"Loh kok masih ngontrak aja dari dulu? Kapan punya rumah sendiri, kan lebih enak," munkin jadi pertanyaan berikutnya yang kadang dilontarkan. Padahal jika benar kita nyatakan bahwa kita sudah punya sebidang tanah untuk dibangun, penanya tak akan tergerak untuk membantu penyediaan materialnya.
Jadi, jawab saja dengan "Enak dong jadi kontraktor. Menguntungkan dan fleksibel. Lagian gua kerja mobilitas tinggi, kudu sering indah ke luar negeri. Pusing malahan kalau punya rumah sendiri."
"Udah mau SMP kok badannya kecil?"
Pertanyaan terakhir ini valid diajukan kepada kami tentang si bungsu yang tubuhnya belum setara dengan level yang dia miliki. Sebentar lagi masuk SMP, tapi badannya cenderung kecil--sangat berbeda dengan kakaknya yang tinggi kurus.Â
Saya sendiri pernah berkonsultasi dengan dokter anak apakah pertumbuhannya normal. Dokter menghibur bahwa masih ada peluang berkembang bagi anak cowok. Apalagi nanti saat SMP bisa saja dia bakal lebih tinggi dan besar.
Lagian, kami santuy saja melihat si bungsu tumbuh demikian. Yang penting dia rajin belajar dan tentunya semangat menggambar sebagai salah satu hobi yang menjanjikan.
Pengin saya jawab, "Sebenarnya dia Shinichi Kudo yang menyamar karena otaknya cemerlang!" Atau bisa juga dengan, "Badannya boleh kecil, tapi hobinya bisa bikin kamu kelar!"
Intinya, semua orang punya pertanyaan. Namun, cuma ada beberapa yang wajib atau layak kita tanggapi. Selama mudik lebaran atau silaturahmi Idulfitri, jangan sampai teracuni oleh pertanyaan bodoh yang sebenarnya sebentuk persekusi tapi dikemas seolah peduli. Yang penting, SANTUY!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H