SENIN SIANG, 3 Juni 2024 saya begitu semangat meskipun cuaca Surabaya sedang 'nyengit' di luar. Wajarlah karena saya ngadem di dalam mal Tunjungan Plaza, lebih tepatnya di food court bersama bloger Kompasiana Jatim. Setelah makan siang, ada sesi sharing tentang pengalaman Mbak Muna yang lolos mengikuti Workshop Penulisan Buku Nonteks 2024.
Selain sharing tentang olahraga catur oleh Mamalui, Cak Kaji (Cangkrukan Kompasiner Jatim) meminta Mbak Muna untuk membagikan kisahnya lolos seleksi sebagai peserta workshop SIBI di Jakarta pada pertengahan Mei.
Tak menduga lolos
SIBI adalah Sistem Informasi Perbukuan Indonesia yang berada di bawah Pusat Perbukuan (Pusbuk), Kemendikbudristek RI. Lewat, SIBI, Pusbuk bertugas melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pengawasan sistem perbukuan di Indonesia, termasuk pengadaan buku teks (sekolah) maupun nonteks (pengayaan).Â
Muna menuturkan bahwa ada dua jenis kegiatan untuk penulis yang digelar oleh SIBI. Pertama, kurasi dan kedua workshop. Sama-sama dalam menulis buku, tapi ada satu pembeda.Â
Perbedaan utamanya adalah soal kelengkapan naskah. Pada program Kurasi, penulis harus mengirimkan naskah lengkap yang sudah tuntas. Sedangkan pada Workshop, penulis cukup mengirimkan sinopsis. Ya, hanya berbekal satu paragraf tulisan Muna akhirnya terpilih terbang ke Jakarta.Â
Namun, Muna sejujurnya mengaku tak menduga akan lolos dalam perhelatan SIBI tahun ini. Di tengah kemalasan yang melanda, dia pun mencoba brainstorming ide atas ajakan temannya sesama pegiat literasi. Sehari-hari dia memang mengelola TBM Bintang Brilliant di Desa Pucangro, Lamongan, jadi buku bukan dunia asing baginya. Â
Kuncinya jeli memilih tema
Syukurlah, hasil meditasi pun membuahkan hasil. Dengan judul "Belajar Menabung dari Lebah", dia akhirnya dikontak panitia untuk mengikuti bimbingan di Jakarta selama tiga hari di bilangan Ancol.
"Intinya harus jeli pilih tema," ujarnya singkat. "Yang kira-kira menarik untuk anak zaman now."
Dalam event Workshop Buku Nonteks 2024 ini, ada beberapa kategori yang ditawarkan, meliputi cerita bergambar, nonfiksi naratif, komik, novel, dan kumpulan puisi. Masing-masing kategori dibagi berdasarkan jenjang usia pembaca.Â
Mulai Jenjang A, B1, B2, B3, C, dan D. Saya sendiri sendiri telah mengirimkan contoh untuk kategori puisi untuk pembaca D (uisa SMA). Sayang, saya belum beruntung karena topik yang digarap belum memikat juri.
Muna menegaskan bahwa tema besar diusung tahun ini sangat menarik dan relevan dengan perkembangan anak zaman sekarang. Tema yang ditawarkan adalah literasi digital, literasi finansial, nutrisi dan kebugaran, serta antiperundungan.Â
Dan Muna memilih literasi finansial, tema yang sangat kekinian karena terkait pinjol dan judol. Boleh jadi itu pertimbangan juri meloloskan sinopsisnya. Sedangkan sinopsis saya (untuk kategori nonfiksi naratif) mengambil tema literasi digital yang sudah terlalu sesak atau berlimpah. Â
Sesuaikan dengan pembaca
Kiat lain untuk lolos seleksi, menurut Muna, adalah menyesuaikan kemampuan penulis dengan target pembaca.Â
"Tema ini cukup saya pahami dan jenjangnya juga sesuai. Yakni jenjang B2 untuk pembaca pemula," katanya tentang alasan memilih tema dan kelompok pembaca.
Alasannya memilih lebah karena bisa sekalian mengenalkan sains sederhana kepada anak-anak. Menurutnya, lebah memiliki banyak persediaan madu. Madu tersebut digunakan sebagai stok makanan untuk koloninya. Kendati cadangan makanan itu akhirnya juga dikonsumsi manusia, pada dasarnya sistem menabung ala lebah ini layak dijadikan contoh.Â
Tips berikutnya yang tak kalah penting adalah segera beraksi. Jangan menunggu tenggat baru mengirim usulan naskah. Meskipun kemarin ada perpanjangan waktu, Muna memutuskan untuk bergegas mengirimkan sinopsis yang ada di kepala.Â
Selain ada kuota yang mungkin cepat terisi, menuliskan sinopsi dan segera mengirimkannya adalah cara Muna agar ide itu tidak hilang kalau cuma dipikirkan.Â
"Kalimat yang tercipta tidak lebih dari 200 kata. Naskah itulah yang saya kirim sebagai sampel dalam form pendaftaran," katanya menjawab pertanyaan salah satu Kompasianer tentang panjang sinopsis.
Hadiah yang dinanti
Dia tak hentinya bersyukur sebab sudah lama tak ke luar kota. Terakhir ia mendapat undangan ke Jakarta dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Sama-sama di dunia kepenulisan, hanya berbeda penyelenggara dan konsep.Â
Meskipun agak tidak percaya diri dan sedikit tak yakin dengan kemampuannya dalam menulis, dia menyambut berkah ini dengan sukacita. Semula mungkin sekadar perjalanan ke Jakarta secara cuma-cuma, tapi akhirnya dia bisa berjejaring dengan teman-teman yang satu frekuensi dan berhasil mengubah mindset-nya.Â
Karena tiket pesawat dan akomodasi selama di Jakarta ditanggung oleh panitia Workshop Penulisan Buku Nonteks 2024 SIBI, ia menganggapnya sebagai anugerah besar dari Allah.Â
Selain bersilaturahim dengan banyak penulis amatir dari seluruh Indonesia, ia berkesempatan bertemu beberapa penulis kawakan yang membimbingnya menulis berbekal sinopsis pendek tersebut. Plus, peluang mendapat hadiah Rp8 juta sebagai imbalan jika bukunya diterima dan lolos penilaian.
Itulah sekelumit pengalaman Munasyaroh Fadhilah yang lolos dalam mengikuti seleksi workshop penulisan bergengsi tahun ini berkat ide tentang lebah yang layak dijadikaan guru dalam hal literasi finansial. Ada yang ingin mengikuti jejaknya? Tunggu tahun depan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H