Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - editor lepas dan bloger penuh waktu

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Hobi Bermain Catur, Anak Jago Matematika dan Berpikir Terstruktur

7 Juni 2024   11:33 Diperbarui: 9 Juni 2024   07:40 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bertanding untuk menambah jam terbang, bukan semata untuk menang (Dok. Septi)

KETIKA MENDENGAR nama Luigi disebutkan, kebanyakan orang mungkin akan membayangkan sosok kurus tinggi dengan topi khas berwarna hijau. Adik kembar Mario dalam gim Super Mario Bros ini memang populer sejak dirilis tahun 80-an. 

Selain karakter lucu tersebut, bayangan saya tentang Luigi adalah ilmuwan dan dokter bedah asal Italia, bernama Luigi Galvani, yang dikenal sebagai Bapak Elektrofisiologi. Konon berkat temuannya inilah baterai listrik bisa dikembangkan dan berdampak pada kehidupan manusia modern hingga kini.

Namun, nama Luigi Kautsarrazky ternyata bukan diambil dari keduanya. Menurut pengakuan ibunya, Septi Anggraeni, nama sang anak terinspirasi oleh penjaga gawang Juventus, yaitu Gianluigi Buffon. Kendati sudah pensiun, Luigi Buffon masih dikenang sebagai salah satu kiper terhebat dan bahkan legendaris.

Dari bola ke catur

Dengan latar penamaan seperti itu, lalu mengapa sang anak kini lebih menggeluti catur ketimbang sepak bola? Septi menjelaskan bahwa ayah Luigi adalah penggemar bola yang fanatik, termasuk klub Juve. 

Semula Luigi sempat ikut Sekolah Sepak Bola (SSB) sesuai arahan ayahnya. Demi mengenalkan sepak bola sejak dini, sang ayah pun mengajak nonton bola di stadion.

Maka gembira betul saat Luigi akhirnya mau bergabung di Sekolah Sepak Bola (SSB) Semen Indonesia Gresik (Sindogres) yang punya homebase di Stadion Semen Gresik -- satu kota dengan domisili mereka. 

Septi (berbusana hitam) saat berbagi pengalaman anaknya bercatur di komunitas Cak Kaji. (Dokpri)
Septi (berbusana hitam) saat berbagi pengalaman anaknya bercatur di komunitas Cak Kaji. (Dokpri)

Tak lama berselang, sesuatu di luar dugaan terjadi. Rupanya Luigi belum bisa menikmati permainan bola di sekolah tersebut. Alasannya, "Panas, keringetan, dan semacamnya," kata Septi di depan belasan bloger yang tergabung dalam CAK KAJI, yaitu Komunitas Kompasianer Jatim.

Digelar dengan santai, sharing session di foodcourt Tunjungan Plaza pun berjalan sangat gayeng. Silih berganti peserta menimpali dengan berbagai pertanyaan atau tanggapan. 

"Terus, kok bisa jadi ke catur?" timpal Mbak Nyk, bloger asal Malang.

Cuaca panas Surabaya Senin 3 Juni 2024 jadi terabaikan oleh sejuknya pendingin udara di dalam mal. Semua bloger sejenak tersedot mengikuti sharing Mamalui dalam mengembangkan minat anak.

Perempuan yang akrab dipanggil Mamalui pun mengaku sebenarnya papan catur sudah dikenalkan ayah Luigi sejak ia balita. Karena belum serius dimainkan, akhirnya pion berakhir di tong sampah. 

Karena liburan di rumah saja, sang ayah berinisiatif mengenalkan catur kembali dengan membeli papan catur secara online. Luigi ternyata menunjukkan ketertarikan. Mulailah ia bertanding melawan ayahnya sambil rajin menonton tayangan catur di Youtube. 

Belajar di klub 

Dugaan Septi bahwa itu sekadar kesenangan sesaat ternyata meleset. Begitu getol dan gandrung pada catur, Luigi sampai meminta izin agar mamanya mengunduh aplikasi catur secara daring. Ini lantaran ia sulit mendapatkan lawan ketika ayahnya bekerja.

Lewat aplikasi Chess di gawai dan kanal Top Chess di Youtube, minat Luigi pada catur kian tak terbendung. Selain belajar catur, perlahan dan sedikit demi sedikit dia pun belajar bahasa Inggris tanpa sengaja.

Setelah menonton unggahan Septi tentang Luigi bermain catur di Instagram Story, seorang teman mengusulkan agar Luigi ikut kelas atau klub khusus catur untuk menggembleng dan memudahkan Luigi ikut turnamen.

Pencarian klub pun berakhir dengan bergabungnya Luigi di sebuah klub yang ternyata lokasinya sangat dekat dengan rumah mereka. Kendati bertempat di warung kopi, klub ini telah berhasil mencetak pecatur andal Gresik yang berlaga dengan prestasi membanggakan di tingkat Jawa Timur.

