Sulaiman lantas sadar bahwa ia telah gegabah atas permintaan itu. Ia pun tafakur dalam rasa syukur, sepenuhnya menyadari bahwa manusia memiliki keterbatasan, bahkan atas diri seorang nabi. Maka ungkapan yang layak kita kenang adalah, "Hd min fali rabb, liyabluwan a asykuru am akfur," yang diucapkan Sulaiman ketika singgasana Bilqis berhasil dipindahkan.Â
"Ini termasuk karunia Tuhanku, untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya)." Â Â Â
Kalau kita merasa punya kelebihan atau keunggulan, itu bukanlah sebab kita sejatinya hebat melainkan Allahlah yang membuatnya demikian. Kita sebenarnya sangat lemah, terbatas, dan hina, maka tak ada yang bisa kita unggulkan di depan sesama manusia selain kesanggupan belajar dan memahami keterbatasan itu untuk saling melengkapi dalam kerangka rasa syukur. Sebagaimana Nabi Sulaiman yang tak pernah mengklaim bahwa keberlimpahan materi dan kekuasaan dahsyatnya karena karyanya sendiri, melainkan sebab keutamaan yang diizinkan Allah untuk disematkan padanya.
Saya jelas bukan Nabi Sulaiman, hanya seorang bodoh yang suka membaca Quran. Itu pun sering pongah dengan sikap congka seolah suara bagus dan nada-nada indah dalam tilawah layak dihargai sebagai prestasi yang seolah meniadakan campur tangan Tuhan. Semoga saya bisa memetik teladan dari Sulaiman, insyaaallah, dengan menyadari bahwa di atas langit masih ada langit, bahwa tidak ada berhenti pada proses belajar.
Silakan berkomentar asal-asalan. Â Â Â
 Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI