Barulah setelah itu cairan buah dialirkan ke pipa PVC untuk difermentasi dalam reaktor. Cairan akhirnya dimanfaatkan sebagai sumber energi, sedangkan bagian padatan buah diolah lagi menjadi kompos. Jadi tak ada yang terbuang, benar-benar berkelanjutan.
Yang menarik dari proyek garapan Siti Syamsiah adalah bahwa sejak awal Pembangkit Listrik Biogas Gamping ini memang didesain sedemikian rupa dengan basis kemandirian. Artinya, mulai dari pengelolaan, perawatan, dan pemeliharaan -- semua diusahakan ditangani sendiri.Â
Secara konsep dasar, mereka memang meniru teknologi yang dipakai di Kota BorÃ¥s, Swedi. Namun, biogas di Pasar Gemah Ripah telah disesuaikan dengan iklim dan jenis sampah yang ada di Tanah Air, terutama Yogyakarta.Â
Dengan bantuan bakteri dari kotoran sapi sebagai starter, jadilah gas yang bisa memancarkan cahaya ke segala penjuru pasar dan jalanan. Menurut Samsiah, kotoran sapi dipakai karena buah busuk tidak memiliki mikroba pengurai.
"Mikroba dalam kotoran sapi mampu menguraikan cairan organik menjadi biogas," kata alumnus University of Queensland tersebut.
Fermentasi cairan buah berlangsung dalam reaktor yang ditanam di bawah tanah. Fermentasi dimungkinkan oleh mikroba anaerob yang bekerja pada suhu 30-35 derajat Celcius. Lalu cairan organik diubah menjadi asam oleh kelompok acidogenesis. Tahap selanjutnya: asam itu diubah menjadi gas metan oleh bakteri metanogenesis. Nah, gas metan inilah yang akhirnya dipanen sebagai sumber listrik.Â
Apakah semua sampah buah dapat dipakai sebagai bahan baku biogas? Secara umum patokannya adalah mudah busuk dan tidak berpotensi mengganggu proses pembentukan biogas. Yang penting, buah tidak mematikan mikroba pengurai.Â
Ada beberapa buah yang tidak bisa digunakan sebagai biogas, salah satunya jeruk. Kandungan limonene dalam jeruk bersifat antibakteri, maka jumlah bakteri bisa berkurang dan produksi gas metan bisa lebih lama kalau jeruk dimasukkan.
Oxfam pijarkan harapan perempuan
Melihat kasus pelecehan seksual yang saya singgung di awal, kita patut waspada dan merumuskan sejak dini tentang landasan energi yang adil untuk siapa saja, lebih-lebih bagi kelompok rentan seperti perempuan atau lansia. Dengan transisi energi berkelanjutan dan distribusi yang seimbang, mereka bisa berdaya dan hidup bermartabat.Â
Dengan spirit itulah Oxfam bergerak secara global untuk mewujudkan perubahan dan membangun masa depan yang bebas dari ketidakadilan akibat kemiskinan. Kemiskinan menjadi penting diangkat dan dikurangi sebab bisa menghambat kemajuan pembangunan.