Oleh karena itu, Oxfam bekerja sama dengan mitra lokal dan nasional di Indonesia sejak 1957 di tujuh provinsi sebagai bukti komitmen serius untuk membantu terciptanya masyarakat adil dan setara. Yakni masyarakat dengan komunitas yang saling mendukung untuk meniadakan diskriminasi dan kemiskinan.
Kita mesti waspada saat membaca kalimat populer yang dicetuskan Aristoteles:
“Kemiskinan adalah induk revolusi dan kejahatan.”
Bukankah pelecehan bisa dipicu akibat ketidakberdayaan? Kemiskinan juga membuat orang tak sanggup melawan. Malah mungkin sekadar bersemangat untuk mengeluh dan menyalahkan.
Oxfam ingin mendorong agar para perempuan Indonesia diberdayakan sehingga hak-hak mereka terpenuhi -- termasuk akses pada energi. Karena sekali lagi transisi energi adil bukan sekadar mengakhiri pemakaian energi berbasis fosil, melainkan menemukan energi alternatif saat ingin menghentikannya.
Semoga akan muncul perempuan-perempuan hebat seperti Siti Syamsiah dan Suharsini yang berperan besar dalam mengambil kebijakan tentang pemanfaatan energi dalam lingkup terkecil. Dengan mindset begitu, masalah bukanlah problem yang merepotkan, melainkan peluang untuk melakukan transisi energi dengan memberdayakan sumber daya lokal.
Saatnya perempuan bergandengan tangan untuk memperjuangkan keadilan gender dan berpartisipasi dalam aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya. Itu bisa terwujud salah satunya berkat kemandirian energi, yang memijarkan semangat maju dan terus belajar. Mari kita sambut jalan benderang para perempuan berkat inovasi energi baru terbarukan (EBT).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H