakannya sholawatan bersama setiap hari Sabtu agar rasa cinta kita terhadap baginda Nabi semakin dalam, dan untuk hari Jum'atnya digunakan sebagai program BCM (bermain, cerita, menyanyi).Â
Dan untuk sekarang ini bukan beliau lagi yang mengajar semenjak beliau mempunyai putra kedua. Beliau bergabung menjadi ustadz guru ngaji semenjak masih remaja dan menjadi anggota remaja masjid sampai memiliki putra kedua yang baru lahir beliau memutuskan untuk pension dari TPQ Al-Karomah.Â
Semenjak awal TPQ itu didirikan beliau diberi Amanah oleh takmir masjid untuk meramaikan dan menghidupkan masjid dengan mengabdi sebagai guru ngaji TPQ dengan bekal ilmu Qur'an dari apa yang telah diajarkan para takmir saat itu.Â