Luigi saat berlatih di klub RAJA, Gresik. (Dok. Septi)
Luigi saat berlatih di klub RAJA, Gresik. (Dok. Septi)

Di sinilah Luigi berlatih catur bersama teman-teman lainnya, bukan hanya anak laki-laki tetapi juga perempuan. Warkop selalu terbuka untuk mereka kapan saja untuk berlatih. Namun, hanya sepekan sekali mereka datang untuk mendapatkana materi pelajaran. Tak heran jika semua bangku warkop selalu penuh oleh anak-anak yang sedang berlatih atau bertanding. 

Sebagai ikhtiar untuk berpikir kritis dan presisi mengambil keputusan, serta terampil memprediksi gerakan lawan selanjutnya, Luigi pun bergabung di sebuah klub catur di Surabaya.

Manfaat catur

"Alhamdulillah ya, Luigi dapat nilai 100 untuk pelajaran Matematika," ujar Septi saat ditanya salah satu manfaat putranya bermain catur.

Selain nilai sempurna pada pelajaran Matematika, Septi bersyukur setidaknya permainan catur dapat melatih kesabaran Luigi, menimbang sebelum ia melangkah, terbiasa berpikir dalam konteks sebab akibat, serta berpikir kritis dan logis yang semuanya berguna untuk masa depan kelak.

"Saya juga kaget saat pertama kali Luigi menulis pengalaman liburan mudik, ceritanya runtut," kata Septi lagi menambahkan betapa catur telah mengasah Luigi untuk berpikir terstruktur. 

Tak berlebihan memang sebab skill yang wajib dikuasai anak pada abad ke-21 ada empat, yang dikenal dengan 4C: Critical Thinking, Communication, Creative Thinking, dan Collaboration. Mamalui berharap permainan catur akan melengkapi skill pada sang putra terutama dari sisi problem solving. 

Kalah menang dalam turnamen

Ikut klub mendorong Luigi untuk menjajal kemampuan di turnamen catur yang kali pertama berlangsung di Ujung Pangkah Gresik, cukup jauh dari rumah. Kompetisi tingkat Jawa Timur ini terdiri dari 7 babak, di mana Luigi hanya mendapat 2 poin, yaitu 1 dari lawan yang tidak hadir dan 1 dari lawan yang melakukan pelanggaran. 

Kekalahan itu biasa, sehingga ayahnya tetap mengapresiasi semangat Luigi dengan memberinya buket boneka mungil. Sampai pada akhirnya kemenangan pertama pun Luigi raih. 

Bertanding untuk menambah jam terbang, bukan semata untuk menang (Dok. Septi)
Bertanding untuk menambah jam terbang, bukan semata untuk menang (Dok. Septi)

Itulah saat Luigi ikut turnamen catur se-SD di Surabaya. Luigi berhasil menduduki peringkat ke-5 yang mengantarnya sebagai juara harapan kedua. Semangat Luigi kian membuncah sehingga berlatih catur semakin menyenangkan. 

Dalam turnamen terjauh yakni di Blitar, yang memperebutkan Piala Walikota Blitar, Luigi ikut bertanding melawan atlet catur junior se-Jawa Timur. Berada di peringkat ke-41 dari 88 peserta untuk kategori kelas 1-3 SD, Luigi tetap membanggakan. 

Septi dan suaminya menghargai usahanya belajar mandiri sebab itulah kali pertama turnamen diadakan di ruang tertutup dengan orangtua menunggu di luar.

"Selama ini saya mendoktrin Luigi bahwa setiap kemenangan adalah rezeki dari Allah. Sehingga tidak perlu berlebihan menyikapi. Namun jika kalah artinya butuh latihan lagi." 

Begitu Septi memandang kalah dan menang sebagai hal biasa, sehingga tak perlu menyalahkan anak saat ia belum menang. 

Sebagai olahraga yang kompetitif, catur memungkinkan pemain bergerak dengan langkah tak terbatas. Maka jam terbang sangat dibutuhkan untuk menguasai permainan tersebut. 

Bagi Septi, kalah dan menang adalah sebuah proses. Turnamen akan membuat Luigi mau terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan. Dengan kata lain, kekalahan dalam turnamen bukan soal besar, justru jadi momen untuk memacunya agar belajar dan berlatih lagi.

Kekalahan adalah peluang untuk menempa diri sehingga hasil terbaik bukanlah melulu kemenangan, melainkan kesadaran untuk sportif dan terus belajar. Itu pelajaran yang bisa saya petik dari Mamalui dalam mendampingi sang putra.

Luigi saat meraih medali perak di Surabaya (Dok. Septi)
Luigi saat meraih medali perak di Surabaya (Dok. Septi)

Cita-cita masa depan 

"Apa Luigi mau terus menekuni catur sampai jadi atlet profesional?" tanya seorang bloger lain sebelum sharing berakhir.

