Dari balik sarungmu
benang terlepas menjadi puisi
adakah itu Sapardi
yang menjemputmu
menuju kata-kata mahaluas
Di Jogja atau Sukabumi
puisi bukan sekedar majas
dari gunung ke pantai-pantai
perjalanan tak kenal batas
sebab dari balik sarungmu
kata-kata terbang bebas
mencetak sapardi-sapardi baru
Sarung bergaris hitam putih
telah menaklukkan waktu
--perjumpaan dengan Sapardi--
saat dering telepon genggam
memperkuat ibadah puisi
di buku-buku yang menciptakan ruang
dalam surat yang mengekalkan kopi
Dari balik sarungmu
sepotong hati merasa merdeka
menepi di sebuah angkringan
tak peduli pada uang atau cita-cita
yang dilahirkan tanpa doa
"Semoga gempa terjadi
agar pohon-pohon memakan manusia,"
doa kutuliskan di status WhatsApp
semoga didengar Tuhan yang hanya kita sapa
tapi tak pernah kita kenal.
Dari balik sarungmu
sejarah terkelupas
menelanjangi manusia
yang berlindung dalam puisi
Lamongan, 28 April 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H