Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penggemar kopi | pemburu buku bekas

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Menjadi Rumput

27 Agustus 2023   17:27 Diperbarui: 27 Agustus 2023   17:30 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumput yang bercahaya (Foto: dok. pri)

Ketika merapikan rumput di halaman rumahnya, Koer berpikir:

"Rumput-rumput selalu tumbuh bahkan ketika kusabit berkali-kali.

Aku ingin anakku jadi rumput," ujarnya dalam hati sambil melongok tambak yang airnya surut.

Rumput tak pernah menyerah walau ditumpas

Rumput tumbuh merata tanpa batas

Ia berkhayal memberi nama rumput yanag ada.

"Tak perlu jadi besar kalau kecil pun tak terkendali," gumamnya sebagaimana akan dibisikkan kepada kedua anaknya.

Tapi rumput terinjak dan tak terkenal--protes otaknya yang dibungkus kepala botak.

"Biarlah menjadi rumput saja anakku kelak." Bahkan saat akarnya tercerabut, rumput tetap disebut rumput.

Matahari meninggi, rumput sudah selesai dibabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun