Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penggemar kopi | pemburu buku bekas

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

BRI Bangkitkan Asa Penyandang Disabilitas dan Kaum Ibu Tingkatkan Produktivitas

21 Desember 2022   21:12 Diperbarui: 21 Desember 2022   21:33 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Titik Winarti bersama seorang difabel yang menjadi tangan kanannya. (Foto: dok. Nurul Rahma)

Yang lebih menyentuh hati hadirin di sidang PBB kala itu adalah bahwa selama menjalankan usahanya Titik belum pernah sekali pun mendapatkan pinjaman uang dari bank. Alasannya tentu saja karena tak ada barang sebagai agunan.

Jika tahun 2005 Titik hanya mempekerjakan 20 orang difabel, maka 10 tahun kemudian atau tahun 2015 jumlah karyawannya meningkat 10 kali lipat menjadi 200 orang. Lokasi usahanya pun tidak terbatas di Sidoarjo, tapi merambah hingga Kediri dan Jember.

Pilihannya mempekerjakan para difabel untuk menggarap produk sulaman ternyata tepat sebab mereka memiliki perasaan yang lebih halus dan lebih teliti sehingga produk sulaman yang Titik jual bermutu bagus.

Tiga tahun setelah forum itu, produk besutan Titik berlabel Tiara Handicraft mampu menembus pasar ekspor, termasuk pesanan Ratu Beatrix Belanda dan Ratu Sofia dari Spanyol. Negara-negara Amerika Latin dan beberapa duta besar negara sahabat di Jakarta pun akhirnya menjadi pembeli produk Tiara Handicraft.

Pendar harapan akhirnya menyapa Titik ketika Bank BRI mengucurkan KUR (Kredit Usaha Rakyat) sebesar 500 juta. Selain menambah alat berupa mesin jahit, kredit ini digunakan untuk membeli lahan yang lebih layak sebagai tempat usaha, termasuk penyediaan gudang untuk menyimpan bahan baku dan produk jadi Tiara Handicraft.

Sejak saat itu produk Titik yang memang melalui quality control ketat makin luas jangkauan pasarnya. Boleh dibilang dia telah menjadi seorang BRILianpreneur yang terbantu usahanya menjadi besar berkat BRI. Pilihannya menggaet para difabel adalah solusi brilian untuk menyalakan harapan mereka dalam bentuk pekerjaan.

Fragmen inspiratif yang dituturkan oleh Dr. B.S. Kusmuljono dalam bukunya Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha ini menjadi pengingat bahwa jangan ragu merintis usaha dan teruslah mencoba menciptakan pasar. Sebab jika sudah ada pasar yang menyerap produk kita, maka pinjaman bank bisa datang ketika usaha kita mengalami surplus. 

Ibu rumah tangga jadi pahlawan

Kiprah lain BRI dalam mendorong perempuan sehingga sukses terjadi di Surabaya. Adalah Choirul Mahpuduah (53 tahun), yang berjasa sebagai pemantik didirikannya Kampung Kue yang jelas menginspirasi pelaku UMKM di daerah lain.

Semula seorang buruh pabrik, Choirul Mahpuduah yang akrab disapa Bu Irul kemudian memutuskan untuk membuat komunitas pengusaha perempuan di kampungnya pascamenerima PHK. Kampung Kue yang menghimpun 63 anggota ini digagasnya sejak tahun 2005—tahun yang sama ketika Titik Winarti diundang ke markas PBB, Amerika Serikat.

“Saya melihat tahun 2005 itu banyak ibu-ibu di kampung saya kalau pagi-pagi menganggur atau merumpi tidak melakukan kegiatan yang produktif.”

Kampung Kue hadir dengan optimisme. (Foto: bangga.surabaya.go.id)
Kampung Kue hadir dengan optimisme. (Foto: bangga.surabaya.go.id)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun