Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penggemar kopi | pemburu buku bekas

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dukung Akses Kesehatan Bagi Penyandang Disabilitas Kusta Demi Kesempatan dan Produktivitas Kerja

25 Juli 2021   12:18 Diperbarui: 1 Februari 2023   19:00 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Webinar bersama KBR dan NLR Indonesia untuk mendukung layanan kesehatan bagi disbilitas kusta. (Dok. pribadi)

Maka dinas kesehatan setempat melakukan pengobatan pada kontak kusta dan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait kusta baik seputar karakter, penularan, dan penanganan yang semestinya. Suwata mengakui bahwa kendala terbesar justru karena stigma negatif tentang kusta. Kita tahu bahwa kusta dianggap memalukan bahkan pernah dianggap sebagai kutukan sehingga penderita bisa dikucilkan sehingga sulit mendapat layanan kesehatan. Ini tentu kontraproduktif.

Dalam rangka memberikan dukungan kesehatan bagi penyandang disabilitas kusta, Suwata dan timnya berusaha melakukan leprosy control (yakni agar tak menular) dan mencegah agar kecacatan tidak terjadi secara berlebihan akibat kusta yang tak tertangani dengan baik. Jika cacat parah terjadi, maka produktivitas bisa terhambat dan kesempatan bekerja akan sulit didapat.

Birokrasi rumit dan cakupan BPJS 

Di sisi lain, Ardiansyah menyatakan bahwa para pasien kusta mengalami kesulitan dalam mengakses kesehatan setidaknya karena dua hal. Pertama, jalur yang rumit di mana mereka harus mendapatkan pelayanan di RS umum daerah yang mungkin jaraknya jauh. Kedua, penyakit kusta tak mendapat waktu yang cukup pada cover asuransi BPJS yang tentu menyulitkan dari segi biaya. Pasien kusta yang mengalami luka jelas butuh waktu lebih lama untuk bisa sembuh sehingga tak bisa disamakan dengan penyakit lain yang hanya diperbolehkan opname beberapa hari saja.

Menurut pantauan PerMaTa, selama pandemi juga ada masalah tersendiri karena pasien kusta dan OYPMK enggan mengunjungi puskesmas untuk mengambil obat lantaran khawatir tertular Covid-19. Dengan demikian, proses penyembuhan jadi terhambat. Akhirnya tim PerMaTa yang berinisiatif mengambil obat tersebut dan menyerahkan kepada pasien bersangkutan. Terputusnya pengobatan bagi pasien kusta harus dihindari terutama selama pandemi saat ini. Pihak puskesmas hendaknya proaktif.

Ardiansyah mewakili PerMaTa Bulukumba (Dok. pri)
Ardiansyah mewakili PerMaTa Bulukumba (Dok. pri)

Ardiansyah mengharapkan generasi muda, seperti mahasiswa di kota, bisa mengambil peran dengan mengedukasi publik tentang kusta yang sebenarnya bisa disembuhkan. Organisasi sosial seperti PerMaTa harus berani berkolaborasi dengan pihak kampus untuk menjangkau cakupan lebih luas. Kedua, literasi harus diperkuat agar kusta tidak disalahpahami, terutama cara penyembuhannya. Kesempatan emas ini tidak boleh dilewatkan atau ucul begitu saja.

Sinergi antarorganisasi

Dengan sinergi strategis antara organisasi sosial, pemerintah, dan generasi muda, maka inklusi layanan kesehatan bagi penyandang disabilitas, terutama penderita kusta atau OYPMK, bisa diwujudkan. Mereka akan mampu menjalani ujian dengan penyembuhan yang semestinya. Dengan begitu, mereka pun akan percaya diri dan taraf hidup mereka meningkat seiring dengan kemampuan dan kesempatan bekerja sehingga terus produktif dalam menopang diri sendiri dan berpartipasi dalam pembangunan. 

Jadi jika Anda mengalami gejala umum seperti munculnya lesi pucat dengan mati rasa pada kulit, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu, sentuhan, tekanan, atau rasa sakit, jangan abaikan. Jika lesi menebal di kulit dan lebih terang, segera hubungi lembaga kesehatan seperti puskesmas agar gejala tidak menjadi parah sampai menimbulkan luka. Tetap optimistis bahwa semua bisa diselesaikan dengan kerja sama.   

Lihat misalnya kiprah Ermawati, salah satu OYPMK yang setelah sembuh memilih bergabung di komunitas PerMaTa dan bisa menerima dirinya kembali. Dia menjadi guru mengaji di lingkungan rumahnya dan aktif mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja Kabupaten Gowa dengan penuh percaya diri. Dia bahkan berhasil menorehkan prestasi dengan mengikuti Global Apple Summit di Filipina tahun 2019 silam. Hal itu menjadi pesan positif bagi masyarakat bahwa OYPMK bisa berprestasi.

Para penyandang disabilitas dan penderita kusta punya kesempatan untuk berperan aktif dalam masyarakat jika dipercaya sepenuhnya dan dukungan tanpa pamrih. Mereka bisa murup atau menyala menurut ungkapan Jawa, lewat semangat yang besar dan spirit belajar tak kenal lelah demi kemajuan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun