RAMADAN TIBA, takjil pun dinanti semua. Bukan cuma yang berpuasa, bahkan penganut agama lain pun ikut menyemarakkan pasar kaget ini dengan menjadi pembeli yang mengaku turut menikmatinya.
Menurut KBBI, takjil berarti penganan dan minuman untuk berbuka puasa. Tanpa diartikan pun, nyaris semua orang tahu--tak terkecuali anak-anak. Semasa kecil dulu, kami di desa paling cuma main ke jalan raya untuk menyaksikan lalu lalang kendaraan sambil menanti bedug magrib.
Anak-anak zaman now punya kebiasaan berbeda. Dari desa hingga kota, dari kecil sampai dewasa, tumplek blek untuk berburu menu berbuka yang disebut takjil. Bagus juga sih ketimbang mereka fokus menatap layar gawai.
Pasar takjil ini terasa semarak mungkin justru karena bentuknya sederhana. Kebanyakan hanya berupa meja dan rak yang dipasang ala kadarnya di depan rumah atau jalan kompleks perumahan. Lalu barang dagangan dipajang di atasnya dengan tulisan yang tak kalah sederhana.
Dari pasar takjil ke panti asuhan
Kendati sederhana, pasar takjil di Indonesia terasa istimewa karena hadir sekali dalam setahun--biasanya selama sebulan penuh sebelum Idulfitri tiba.
Keunikan lain yang membuat pasar takjil di Indonesia kian semarak adalah keragaman penganan atau jajanan yang dijual untuk pembeli. Dari khazanah lokal hingga internasional, silakan pilih sesuai selera lidah dan ketersediaan rupiah.
Dengan kata lain, banyaknya pilihan ini secara tak langsung turut menggerakkan ekonomi setempat sembari melestarikan jajanan tradisional. Dalam pasar takjil tak jarang dijual juga kue-kue basah seperti apem, onde-onde, lemper, lontong buras, nagasari, getuk, serabi, kue cubit atau bermacam es seperti es pallu butung, oyen, dan sebagainya.
Namun, hari ini saya dan si bungsu punya kisah lain untuk diceritakan. Selepas berburu kudapan dari pasar takjil di kompleks Perumnas Made, Lamongan, kami bergegas meluncur ke sebuah panti yatim yang terletak di Jl. Sunan Giri, tak jauh dari RSUD Soegiri.
Ada teman yang menitipkan makanan untuk disampaikan ke sana, sekalian saya tambahkan. Jadilah sore kami yang singkat terasa penuh berwarna, sangat berkesan setelah berjumpa anak-anak yang sudah bersiap setelah tikar digelar di halaman panti. temaram senja yang melegenda, tsah!
Panti asuhan ini memang kecil dan lokasinya cenderung tersembunyi di tengah permukiman warga dengan jalan kecil menujunya. Di depan panti ada kali yang kalau diikuti akan mengantar kita ke RSUD kota.
Dari pasar takjil ke panti kecil, itu cerita kami hari ini. Selalu semangat untuk menuliskan sepenggal pengalaman yang terlihat sederhana tapi mungkin bakal dikenang secara indah oleh anak-anak hingga nanti mereka dewasa.
Nah, buka puasa pakai apa hari ini, sobat Kompasianer? Â Semoga video pendek ini terus memantik memori dan tentunya membantu menjaga nyala ekonomi di seluruh negeri.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H