Bait pertama hingga terakhir jelas menyiratkan bahwa keseluruhan hidup manusia di dunia adalah perjalanan ibadah sehingga mestinya diisi dengan aktivitas mengumpulkan bekal, bukan berlaku bengal. Ramadan tahun ini, mendengarkan lagu ini lagi, kita harus ingat untuk apa hidup.Â
Bukankah hidup adalah menanti mati dalam kesinambungan sajadah yang dihamparkan sejak kita dilahirkan sampai nanti dikuburkan?Â
4. Bila Waktu Tlah Berakhir - Opick
Tahun 2006 saya merantau ke Bogor untuk melamar sebagai editor di sebuah penerbit buku sekolah. Selama menjalani tes dua har, saya menumpang di kos seorang teman satu angkatan yang lebih dulu bekerja di perusahaan tersebut.
Sewaktu berada di kamar kosnya, saya kerap mendengarkan lagu-lagu religi karangan Opick yang saat itu sedang naik daun lewat album Tombo Ati. Menggunakan komputer desktop, saya putar berulang-ulang satu tembang yang membuat saya merinding.
Lagu yang saya maksud adalah Bila Waktu Tlah Berakhir, sebuah lagu religi yang memotret perjalanan sesudah mati dengan bekal-bekal yang berarti, yakni amal dan iman yang menjadi teman sejati. Seolah menjadi peringatan kontras bagi saya: boleh saja sekarang ngejar jadi karyawan, tapi jangan lupakan rumah masa depan alias akhirat.
Saya akui, Opick meracik lagu religi ini dengan sangat manis. Tempo, lagu, lirik, dan melodi diatur begitu hati-hati untuk menciptakan peringatan dengan kengerian yang tak dibuat-buat. Bukan horor basi, melainkan kesunyian mencekam yang menyerang hati pendengar seketika.
5. Hubbun Nabi - Maher Zain
Akhirnya, Hubbun Nabi yang dibawakan oleh Maher Zain nyaris selalu membuat saya menitikkan air mata. Bahkan siang tadi saat saya menuju sekolah untuk menjemput anak, di atas motor saya tak bisa menyembunyikan air mata yang menggenang. Suara tiba-tiba hilang, berganti dengan sesenggukan.
Komposisi musik dan lirik, juga keseluruhan penggarapan lagu religi ini membuat saya jatuh cinta, juga hina atas sosok agung bernama Muhammad Saw. Nabi besar yang senantiasa memikirkan umatnya, apa pun kondisi mereka, agar bisa berada di dekat beliau di surga nanti.
Ah, sungguh sulit menjelaskan lagu ini. Video pembuka dengan whirling dervish alias taria sufi membuat saya berkaca-kaca seketika. Merasakan cinta Baginda Nabi yang begitu besar sambil tercekam oleh kehinaan seorang pengikut yang sibuk mengaku tanpa mengikuti idolanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H