Septi menuturkan bahwa Luigi bercita-cita menjadi Youtuber yang bermain catur. Sang putra ingin mengembangkan kanal gaming catur.

"Pernah juga ia menulis cita-cita menjadi Grand Master," imbuhnya, mengingat momen chess camp di Sekolah Catur Utut Adianto. 

Bagi Septi, yang penting anak menikmati hobinya saat ini. Entah ke depan seperti apa, anak tak boleh terbebani oleh obsesi orangtuanya, termasuk kembali ke sepak bola. 

Kiat sukses anak bercatur 

Kalau ada anak yang ingin serius menekuni bidang catur, Septi mengingatkan agar orangtua berusaha menjaga kondisi fisik dan psikologis anak selalu baik, lebih-lebih saat bertanding dalam turnamen.

Seorang pecatur yang sukses harus mempertahankan keseimbangan antara fisik dan psikologis karena permainan panjang menuntut konsentrasi dan ketelitian tingkat tinggi.

Menjelang turnamen, anak dikondisikan sedemikian rupa dengan serangkaian latihan menurut anjuran pelatih, termasuk puasa gawai. Smartphone bisa menciptakan distraksi terhadap skill anak bercatur.

Bagaimana dengan kebosanan menunggu antarbabak selama turnamen? Luigi biasanya sekadar jajan, menyantap bekal yang dibawa, atau bermain dengan sesama atlet catur. Selain menjalin persahabatan, anak juga merasa rileks. 

Tantangan bagi orangtua

"Di keluarga kami tidak ada yang menjadi pemain catur, bahkan ayahnya hanya bisa ala kadarnya. Apalagi saya yang tidak pernah kenal catur sejak kecil, enggak bisa main blas...." ujar Septi terkekeh.

Salah satu tantangan yang selama ini hadir adalah menyediakan waktu untuk menemani atau mengantar anak ke tempat latihan yang berulang-ulang. Lalu berusaha menjadi suporter meski Septi tak mengerti catur.

Dengarkan anak dengan antusias saat ia bercerita tentang dunia catur, juga seputar teman latihan di klub -- atau pengalaman berlaga di turnamen yang mungkin belum sesuai harapan.

Yang tak kalah penting tentu saja dana untuk mendukung proses latihan di klub atau sekolah catur, baik yang rutin maupun musiman. Sediakan anggaran memadai sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga.

Harapan dan impian

Mengakhiri sesi sharing, Septi tak muluk-muluk menarget anaknya harus menjadi apa, misalnya sukses menjadi GM. 

"Semoga catur membawa Luigi pada tempat seru, bertemu orang baru yang inspiratif, pengalaman indah, berbagai konteks penyelesaian masalah, dan segala suka suka dalam berjuang." 

Justru dengan sikap legawa seperti itu, Luigi akhirnya meraih banyak prestasi. Beberapa di antaranya sebagai berikut.

Tingkat Provinsi:

  • Juara 2 (medali perak) kategori U-7 Putra pada East Java Junior Chess Championship 2023 (23 Desember 2023)
  • Juara 1 kategori SD Swasta Terbaik U-7 Putra pada East Java Junior Chess Championship 2023 (23 Desember 2023)
  • Juara 2 (medali perak) kategori U-8 Putra pada Junior Rapid Chess Championship 2024 (11 Mei 2024)

Tingkat Kota/Kabupaten/Kecamatan

  • Juara harapan 2 kategori kelas 1-3 SD pada Chess Kids Junior Tournament 2023 se-Kota Surabaya (15 Oktober 2023)
  • Juara harapan 3 kategori kelas 1-3 SD pada Chess Kids 2 & Teen Tournament 2023 se-Kota Surabaya (12 November 2023)
  • Peringkat 4 SCUA Chess Camp Tournament kategori pemula (lintas usia) 15 Desember 2023
  • Juara 10 kategori kelas 1-3 SD pada turnamen catur HUT ke-1 KOMUCA se-Kabupaten Gresik (3 Maret 2024)
  • Juara 2 kategori kelas 1-3 SD pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) dan Kompetisi Olahraga Siswa Kebomas (KOSK) Kabupaten Gresik (4 Mei 2024)

Sharing session tentang catur bersama Cak Kaji (Dokpri)
Sharing session tentang catur bersama Cak Kaji (Dokpri)

Di mana pun anak berada, Septi ingin agar Luigi tetap menginjak bumi dengan doanya yang selalu menyertai. Artinya, hati anak dan ibu akan selalu terkoneksi.

Dari kisah Luigi kita belajar bahwa hobi tidak bisa dipaksakan sesuai kehendak orang tua. Orangtua hanya bisa mendukung dan mendoakan dengan berbagai upaya sesuai dengan sumber daya yang ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun