Salah satu sumber energi terbarukan yang bisa dimanfaatkan secara optimal adalah matahari atau surya. Negara kita terletak di garis khatulistiwa sehingga pasokan matahari kita dapatkan sepanjang tahun secara berlimpah.Â
Kuncinya adalah kemauan dan kesadaran untuk memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan, salah satunya adalah energi surya. PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) bisa menjadi alternatif pemasok energi yang ekonomis.
Opsinya pun beragam: ada PLTS atap, di atas tanah (grounding), dan PLTS terapung (floating). Dengan teknologi solar panel terbaik, seperti persembahan Utomo SolaRUV, kita optimistis bisa menghemat pengeluaran energi yang ramah lingkungan.
Penerapan PLTS atap juga sangat fleksibel, baik dipasang di atas rumah (residensial) maupun kawasan pabrik (industrial). Apa pun pilihannya, penghematan bisa dilakukan, misalnya untuk segmen industri yang bisa dipangkas hingga 30%. Tentunya ini optimasi energi yang menguntungkan.
Pijar energi untuk santri dan biarawatiÂ
Kisah menarik saya dapatkan ketika menghadiri blogger gathering di Surabaya tanggal 3 Juni 2024. Acara ini digelar di kantor Utomodeck sebagai partisipasi untuk menyambut hari lingkungan hidup sedunia.
Bloger Kompasiana Cak Kaji diajak menonton sepotong video tentang pemanfaatan PLTS atap di sebuah asrama biarawati di pedalaman Kalimantan tepatnya di Penajam Paser Utara. Karena sulit dijangkau energi listrik konvensional, pengelola akhirnya memutuskan memasang solar panel untuk memanen listrik dari matahari Kalimantan yang berpijar.
"Saya pikir lampunya agak redup, ternyata enggak," ujar seorang biarawati menanggapi nyala lampu yang sama terangnya dengan energi konvensional.
Beberapa pesantren di Jawa, misalnya Ponpes Tahfidhil Qur’an Sirojul ‘Ulum di Kediri-Jawa Timur dan Ponpes Dhiyaul Fatihin di Pekalongan-Jawa Tengah, juga berkomitmen mendukung transisi energi lewat energi hijau demi mewujudkan Indonesia bebas emisi.
Pemasangan PLTS atap di pesantren terbilang keputusan tepat sebab mampu menghemat energi hingga 40-50%. Jika institusi pendidikan memilih beralih ke energi terbarukan, niscaya lingkungan bisa terjaga dan target Indonesia mencapai net zero emission tahun 2050 bisa tercapai.