Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penggemar kopi | pemburu buku bekas

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Dibayar untuk Cari Kesalahan, Pengalamanku sebagai Editor Tulisan

26 Mei 2024   14:06 Diperbarui: 27 Mei 2024   10:51 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah resign dari penerbit, saya praktis menjadi pekerja lepas alias freelancer. Lebih-lebih saat si sulung lahir dan kami gagal mendapatkan pengasuh, maka pekerjaan berbasis freelance yang paling tepat saya lakukan. Selain menyunting, saya juga menerima pekerjaan lepas sebagai penerjemah. Di mana ada tawaran, saya ambil.

Buku sekolah vs buku umum

Karakter pekerjaan editing untuk buku sekolah dan buku umum sangat berbeda. Buku sekolah punya elemen lebih banyak, terutama punya rubrik yang dirancang untuk memperkaya materi pelajaran. 

Buku sekolah juga lazim disertai contoh soal dan pembahasannya, serta daftar soal untuk evaluasi pembelajaran. Ketelitian adalah modal utama. Bukan cuma ketepatan ejaan dan struktur kalimat, editor buku sekolah juga wajib melengkapi foto-foto yang diperlukan. 

Jika bentuknya ilustrasi, maka editor akan melakukan pemesanan gambar kepada ilustrator dengan deskripsi yang detail, baik ilustrator inhouse maupun freelance.

Karena banyak pernak perniknya, tak jarang editor juga mesti mengusulkan pengemasan materi agar menarik dengan ikon atau rubrik menyenangkan. Desain atau layout naskah tentunya lebih kompleks dibandingkan buku umum.

Yang tak kalah penting adalah saya mesti menyesuaikan konten buku dengan panduan umum agar tidak sampai melanggar aturan HAM, sensitivitas gender, menyinggung isu SARA atau yang bermuatan pornografi.

Adapun buku umum cenderung lebih luwes. Fokus editor adalah menyajikan buku seenak mungkin dengan ide-ide yang lebih kaya, out of the box, dan kekinian sesuai dengan kebutuhan pembaca. 

Intinya, banyak ruang inovasi atau gebrakan yang bisa dilakukan editor saat menggarap buku umum ketimbang buku sekolah -- dengan catatan tentu saja tetap memperhatikan isu SARA.

Mengenal tugas editor buku

"Apakah editor hanya menyunting tulisan?" Begitu tanya moderator lebih lanjut.

Saya pastikan bahwa editor bukan sekadar mengecek tipo atau salah eja, tetapi lebih dari itu. Setidaknya bisa dilihat dalam job desc editor buku sekolah. 

Untuk menjawab pertanyaan ini, saya memperkenalkan dua istilah editor sependek yang saya ketahui. Ada editor akuisisi (kadang cukup disebut editor) dan penyunting naskah (disebut juga kopieditor).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun