Film "Parasite" (2019) telah menjadi sorotan dunia tidak hanya karena kualitas sinematiknya yang brilian, tetapi juga karena kemampuannya untuk menghadirkan refleksi mendalam tentang kondisi sosial masyarakat kontemporer. Film ini yang merupakan film tentang kegelisahan, hubungan simbiosis (parasit) antara keluarga miskin, keluarga Kim dan Keluarga Park yang kaya, dapat diterima secara universal.
Film Parasite pertama kali tayang di Festival Film Cannes pada 21 Mei 2019 yang disutradarai oleh Bong Joon-ho. Dirilis di Korea Selatan pada 30 Mei 2019 oleh CJ Entertainment. Film ini termasuk gendre komedi dan tragedi. Â Dengan bahasa Korea sebagai bahasa utamanya, berlatar dan diproduksi pemain maupun kru di Korea Selatan. Film ini tidak hanya meraih banyak penghargaan, termasuk Academy Award untuk Film Terbaik, tetapi juga mendapatkan pengakuan internasional yang luar biasa atas kualitas naratifnya yang mendalam dan pesan sosial yang kuat.
Saat film dimulai, seorang pria bernama Kim Ki-woo, diperankan oleh aktor Choi Woo-shik, berjuang untuk menemukan koneksi internet di ruang bawah tanah di Seoul, sebuah kawasan kumuh yang berdekatan dengan  apartemen  bawah tanahnya. Kim Ki-taek merupakan kepala keluarga Kim yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan dua orang anak, salah satunya anaknya adalah Kim Ki-woo. Keluarga kurang mampu yang berjuang mencari nafkah dengan  melipat kotak pizza. Mereka yang hidup dalam kemiskinan menghadapi berbagai kendala kurangnya akses terhadap fasilitas pendidikan yang berkualitas. Akibatnya, anak-anak Kim, meski cerdas dan berbakat, tidak diberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Di sisi lain, keluarga Park menikmati kekayaan dan status sosial yang tinggi, yang  tidak hanya memberi mereka pendidikan terbaik tetapi juga  berbagai peluang pendidikan tambahan, seperti les privat dan kursus khusus. Sementara anak-anak Kim diberi kesempatan untuk mewujudkan potensi penuh mereka, tetapi terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang sulit untuk dihancurkan. Film ini juga menunjukkan bahwa akses terhadap pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor ekonomi tetapi juga pada jaringan sosial dan pengetahuan. Meskipun keluarga Kim tidak kaya akan kekayaan materi, mereka menggunakan pengetahuan tidak langsung yang diperoleh dari interaksi mereka dengan keluarga Park untuk menciptakan peluang pendidikan bagi diri mereka sendiri.
Dengan secara kebetulan, keluarga Kim mulai bekerja untuk keluarga Park. Dengan memanfaatkan situasi, untuk memperoleh pekerjaan di rumah keluarga Park dan menggantikan posisi-posisi yang lebih tinggi di rumah mereka dengan cara yang manipulatif dan licik. Dimulai dari tokoh Kim Ki-woo sebagai guru privat dari anak pertama, Da Hye. Mereka mengamati cara hidup keluarga kaya tersebut dan memberikan wawasan tentang budaya dan norma-norma yang dapat meningkatkan kemungkinan sukses mereka. Berakhir pada Choong-sook menggantikan Moon-gwang sebagai pembantu rumah tangga di keluarga Park. Namun, dalam strategi bertahan hidup keluarga Kim bertentangan dengan kepentingan keluarga Park. Film yang menunjukkan dua keluarga menjadi pusat perhatian cerita. Ketegangan meningkat dan gambaran ketidakadilan struktur sosial yang tidak merata dalam sistem pendidikan.
Dalam "Parasite" menjadi suatu karya yang sangat relevan karena menggambarkan dengan jelas ketidaksetaraan dalam akses dan kesempatan pendidikan salah satu aspek yang menarik perhatian. Cara film ini menyajikan dinamika peran pendidikan dalam membentuk kesempatan dan batasan bagi individu. Pendidikan dianggap sebagai kunci untuk meningkatkan mobilitas sosial dan kesempatan individu untuk meraih keberhasilan. Sindiran sosial menggambarkan dengan penuh kepekaan bagaimana stratifikasi sosial dan ekonomi memengaruhi kesempatan pendidikan seseorang melalui film memberikan pemahaman yang lebih luas tentang pesan yang disampaikan oleh "Parasite". Pada realitas yang kompleks seringkali menunjukkan bahwa akses terhadap pendidikan tidak merata dan sering kali terkait erat dengan status sosial dan ekonomi seseorang. Bagaimana hal ini tercermin dalam dinamika sosial yang kompleks. Dengan memahami peran pendidikan dalam reproduksi atau perubahan struktur sosial.
Melalui analisis sosiologi pendidikan tentang akses dan kesempatan dalam film "Parasite" (2019), kita dapat menarik beberapa kesimpulan yang penting tentang pentingnya pengakuan akan ketidaksetaraan sosial dalam pendidikan dan perlunya tindakan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil dan inklusif.
Pertama, "Parasite" menggambarkan dengan jelas bagaimana ketidaksetaraan ekonomi memengaruhi akses terhadap pendidikan. Keluarga Kim, yang hidup dalam kemiskinan, menghadapi berbagai hambatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak, sementara keluarga Park menikmati akses ke pendidikan yang berkualitas karena kekayaan mereka. Ini menyoroti pentingnya faktor finansial dalam menentukan kesempatan pendidikan seseorang dan menekankan perlunya perhatian pada distribusi sumber daya yang merata dalam sistem pendidikan.
Kedua, film ini juga menyoroti peran jaringan sosial dalam memengaruhi kesempatan pendidikan. Keluarga Kim, meskipun terbatas oleh kemiskinan, menggunakan pengetahuan yang mereka peroleh secara tidak langsung dari interaksi dengan keluarga Park untuk menciptakan peluang pendidikan bagi diri mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa akses pendidikan tidak hanya tergantung pada faktor ekonomi, tetapi juga pada sumber daya sosial dan pengetahuan budaya yang dapat memberikan keuntungan bagi individu.
Terakhir, "Parasite" menyoroti pentingnya menyadari bahwa ketidaksetaraan dalam akses dan kesempatan pendidikan bukan hanya masalah individu, tetapi juga merupakan hasil dari struktur sosial yang tidak merata. Menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil memerlukan upaya berkelanjutan untuk mengatasi segala bentuk kesenjangan melalui kebijakan publik dan perubahan praktik pendidikan pada tingkat individu serta organisasi.
Oleh karena itu, dengan menganalisis "Parasite" sebagai karya seni yang membentuk realitas sosial, kami menyoroti pentingnya langkah konkrit dan komprehensif untuk mengatasi kesenjangan akses dan peluang pendidikan. Dengan memahami hubungan kekuasaan yang kompleks yang membentuk peluang pendidikan setiap individu, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif di mana setiap individu mempunyai peluang yang sama untuk mencapai potensi penuh mereka, tanpa hambatan dari faktor eksternal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H