Anak-anak generasi Z atau zillennial adalah digital natives, mereka akrab dengan teknologi karena 'dilahirkan' di dalamnya. Manfaatkan aplikasi pada smartphone atau  tablet untuk mengenalkan anak pada buku. Kami menggunakan aplikasi gratis seperti iPusnas, Let's Read, dan IB Library untuk mendorong anak keranjingan membaca. Membaca di gawai relatif lebih atraktif dibanding baca buku cetak, dan itu bisa jadi daya tarik tersendiri.
5 | Sesekali dampingi
Luangkan waktu untuk mendampingi aktivitas membaca anak agar anak merasa diperhatikan oleh orangtua. Para dokter di Cleveland Clinic menganjurkan agar orangtua membaca bersama anak sejak belia sebagai ikhtiar membangun bonding dan hubungan dua arah yang positif. Mau reading aloud atau storytelling, komunikasi yang berlangsung bisa membangun kepercayaan diri mereka.
6 | Wisata pustaka
Kami menyebutnya wisata pustaka yakni kunjungan ke toko buku atau perustakaan bersama anak-anak. Sejak mereka bisa membaca, kami terbiasa mengajak anak-anak ke Toko Buku Gramedia untuk memilih buku yang mereka sukai. Dikelilingi rak-rak buku dengan ratusan bahkan ribuan judul buku akan menciptakan sensasi kegembiraan istimewa bagi anak-anak. Apalagi jika mereka bebas memilih sesuai hobi, itu akan jadi pengalaman berharga yang membangun kecintaan pada literasi.Â
Berkunjung ke pameran buku bisa jadi alternatif yang menyenangkan. Melihat banyak orang yang berebut memasukkan buku ke dalam keranjang adalah pemandangan yang sangat unik. Opsi lainnya kita bisa daftarkan anak-anak untuk memiliki kartu perpustakaan sendiri dari perustakaan daerah yang melayani peminjaman buku secara cuma-cuma. Â Â
7 | Menulis resensi
Menulis ulasan buku atau resensi secara otomatis akan mendorong anak membaca buku tertentu sampai tuntas. Dengan menulis resensi bersama-sama, anak akan belajar anatomi buku sekaligus cara menulis yang baik. Baik anak dan orangtua bisa sama-sama belajar melakukannya. Resensi bisa dikliping untuk disimpan sebagai portofolio karya. Jika judul bukunya baru, resensi bisa dikirimkan ke media. Jika beruntung, honorariumnya akan menjadi kejutan berharga.
8 | Cerdas cermat
Ya, cerdas cermat! Itulah yang kami lakukan di rumah untuk menumbuhkan minat baca pada anak-anak. Konsepnya sederhana, seperti cerdas cermat yang kita kenal tempo dulu. Kami berempat bergiliran melemparkan pertanyaan dan anak yang berhasil menjawab dengan benar akan diganjar dengan skor. Akumulasi skor bisa dikonversi untuk mendapat imbalan baik berupa makanan favorit atau buku baru yang mereka inginkan. Sejauh ini praktik cedas cermat terbukti efektif dan menyenangkan bagi anak asalkan orangtua juga mau terlibat sebagai peserta. Â
9 | Buat proyek literasi
Istilahnya mungkin terlalu keren, yang jelas proyek literasi menuntut anak untuk menuliskan pengalaman membaca mereka dalam buku diary atau menceritakan kembali isi buku secara lisan di depan kami. Dengan cara ini, kegiatan membaca mendorong anak-anak untuk berlajar mengomunikasikan gagasan dan berpikir secara sistematis. Public speaking juga bisa diasah di sini.Â
Proyek literasi juga bisa berupa tindakan lanjutan seperti menggambar tokoh atau melanjutka kisah dalam buku versi anak. Bagi si sulung yang suka menggambar, aktivitas ini tentu sangat menyenangkan sebab ia bisa menciptakan karakter sendiri dengan dunia yang ia susun bersama adiknya. Hasil proyek lagi-lagi bisa menjadi portofolio kemampuannya sebagaimana bisa dilihat pada akun Instagram di atas.