H-10 Idul Fitri…
Naina merebahkan tubuhnya di sofa karena kelelahan bekerja. Pekerjaannya sebagai salah satu karyawan di kantor ekspedisi cukup menguras tenaganya, “jangan tidur lagi, sebentar lagi sudah mau buka puasa”, ucap Rina, ibu Naina. Dengan sigap Naina bangun menuju kamarnya dengan wajah kantuk.
Tak terasa tinggal 10 hari lagi bulan ramadhan akan berakhir. bulan yang selalu ditunggu oleh banyak orang, untuk berlomba-lomba mendapat pahala dan semakin mendekatkan diri kepada sang pencipta. Selesai mandi, Naina segera membantu ibunya menyiapkan makanan untuk berbuka puasa. Namun, ia sedikit heran karena makanan yang disiapkan lebih banyak dari biasanya, “hari ini teman ayah mau datang, kamu lupa ya, kan anaknya mau dikenalkan sama kamu”,
Naina menepuk jidatnya pelan. Bagaimana ia bisa lupa jika ia akan dijodohkan oleh ayahnya.
Beberapa kali menjalani hubungan pacaran selalu berakhir dengan diselingkuhi, ditinggal begitu saja, kisahnya yang tak pernah berakhir bahagia. Hingga ia memutuskan untuk tidak lagi memilih pacaran, dan menyetujui perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Naina sedikit mengintip keluar, melihat calon suaminya. Mereka yang baru saja datang tengah mengobrol santai bersama ayah, lelaki yang mempunyai tatapan sendu dengan lesung pipit yang menghiasi senyum diwajahnya. “bagaimana, cocok tidak?”, ucap Naila, adiknya yang selalu menggodanya, Rina yang sibuk menyiapkan hidangan spontan tersenyum melihat tingkah kedua anaknya.
Azan magrib dikumandangkan dengan begitu merdu, mereka mulai menyantap hidangan yang sudah disiapkan, sembari membicarakan perjodohan Naina dan Aldi. Lelaki dihadapannya tampak tak banyak bicara, ia hanya akan berbicara jika ditanya, berbeda dengan Naina yang sangat suka mengobrol, sehingga membuat obrolan mereka tidak canggung.
***
“Apa kakak yakin dengan dia?”, Naina terdiam beberapa saat, ia memang pernah bertemu dengan Aldi saat sekolah dulu. Pertemuan yang tidak sengaja, saat Aldi tak sengaja menumpahkan minuman ke baju Naina. Sifat yang sangat jauh berbeda, Aldi yang banyak bicara dan juga humoris, namun saat mengobrol tadi ia menjadi seseorang yang sangat pendiam. Naina segera menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Naila, menurutnya pilihan ayah pasti tidak akan pernah salah, apa lagi ayah selalu mempertimbangkan banyak hal sebelum mengambil keputusan. “Memangnya kakak punya perasaan cinta dengannya? Bagaimana kalau kakak tiba-tiba jatuh cinta dengan orang lain?”, lagi-lagi Naina terdiam. Pertanyaan itu sudah sejak lama ia pikirkan, apa ia bisa mencintai Aldi seiring berjalannya waktu? “Rahasia, ayo nanti kita bisa terlambat”, ucap Naina sembari melanjutkan perjalanan mereka ke masjid untuk melaksanakan sholat tarawih.
***
Masjid selalu ramai seperti biasanya, orang-orang selalu antusias ketika bulan ramadhan datang. Begitu juga dengan Naina, ia tampak bersemangat mengikuti sholat tarawih, apalagi bulan ramadhan akan segera berakhir. ia tidak ingin melewatkan momen ini.