Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penggemar kopi | pemburu buku bekas

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Dari Laptop hingga Kamera Mirrorless: Sedekah yang Mengundang Panen Hadiah

18 Maret 2024   16:36 Diperbarui: 18 Maret 2024   16:38 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laptop keren yang multifungsi (Dokumentasi pribadi)

PANEN HADIAH? Rasanya ini bukan frasa yang hiperbolis sebab saya sendiri mengalami betapa keajaiban sedekah membawa hadiah berlimpah, misalnya dalam bentuk hadiah lomba. Saya tulis keberkahan sedekah dari sudut pandang seorang bloger dan editor lepas yang tinggal di daerah.

Tanpa perlu merinci pengertian sedekah, pembaca paham apa saja yang bisa dikategorikan sebagai sedekah. Intinya adalah soal kesanggupan dan kesudian dalam merelakan apa yang kita miliki. Tak melulu berupa uang atau materi, bahkan jasa (kecakapan) atau tenaga pun bisa termasuk dalam cakupan sedekah.  

Dalam tulisan ini, saya akan membagikan hadiah apa saja yang pernah saya terima dan atas imbalan apa hadiah itu kira-kira saya terima. Substansinya adalah kerelaan memberi sebagai sebentuk ibadah.

Voucher Amazon & laptop 2-in-1

Tahun 2018 saya membuka Saung Literasi (SL) sebagai kelanjutan tempat belajar gratis yang pernah kami lakukan selama tiga tahun di Bogor dulu. Anak-anak belajar di gazebo mini di depan rumah yang sebetulnya ada dipan jati yang tak muat di kamar kami. Sebenarnya muat, tapi bikin kamar tidur kian sempit dengan perabotan besar itu.

Untuk memudahkan proses belajar, saya pengin sekali punya mobile mini projector. Lalu datanglah gift voucher Amazon sebagai hadiah dari seorang bloger Amerika yang kala itu menghelat lomba menulis. Sayangnya, imbalan senilai $70 itu tak bisa saya belikan proyector karena tak ada vendor yang mau mengirimkannya ke Indonesia.   

Sebagai gantinya, saya tukarkan voucher dengan dua novel Haruki Murakami dan Dan Brown yang segera laku sehingga uangnya saya bisa manfaatkan, termasuk membiayai kegiatan Saung Literasi.

Berkah kedua dari Saung Literasi adalah hadiah kemenangan di sebuah lomba yang disponsori oleh operator seluler terkemuka. Saya mendapatkan satu unit laptop 2-in-1 yang tipis dan keren banget, sangat canggih yang bisa saya pakai untuk mengajar siswa di SL. Bahkan tak cuma itu, saya diganjar pula dengan uang tunai Rp4 juta sebagai bagian dari hadiah. Alhamdulillaah...

Uang setengah juta

Begitu menetap di Lamongan, saya memutuskan ikut aktif di sebuah komunitas berbagi nasi bungkus--melanjutkan partisipasi kami sekeluarga saat di Bogor dulu lewat Bernas yang berbasis di Bandung. Lewat komunitas ini saya mendapat teman baru dan rezeki.

Misalnya suatu pagi seorang relawan mengulurkan amplop yang dimaksudkan sebagai angpau bagi si bungsu yang baru saja dikhitan. Jumlahnya besar juga: Rp500.000 yang jelas di luar dugaan! 

Berkat sedekah waktu setiap Jumat pagi ditambah kerelaan membuatkan video dokumentasi, saya pun mendapat order untuk membuat video promosi dari relawan yang sama dengan imbalan rupiah tentunya. saya semula menolak fee, tapi dia bersikeras mentrasfernya. Lumayan! 

Smartphone gratis

Jika kedua cerita tadi terjadi pada tahun 2018, maka kejutan berikutnya ini hadir setahun berikutnya. Tahun 2019 boleh jadi momen panen hadiah bagi kami sekeluarga. Dimulai dari smartphone gratis bermerek Samsung ini.

Sebelumnya seorang teman bloger hendak meminjam uang untuk biaya makan keluarganya. Selama beberapa hari mereka hanya makan tepung yang diberi gula lalu digoreng--mirip adonan pisang goreng. Coba bayangkan betapa monotonnya juga membosankannya makan seperti itu tanpa beras dan lauk.

Kami sama-sama bloger dan mengandalkan fee sebagai sumber pemasukan. Saat itu saya pun sama dengan dia, tengah menanti pencairan fee sari sebuah pekerjaan menulis online.

Setelah meminta izin dari istri, saya pun membagi dua sisa uang yang tersisa di rekening bank. Tak banyak tentunya, tapi setidaknya cukup baginya buat beli beras dan lauk untuk dimakan selama beberapa hari. Saya berniat sedekah, tapi dia di kemudian hari ngotot mengembalikannya sebagai pinjaman.

Begitulah, suatu pagi mimin operator seluler berwarna kuning mention akun saya sebagai salah satu pemenang kuis di Twitter. Tugasnya cukup mudah: menuliskan resolusi tahun baru di template yang sudah disediakan. Alhamdulillah, berkat bantu teman saya pun beruntung diganjar ponsel pintar baru yang gratis!     

