DUA HARI ini hidup rasanya nano-nano. Seolah limbung, jauh dari keseimbangan. Berkali-kali mengingatkan diri bahwa ini hanyalah episode yang akan berlalu dan suatu hari akan saya kenang dengan senyuman. Namun, mengendalikan hati bukan perkara mudah. Itulah sebabnya ada anjuran dalam shalat, sebagaimana dicontohkan Nabi, yang berbunyi:
"Ya muqollibal quluub, tsabbit qalbii alad diinik." (Wahai Dzat Pembolak-balik hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.)
Ya, dengan berbagai ilmu pengetahuan dan wejangan keagamaan, hidup toh tak pernah sepi dari ujian. Ketakutan kadang mengancam, rasa waswas berkelindan dengan perasaan cemas. Ketika kenyataan tak sesuai dengan harapan, kita tak bisa berpaling ke mana-mana selain Tuhan yang Menguasai segala urusan.
Termasuk hati saya yang dirundung pilu, sedih mendadak karena suatu persoalan pelik, sehingga tangis tak mampu lagi ditahan. Meskipun tak pecah menjadi sesenggukan, setidaknya jiwa meronta karena terpaan emosi yang tak terperi. Mata kosong ditinggal air mata yang ingin menyuarakan kemelut hati.
Dari nabeez manfaat kukais
Ketika Ramadan telah berada di separuh perjalanan, kata-kata syukur terus berkumandang kendati harapan meleset atau doa belum dikabulkan. Alih-alih pengabulan doa, yang terjadi seolah-olah justru pantulan dari ucapan doa yang sudah dipanjatkan: agar saya kuat dan minta dikuatkan.
Ada kurma di lemari es, langsung dibelah dan dipipihkan. Dimasukkan ke dalam gelas dengan air bersih untuk dikonsumsi sebagai minuman kesehatan. Tiga butir kurma sudah cukup, semoga gundah gulana segera surut. Air segar dari kulkas semogalah menekan jiwa yang beringas.
Sebagaimana tekanan darah menjadi stabil berkat air nabeez, semoga egoisme perlahan bisa terkikis. Sehingga hati dan pikiran terang benderang untuk menerima qudrah dan ketetapan Allah yang Mahaadil.
Kesegaran nabeez yang menurunkan kolesterol jahat dalam tubuh kuharap akan turut menghapuskan kegalauan yang sebenarnya tidak bermanfaat, hanya meladeni ilusi kesedihan dan litani penuh iba tanpa alasan. Â
Semoga detoksifikasi tubuh terjadi saat nabeez menyiram pori-pori dan menetralkan keraguan pada Tuhan yang Maha Berkehendak tanpa tapi, tanpa kompromi, hanya karena ukuran-ukuran manusia yang seolah selalu sahih.
Akhirnya kuberdoa agar daya tahan tubuh meningkat yang memicu seluruh sel dan saraf untuk bergerak dalam refleks keimanan dan ikhtiar pertobatan tanpa menunggu waktu yang tepat, tanpa mengindahkan komentar-komentar sekitar yang malah bikin penat.
Temukan kesegaran dari dalam nabeez yang menyehatkan. Temukan kesadaran dari setiap langkah yang membawa berkah. Ramadan inilah saatnya, insyaallah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H