Kamera mirrorless & smart watch

Hadiah smartphone di akhir tahun 2019 itu rupanya telah didahului dengan rentetan hadiah lainnya. Saya ingat sepanjang tahun 2019 itu saya mulai ikut dan akhirnya ketagihan ikut Kelas Inspirasi (KI) di berbagai kota. Mulai dari Lamongan, bergerak ke Ponorogo, Pemalang lalu Madiun.

Kamera mirrorless dari menang lomba (Dokumentasi pribadi) 
Kamera mirrorless dari menang lomba (Dokumentasi pribadi) 

Memang unik relawan KI ini sebab kami datang atas biaya mandiri, baik transportasi maupun dana konsumsi. Bahkan kami mesti urunan sejumlah uang demi terlaksananya KI selama sehari itu. Biasanya untuk bikin alat peraga atau konsumsi, dll. 

Kalau beruntung, tuan rumah yang memberi tumpangan kami tidur kadang menyediakan makan gratis, mulai sarapan hingga makan siang. Sekolah tujuan KI pun sering menjamu kami dengan jaminan kenyang.

Begitulah, singkat kata: pada Oktober 2019 hadiah bertubi-tubi menghampiri kami berkat sedekah melalui Kelas Inspirasi. Paket yang kali pertama datang adalah kamera mirrorless dan smart watch. Saya kaget saat unboxing paket! Apa sebab? Karena pada pengumuman kemenangan event, saya disebut akan menerima kamera digital biasa. Eh, yang datang malah mirrorless camera Sony A. Adapun smart watch adalah hadiah untuk istri saya yang ikut event menulis serupa. 

Multi rice cooker & mixer

Kelas Inspirasi Pemalang bikin senang. (Dokumentasi Izza)
Kelas Inspirasi Pemalang bikin senang. (Dokumentasi Izza)

Tak lama berselang, saat saya bertolak ke Pemalang dalam kereta api, istri memberitahukan bahwa ada dua paket besar datang lagi. Kurir menghubunginya. Dua hadiah ini juga dari ajang menulis yang sama. Hadiahnya berupa multi rice cooker yang bisa dipakai buat masak nasi, kue, dan bubur. Kebetulan adik butuh penanak nasi seperti ini sehingga dia pun membelinya.

Adapun hadiah berikutnya berupa mixer kami jual melalui lokapasar dan terjual ke Surabaya. Saat itu kami belum butuh perabotan kue karena memang tak berencana jualan. Sekarang malah butuh karena mulai merambah jajanan untuk dijual di kantin sekolah. Tetap disyukuri karena hadiah bisa menyambung hidup kami.

Saya berbisik dalam hati, "Sungguh Kelas Inspirasi ngrejekeni," yaitu bahwa partisipasi dalam KI mengundang rezeki tak terduga.

Headphone dari Astra

Terakhir adalah hadiah dari ajang menulis bergengsi yang digelar setiap tahun oleh Astra. saya ikut perhelatan ini sebanyak tiga kali. Dan baru pada kesempatan inilah masuk dalam deretan pemenang meskipun baru juara favorit.

Hadiahnya berupa headphone canggih yang cocok buat gamers maupun pegiat Zoom meeting. Tentang kemenangan, saya sejujurnya tak menyangka. Pertama, karena jumlah peserta menyentuh angka ribuan sehingga persaingan tentulah sengit. Saya kirimkan beberapa artikel dalam lomba ini.

Suatu pagi, Kamis pada waktu sahur, saya menghampiri istri yang sedang memasak kue untuk dititipkan di sekolah. Kami bersyukur setelah membaca email dari panitia tentang kemenangan saya meskipun tak tahu bakal dapat apa. Syukurlah beberapa hari kemudian daftar pemenang diumumkan dan hadiah saya terima tak lama berselang.

Hadiah indah berkat sedekah, alhamdulillah. (Dokumentasi pribadi) 
Hadiah indah berkat sedekah, alhamdulillah. (Dokumentasi pribadi) 

Jangan-jangan ini gara-gara doa seorang anak gadis yang sehari sebelumnya saya antar ke sekolahnya. Sepulang dari mengantar si bungsu ke sekolah, saya melewati jalanan menuju kompleks yang sisinya berupa tanah kosong dan tambak. Saya heran ada anak sekolah yang berjalan, bukan bersepeda ataupun diantar orangtuanya seperti anak-anak sekolah lainnya.

Saya tawari tumpangan, dia mengiyakan. Saya tanya kenapa tak menggowes, dia jawab enggak bisa naik sepeda. Waktu lewat depan rumahnya d blok depan, sepertinya dia memang tak punya sepeda. Ayahnya ternyata mengontrak rumah seorang teman ASN yang kini ditugaskan di Mojokerto.

Alhamdulillah penuh pkuji syukur. Sedekah apa pun tak pernah sia-sia. Tak perlu menunggu kaya atau berlimpah materi untuk memberikan sedekah. Mendonasikan waktu, tenaga, kecakapan (skill), dan bahkan sesederhana tersenyum pun termasuk sedekah yang akan mendapat ganjaran tanpa kita duga.

Ramadan adalah momentum terbaik untuk membangun kebiasaan sedekah, berupa apa saja! Rasulullah terkenal sebagai pribadi dermawan dan akan semakin dermawan pada bulan Ramadan. Keberkahan tentu yang utama kita harapkan, tetapi adanya imbalan di dunia atas sedekah yang kita berikan rasanya tak berlebihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun